header image
 

All posts in July 28th, 2016

Ya Tuhan :Bukalah kiranya matanya supaya ia melihat … 
II Raja-raja 6:17

 

Baik atau buruk itu tergantung dari cara kita memandang. Masalah bisa menjadi buruk tapi bisa juga menjadi baik, itu juga tergantung dari cara kita memandang. Lihatlah hal yang baik dengan cara pandang yang buruk, maka hal itu akan terlihat sedemikian negatif. Sebaliknya, lihatlah hal yang buruk dengan cara pandang yang baik, secara mengejutkan kita akan melihat hal-hal yang positif.
Dean Black menceritakan dua kisah nyata mengenai hal ini dalam buku Frogship Perspective. Seorang pemain bola basket berbakat, ketika berusia 16 tahun kehilangan kedua kakinya dalam sebuah kecelakaan. Ini hal yang buruk bagi Curt Brinkman, pebasket muda tersebut yang akhirnya menjadi atlet kursi roda terkenal. Ia berkata, “Segera sesudah kecelakaan itu saya bangkit. Saya justru tidak tahu seperti apa kalau kaki saya masih ada.”
Seorang pria setengah baya melihat kembali dari kebutaan matanya semenjak lahir. Lalu seorang psikolog yang menanganinya berkomentar tentang mantan pria buta ini, “Waktu buta, dia hebat sekali. Tapi waktu dia sembuh, prestasinya merosot drastis, bahkan seperti orang bodoh.”
Bagi kita kehilangan kedua kaki adalah masalah besar, tapi bagi Curt Brinkman justru adalah kunci kesuksesan. Bagi kita mendapat kembali penglihatan adalah hadiah, tapi bagi pria separuh baya tersebut adalah masalah besar. Mengapa bisa demikian? Ini bukan soal masalahnya, tapi soal bagaimana kita melihat sebuah masalah.
Perlu saya tekankan sekali lagi, lihatlah hal yang baik dengan cara pandang yang buruk, maka hal itu akan terlihat sedemikian negatif. Sebaliknya, lihatlah hal yang buruk dengan cara pandang yang baik, maka kita akan melihat hal-hal yang positif.
Apakah hari ini kita sedang mengalami masalah? Bagaimana cara kita memandang masalah tersebut? Tuhan selalu mengajar agar kita melihat segala masalah dari sudut pandang yang positif. Ini seperti orang yang memakai kacamata. Memakai kacamata hitam akan membuat obyek yang paling terangpun akan terlihat gelap. Jadi jika hari ini hidup Anda terlihat begitu suram dan gelap untuk dijalani, jangan-jangan yang salah adalah kacamata Anda.
Lihatlah setiap masalah yang paling buruk sekalipun dengan kacamata positif.
source: http://www.renungan-spirit.com/ilustrasi-rohani/kacamata_anda.html

Janganlah berkata: “Sebagaimana ia memperlakukan aku, demikian kuperlakukan dia. Aku membalas orang menurut perbuatannya.”
Amsal 24:29

 

Ketika saya membaca ulasan yang disampaikan oleh Abe Chehebar, CEO Accessory Network Group & Ghurka, saya tersenyum geli sekaligus mengakui kebenaran di dalam kata-katanya. Ia berkata seperti ini, “Hasil akhir dari teori mata ganti mata, gigi ganti gigi adalah dua orang ompong yang buta. Balas dendam adalah hal yang tidak masuk, apalagi jika terjadi dalam dunia bisnis!”
Dalam dunia kerja kadangkala kita harus berhadapan dengan pihak lain yang sangat menjengkelkan kita. Kita merasa dirugikan. Kita merasa diremehkan, dihina, atau dipandang sebelah mata. Kita merasa dipojokkan, dijegal dan dijatuhkan. Itu hal yang sangat menyakitkan.
Jika kita seorang karyawan, ada kalanya kita berhadapan dengan rekan kerja yang penuh tipu daya dan intrik demi menjatuhkan kita. Lalu bagaimana reaksi kita menghadapi semuanya itu? Akankah kita membalas setimpal dengan apa yang telah dilakukannya kepada kita? Jika kita melakukan hal itu, kita telah melakukan teori mata ganti mata, gigi ganti gigi. Hasilnya, musuh kita memang jadi “buta dan ompong”. Namun jangan lupa bahwa kita sendiri pun jadi “buta dan ompong”!
Balas dendam jelas tidak ada habisnya. Mengijinkan kebencian menguasai hati kita hanya akan membuat hilangnya fokus terhadap pekerjaan kita sendiri. Semua waktu kita hanya dihabiskan untuk berpikir bagaimana kita bisa melakukan pembalasan yang setimpal. Meski akhirnya kita berhasil melakukan pembalasan yang setimpal, pekerjaan kita sendiri akhirnya terbengkalai dan kacau. Kita berhasil membuat musuh kita buta dan ompong, namun hal yang sama juga terjadi pada diri kita.
Kunci keberhasilan Salomo ialah tidak membalas orang menurut perbuatannya. Dengan cara ini sebenarnya kita telah menghentikan permusuhan yang tidak ada habisnya. Yesus juga meneguhkan hal ini dengan hukum kasih, sehingga kita tidak perlu membalas kejahatan dengan kejahatan, tapi sebaliknya membalas kejahatan dengan kebaikan.
Hasil akhir dari teori mata ganti mata, gigi ganti gigi adalah dua orang ompong yang buta!
source: http://www.renungan-spirit.com/ilustrasi-rohani/mata_ganti_mata.html

Bayangkan bila pada saat kita berdoa dan mendengar ini:
“Terima kasih, Anda telah menghubungi Rumah Tuhan “.
Pilihlah salah satu:
  • Tekan 1 untuk ‘meminta’.
  • Tekan 2 untuk ‘mengucap syukur’.
  • Tekan 3 untuk ‘mengeluh’.
  • Tekan 4 untuk ‘permintaan lainnya’.”
Atau, bagaimana jika Malaikat memohon maaf seperti ini:
“Saat ini semua malaikat sedang membantu pelanggan lain. Tetaplah menunggu. Panggilan Anda akan dijawab berdasarkan urutannya.”

Bisakah Anda bayangkan bila pada saat berdoa, Anda mendapat respons seperti ini:
“Jika Anda mau bicara dengan Malaikat, :
  • tekan 1. Dengan Malaikat penjaga neraka,
  • tekan 2. Dengan malaikat lainnya,
  • tekan 3. Jika Anda ingin mendengar renungan saat Anda menunggu,
  • tekan 4. “Untuk jawaban pertanyaan tentang hakekat surga & neraka, silahkan tunggu sampai Anda tiba disini!!”
Atau bisa juga Anda mendengar ini :
“Komputer kami menunjukkan bahwa Anda telah satu kali menelpon hari ini, Silakan mencoba kembali esok hari.”
“Kantor ini ditutup pada akhir minggu. Silakan menelpon kembali hari Senin setelah pukul 9 pagi.”

Puji Tuhan, bahwa Tuhan mengasihi kita, Anda dapat menelponNya setiap saat!!! Anda hanya perlu untuk memanggilnya kapan saja, dimana saja entah itu di rumah, di kantor, di perjalanan, dalam kesusahan, dalam kegembiraan, dalam kebimbangan dan DIA pasti mendengar Anda. Karena bila kita memanggil Tuhan, Anda tidak akan pernah mendapat nada sibuk.Tuhan menerima setiap panggilan dan mengetahui siapa pemanggilnya secara pribadi.
Sudahkah Anda menghubungi Tuhan hari ini ??

Banyak orang berpikir bahwa sebuah film dengan aktor utamanya adalah seorang “idiot” pasti akan disambut secara dingin oleh pemirsa. Forrest Gump justru sebaliknya. Tom Hanks muncul melakonkan seorang pemuda yang bernama Forrest Gump, mengisahkan tiga puluh tahun kehidupannya, dan ia senantiasa muncul sebagai “pemenang” dalam setiap kejadian besar yang berhubungan dengan sejarah Amerika jamannya. Ia muncul sebagai pemain American football, tampil sebagai pahlawan dalam perang Vietnam, ia menjuarai turnament ping pong internasional. Ia adalah pahlawan yang bertemu dan disambut hangat oleh dua presiden Amerika John F. Kennedy dan Richard Nixon. Ia juga tampil perkasa dalam Watergate Scandal.

Di samping Forrest, terdapat pula bintang utama lain dalam film ini yakni Jenny yang merupakan satu-satunya teman Forrest di samping ibunya. Dalam perkembangan selanjutnya, Jenny menjadi orang yang dicintai Forrest. Dalam salah satu adegan, setelah ayahnya meninggal Jenny kembali ke rumah lama yang ditinggalkannya. Rumah tua ini sungguh tak bermodel lagi. Segalanya nampak punah dan tinggal kenangan yang samar-samar. Namun secara perlahan dalam ingatannya ia kembali dihantar kepada pengalaman pedih yang dialaminya ketika ia masih kecil, ketika ia diperkosa di tempat ini. Pengalaman ini muncul begitu kuat dan Jenny dipenuhi dengan kemarahan dan rasa dendam. Tak ada yang bisa dia lakukan kecuali melemparkan batu ke arah rumah tua tersebut. Ia melempar…melempar dan terus melempar, hingga akhirnya Jenny kehabisan tenaga dan terkulai jatuh di tanah. Adegan ini berakhir saat Forrest datang mendekat dan berkata kepada Jenny dengan kata-kata bernada filosofis; ” Kadang-kadang kita kekurangan batu untuk dilemparkan.”

——-

Ketika kita disakiti, ditipu, atau dikhianati dan dijauhi oleh orang yang amat kita cintai, tentu saja ada dendam dan benci memenuhi bathin kita. Ingin rasanya melemparkan batu ke arah dia atau mereka yang menyakiti kita. Namun pada saat ini hendaklah kita ingat satu hal, kita ingat kata-kata Forrest; “Terkadang kita kekurangan batu untuk dilemparkan.” Dan dalam situasi demikian satu hal adalah pasti: Kita tak akan pernah kekurangan kekuatan untuk mengampuni dan memaafkan sesama kita. Karena Yesus sang Guru pernah berkata; “Ampunilah sesamamu tujuh puluh kali tujuh kali.” (Mat 18; 22)

Nats Pembimbing : Matius 19 : 3-12

Bacaan : Kejadian 2 : 18-25

Hakekat pernikahan adalah agar supaya Tuhan Allah dimuliakan,karena keluarga itu adalah penting dan berharga dimata Allah.Tuhan Allah menciptakan laki-laki dan perempuan,mempertemukan mereka,menanamkan cinta kasih dan memberkati mereka.Adapun tahapan-tahapan menuju pernikahan menurut bacaan diatas adalah :

  1. Meninggalkan orangtua ; karena usia yang sudah cukup,mapan secara fisik dan punya pegangan hidup.
  2. Bersatu ; secara adat,pemerintah dan agama.
  3. Telanjang ;bagi pasangannya

Dalam kenyataannya banyak persoalan yang terjadi dalam rumah tangga,karena pasangan-pasangan yang mengabaikan Tuhan yang telah merencanakan dan bekerja jauh sebelum mereka dipertemukan.Perselisihan dalam rumah tangga dapat menimbulkan perceraian,antara lain karena zinah,karena sudah tidak sepakat dan karena istri yang sudah tidak cantik lagi.

Adapun pesan-pesan pokok pernikahan yang diajarkan Yesus adalah :

  1. Menikah itu antara laki-laki dan perempuan,bukan perempuan dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki.
  2. Menikah merupakan ikatan yang kuat,bahkan lebih kuat dari ikatan keluarga.
  3. Suami istri menjadi 1 daging/1 kesatuan dan lebih kuat dari hubungan seksual.
  4. Apa yang dipersatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia.

Tuhan sendiri tidak pernah berkenan kepada perceraian,karena hal tersebut adalah dosa dimata Tuhan.Jika demikian maka mereka yang berselisih dalam berumahtangga hendaklah selalu menerima kasih karunia untuk dapat melakukan kebaikan-kebaikan dalam rumahtangganya untuk memuliakan nama Tuhan,yaitu dengan mengelola:

  1. Mengelola akal rasional (laki-laki) dan mengelola hati/perasaan (perempuan),dengan cara memahami pasangan kita
  2. Dari segi pola kerja (laki-laki bekerja tunggal,perempuan bekerja jamak)
  3. Dari segi pola ingatan (laki-laki cepat lupa,perempuan tajam ingatannya).Kelola lah dengan baik ingatan kita akan pasangan kita,ingatlah hal-hal yang baik dari pasangan kita.
  4. Dari pola bicara (laki-laki cenderung berbicara lebih sedikit,dan perempuan sebaliknya)

Yang utama dari segalanya dalam hidup berumahtangga adalah jangan lupakan Tuhan dalam perjalanan pernikahanmu.Tuhan Yesus memberkati.Amin.

 

Khotbah oleh Pdt.Yandi Manobe,S.Th pada ibadah Minggu 1 & 2 di Gereja Kristen Abdiel (GKA) Zion,24 Juli 2016 bersama Komisi Wanita

Di tengah suatu padang gurun, seorang pengembara sedang bergumul untuk bertahan hidup karena kehabisan air minum. Namun, akhirnya ia menemukan sumber mata air minum satu-satunya di daerah tersebut. Dan dia menemukan sepucuk surat tersimpan di dalam kaleng yang terikat pada pompa tua yang terpasang di sumber mata air tersebut.
Isi suratnya sebagai berikut, “Pompa ini berfungsi sebagaimana mestinya karena saya telah mengganti perangkat penghisap didalamnya yang seharusnya bisa bertahan cukup lama. Namun bagian penghisap ini pasti akan kering setelah beberapa saat dan perlu ‘dipancing’ kembali dengan air. Nah, di bawah batu yang berwarna putih, jauh dari sinar matahari saya telah mengubur sebotol air bersih. Didalam botol itu tersedia cukup air untuk dapat dipakai ‘memancing’ air dari sumur.”
“Namun, airnya akan kurang apabila air tersebut Anda minum terlebih dahhulu. Percayalah, sumur ini tidak pernah kering. Setelah Anda berhasil mengeluarkan air dari sumur, jangan lupa untuk mengisi penuh botol ini kembali dan kuburkan botol ini ke tempat semula untuk orang lain yang membutuhkannya. Tertanda, temanmu di saat haus. N.B.: Ingat, jangan minum isi botolnya, pakailah untuk memancing pompanya, maka Anda akan mendapatkan air jauh lebih banyak dari yang Anda butuhkan.”

Dapatkah Anda bayangkan pergumulan di dalam batin orang ini, antara segera menyelamatkan diri dengan meminum isi botol tersebut atau mempergunakannya unuk mendapatkan air yang lebih banyak dari sumur, seperti yang dijanjikan surat itu.

Namun sesungguhnya kepercayaannya kepada surat tersebut untuk kemudian melakukan persis seperti yang dianjurkan surat tersebutlah yang akan membuat dia tetap dapat bertahan hidup.
Bukankah dalam kehidupan rohani kita sering menghadapi pergumulan yang sama? Kita cenderung melakukan apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang lebih pasti (tapi bersifat sementara) karena kasat mata dan ada di depan kita, dibandingkan dengan kepercayaan kepada firman Tuhan, yang sering kita anggap mengandung “resiko” untuk ditaati.
Alkitab bukan sekedar “Surat” yang berisi janji-janji yang tidak teruji. Alkitab adalah kebenaran yang dapat memenuhi lebih dari semua yang Anda butuhkan. Namun, dibutuhkan iman untuk melakukan apa yang diperintahkanNya. Dan iman timbul dari pendengaran akan firman Tuhan.
Apabila Anda mempergunakan apa yang ada di dalam tangan Anda dalam memiliki iman kepada Nya dengan melakukan seperti apa yang difirmankanNya, maka Anda menemukan lebih dari semua yang Anda butuhkan didalam segala aspek kehidupan Anda. Firman Tuhan berkata bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman kita menjadi sempurna.

Ini adalah sebuah wawancara yang benar-benar luar biasa dengan Rick Warren, penulis Purpose Driven Life dan pastor dari Gereja Saddleback di California.

 

Dalam sebuah wawancara dengan Paul Bradshaw, Rick Warren mengatakan: Orang-orang bertanya kepada saya, apa tujuan dari hidup? Dan jawab saya adalah: secara ringkas, hidup adalah persiapan untuk kekekalan. Kita diciptakan untuk hidup selama-lamanya, dan Tuhan menginginkan kita untuk bersama-sama dengan Dia di Surga. Suatu hari jantung saya akan berhenti, dan itu akan menjadi akhir dari tubuh saya tapi bukan akhir dari saya.

 

Saya mungkin hidup 60 sampai 100 tahun di bumi, tapi saya akan menghabiskan trilyunan tahun dalam kekekalan. Ini adalah sekedar pemanasan, persiapan untuk yang sesungguhnya.

 

Allah menginginkan kita melatih di dunia apa yang akan kita lakukan selamanya dalam kekekalan. Kita diciptakan oleh Allah dan untuk Allah, dan sampai engkau bisa memahami hal itu, hidup tidak akan pernah masuk akal.

 

Hidup adalah sebuah seri dari masalah-masalah: apakah engkau sedang dalam masalah sekarang, baru saja selesai dari satu masalah, atau akan segera masuk dalam satu masalah.

 

Alasan untuk ini adalah: Tuhan lebih tertarik kepada karaktermu daripada kesenangan / kenyamanan hidupmu.

 

Tuhan lebih tertarik untuk membuat hidupmu suci daripada membuat hidupmu senang. Kita bisa cukup senang di dunia, tapi itu bukanlah tujuan dari hidup. Tujuannya adalah pertumbuhan karakter, dalam kemiripan kepada Kristus.

Setahun terakhir ini telah menjadi tahun yang paling hebat dalam hidup saya tapi juga tahun yang paling sulit, dengan istri saya, Kay, terkena kanker.

Dulu saya terbiasa berpikir bahwa hidup adalah bukit dan lembah suatu saat kamu melalui masa-masa gelap, kemudian kamu naik ke puncak, bolak-balik seperti itu. Saya tidak percaya itu lagi.

 

Hidup bukannya dalam bentuk bukit dan lembah, sekarang saya percaya bahwa hidup adalah seperti 2 rel di rel kereta api, dan pada setiap waktu kamu mengalami sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk dalam hidupmu. Tidak penting seberapa baiknya berbagai hal terjadi dalam hidupmu, selalu ada hal-hal yang buruk yang perlu diselesaikan.

 

Dan tidak peduli seberapa buruknya yang terjadi dalam hidupmu, selalu ada sesuatu yang baik dimana engkau bisa bersyukur kepada Tuhan.

 

Engkau bisa fokus pada tujuan hidupmu, atau engkau bisa fokus pada masalahmu.

 

Jika engkau fokus pada masalahmu, engkau akan menjadi terpusat pada dirimu (self-centeredness) , masalahku, urusanku, sakitku.

 

Tapi satu cara yang paling mudah untuk menyingkirkan rasa sakit itu adalah dengan melepaskan fokusmu pada dirimu sendiri dan mulai memfokuskan diri kepada Allah dan kepada sesama.

 

Kami dengan cepat menemukan bahwa walaupun didoakan oleh ratusan ribu orang, Tuhan tidak akan menyembuhkan Kay atau meringankan penderitaannya. Keadaan sangat sulit untuk dia, tapi Allah sudah memperkuat karakternya, memberinya pelayanan menolong orang lain, memberinya sebuah kesaksian, menarik dia lebih dekat lagi kepada Allah dan kepada sesama.

 

Engkau harus belajar untuk berhadapan dengan hal yang baik maupun yang buruk dalam hidup. Sebenarnya, terkadang berurusan dengan yang baik bisa lebih sulit. Sebagai contoh, dalam setahun terakhir ini, secara begitu tiba-tiba, ketika sebuah buku terjual 15 juta buah, hal itu membuat saya langsung sangat kaya.

 

Itu juga membawa banyak kepopuleran yang belum pernah saya hadapi sebelumnya. Saya pikir Allah tidak memberimu uang ataupun kepopuleran untuk ego dirimu sendiri atau untuk engkau hidup enak-enakan.

 

Jadi saya mulai bertanya kepada Allah apa yang Ia inginkan untuk saya lakukan dengan uang, kepopuleran, dan pengaruh ini. Dia memberiku 2 pasal yang berbeda yang menolong saya menentukan apa yang harus dilakukan, 2Korintus 9 dan Mazmur 72.

Pertama,meskipun ada begitu banyak uang yang kami terima, kami tidak akan mengubah gaya hidup kami sedikitpun. Kami tidak melakukan pembelian besar apapun.

Kedua, mulai sekitar tengah tahun lalu, saya berhenti mengambil gaji dari gereja.

 

Ketiga, kami mendirikan yayasan-yayasan untuk mendanai sebuah inisiatif yang kami sebut The Peace Plan: untuk mendirikan gereja, memperlengkapi pemimpin-pemimpin, menolong orang miskin, merawat yang sakit, dan mendidik generasi masa depan.

 

Keempat, saya menjumlahkan semua yang telah gereja bayarkan kepada saya selama 24 tahun sejak saya memulai gereja, dan saya mengembalikan semuanya. Terasa sangat membebaskan untuk bisa melayani Allah secara cuma-cuma.

 

Kita harus bertanya pada diri kita: Apakah saya akan hidup untuk kekayaan? Popularitas?

 

Apakah saya akan diarahkan oleh tekanan? Perasaan bersalah? Kepahitan? Materialisme?

 

Atau saya akan diarahkan oleh rencana-rencana Allah untuk hidup saya? Ketika saya bangun pagi, saya duduk di sisi tempat tidur saya dan berkata, Tuhan, jika saya tidak menyelesaikan satu halpun pada hari ini, saya ingin mengenal Engkau lebih lagi dan mengasihi Engkau lebih lagi. Tuhan tidak meletakkanmu di bumi hanya untuk mengisi daftar hal-hal yang harus dikerjakan. Dia lebih tertarik kepada siapa saya daripada apa yang saya lakukan. Karena itulah kita disebut human beings, bukan human doings.

 

Dalam masa-masa yang menyenangkan, PUJI TUHAN.
Dalam masa-masa sulit, CARI TUHAN.
Dalam masa-masa tenang, SEMBAH TUHAN.
Dalam masa-masa yang menyakitkan, PERCAYAI TUHAN.
Setiap saat, BERSYUKURLAH KEPADA TUHAN.

Nats Pembimbing : Matius 7 : 1-5

Bacaan : Matius 5-7,Matius 23 : 7

Dalam hidup ini kita lebih mudah melihat kesalahan orang lain daripada diri sendiri,sehingga dengan mudah menghakimi sesamanya.Hak menghakimi sesungguhnya hanya dipunyai oleh Tuhan,Hakim Yang Adil.Jangan menghakimi orang lain,supaya kita pun tidak dihakimi.Janganlah kita seperti ahli-ahli Taurat dan orang Farisi yang suka menghakimi dan selalu merasa diri benar tetapi tidak melihat kesalahan-kesalahan sendiri.Tuhan mau agar kita introspeksi diri sebelum melihat kesalahan orang lain.

Menurut Smith (seorang penulis),ada beberapa hal yang salah dalam menghakimi :

  1. Teguran yang bersifat penghakiman ; Tidak selamanya menghakimi benar-benar mengubah orang lain,karena tidak berasal dari hati yang mengasihi.
  2. Langkah yang salah karena memaksa orang lain untuk berubah
  3. Penghakiman bisa salah terhadap orang lain,karen merasa diri lebih baik dari orang lain.

Hal-hal seperti ini tidak berkenan dihadapan Tuhan,karena seringkali menghakimi hanya untuk menjatuhkan orang lain.Ada 3 alasan untuk tidak menghakimi sesama :

  1. Kita tidak pernah tahu kehidupan keseluruhan dari seseorang
  2. Sulit untuk menghakimi dengan adil
  3. Tidak ada seorang pun yang cukup baik untuk menghakimi sesamanya

Marilah kita koreksi diri sendiri,dan jangan berfokus pada kesalahan orang lain saja.Berbicaralah hal-hal yang baik dan bersifat membangun.Berhentilah menghakimi dan mulailah mengasihi.Amin.

Khotbah Kak Lukas pada ibadah rutin Komisi Wanita,Rabu 20 Juli 2016

  • Seorang bapak. Demi membantu perkembangan kehidupan rohaninya, ia secara teratur mengadakan retret pribadi. Ia akan meninggalkan lingkungan hidup hariannya yang senantiasa gaduh, dan datang ke tempat sunyi untuk berdoa dan merenungkan derap langkah masa silamnya serta melihat arah yang harus dijalaninya di masa datang.

    Suatu saat di malam hari ketia ia sedang berdoa. Di luar gubuk retretnya terdengar suara yang begitu ramai. Ternyata sekolompok katak sedang bernyanyi ria. Ia mencoba menutup telinganya sedemikian agar suara tersebut tak kedengaran. Namun semakin dia berusaha semakin suara katak tersebut kedengaran semakin kuat. Ia menjadi semakin terganggu.

    Dengan berang ia berdiri, membuka jendela kamarnya dan menjulurkan kepalanya keluar lewat jendela tersebut, dan dengan keras berteriak; “Diamlah katak bodoh! Tutup mulutmu! Tidak tahukah kamu bahwa saya sedang berdoa? Tidak tahukah kamu bahwa saya sedang membutuhkan ketenangan?”

    Seketika sebuah mukjizat terjadi. Katak-katak itu diam…, hening…., sepi…!! Mungkin katak-katak itu dikagetkan oleh suara keras sang bapak tersebut. Dan dalam ketenagan tersebut sang bapak seakan mendapat sebuah ilham dan bertanya diri; “Mungkinkah mereka juga sedang memuji dan memuliakan Tuhan dengan cara mereka sendiri? Siapa tahu, paduan suara katak ini justru menyenangkan hati Tuhan?”

    Ia kembali membuka jendela kamarnya memperhatikan pemandangan gelap di luar gubuk retret tersebut dan berseru; “Wahai katak sahabatku. Bernyanyilah. Pujilah Tuhan dengan suaramu yang merdu!” Tak berapa lama kedengaran lagi paduan suara katak yang merdu. Dan aneh!! Saat ini ia tidak merasa terganggu oleh dendang riang sang katak, bahkan ia merasa bahwa paduan suara tersebut justru menambah syahdunya malam yang hening dan kudus itu.

    ——————-

    Perubahan batinku akan menjadikan aku bersahabat dengan dunia sekitarku. Bukan ketenangan fisik yang menjadi prasyarat sebuah doa, tetapi ketenangan batinlah yang dibutuhkan. “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.” (Yoh 4: 23).

    Seorang anak kecil sedang bermain sendirian dengan mainannya. Sedang asyik-asyiknya bermain tiba-tiba mainannya itu rusak. Dia mencoba untuk membetulkannya sendiri, tapi rupanya usahanya itu dari tadi sia sia saja. Maka dia mendatangi ayahnya untuk minta ayahnya itu yang membetulkannya.

     

    Tapi sambil memperhatikan ayahnya dia terus memberikan instruksi kepada ayahnya, “Ayah, coba lihat bagian sebelah kiri, mungkin di situ kerusakannya.”

     

    Ayahnya menurutinya, tapi ternyata belum betul juga mainannya.

     

    Maka dia memberi komentar lagi, ”Oh, bukan di situ Yah, mungkin yang sebelah kanan, coba lihat lagi deh Yah.”

     

    Kali ini ayahnya juga menurutinya, tapi lagi-lagi mainannya itu belum betul.

     

    “Kalau begitu coba yang di bagian depan Yah, kali aja masalahnya ada di situ.” Kali ini ayahnya marah, ”Sudah, kalau kamu memang bisa, mengapa tidak kamu kerjakan sendiri saja? Jangan ganggu Ayah lagi. Ayah banyak kerjaan lain.”

     

    Tapi setelah dia mencoba beberapa saat untuk membetulkan sendiri dan masih belum berhasil, maka akhirnya dia kembali kepada ayahnya sambil merengek. “Tolonglah Yah, aku suka sekali mainan ini, kalau rusak begini bagaimana? Tolong Ayah betulkan supaya bisa jalan lagi ya.”

     

    Karena tidak tega mendengar rengekan anaknya, si ayah akhirnya menyerah, ”Baiklah Nak. Ayah akan membetulkan mainanmu asal kamu berjanji tidak boleh memberitahu Ayah apa yang harus dilakukan. Kamu duduk saja dan perhatikan Ayah bekerja. Tidak boleh mencela.”

     

    Ketika ayahnya sedang memperbaiki mainannya, si anak mulai berkomentar lagi, ”Jangan yang itu Yah, kayaknya bagian lain yang rusak.”

     

    Tapi kali ini ayahnya berkata, ”Kalau kamu berkomentar lagi, mainan ini akan ayah lepaskan dan silahkan kamu berusaha sendiri.”

     

    Akhirnya karena takut ayahnya akan benar-benar melakukan apa yang dikatakannya, anak itu diam dan duduk manis melihat ayahnya membetulkan mainannya sampai bisa berjalan lagi tanpa mengeluarkan komentar apa pun.

     

    Seperti anak kecil itu, kita pun sering kali berserah kepada Tuhan tapi masih ingin mengatur Tuhan bagaimana sebaiknya jalan hidup kita. Bila kita sungguh-sungguh pasrah kepada kehendak Tuhan, maka niscaya Tuhan yang adalah Maha Tahu dan sangat mencintai kita akan melakukan yang terbaik, lebih dari apa yang bisa kita pikirkan dan doakan, sesuai dengan kehendak-Nya.
    « Older Entries