header image
 

All posts in June 29th, 2016

Pada suatu hari, ada seorang anak SD yang sedang duduk melamun seorang diri. Anak SD ini seperti biasanya setelah jam istirahat tiba atau jam pulang tiba, dia langsung duduk membaca buku dan duduk jauh dari teman-temannya. Anak ini adalah anak dari keluarga Kristen. Dari semenjak kecil, anak ini sering sakit dan bahkan pernah demam tinggi yang menyebabkan kelumpuhan pada kakinya sehingga dia harus memakai kursi roda ke sekolahnya.Kemudian sang guru memperhatikannya, dan mulai menyapa anak itu, sementara anak-anak yang lain sudah pulang dan sekolah mulai sepi.

Guru itu bertanya kepada anak itu “Nak, tidakkah kamu mau memiliki banyak teman yang bisa mengerti dan memahami dirimu?”

Lalu sang anak ini terdiam cukup lama. Kemudian anak itu mengatakan, “Bu, siapa yang tidak mau mempunyai teman? Saya mau mempunyai teman tapi siapa yang mau berteman dengan saya sementara saya cacat, tanganpun cacat, saya malu bu. Dari semenjak saya lahir, tangan saya cacat, kemudian saat saya kecil, demam pada tubuh saya tinggi dan akibatnya saya cacat dan harus selamanya duduk di kursi roda ini. Tidak ada orang yang memperdulikan saya bu, tidak ada satupun bahkan mama sayapun membenci saya apalagi papa saya selalu memarahi saya setiap hari. Saya merasa diri saya tidak berguna Bu, saya tidak berarti.”

Sang guru terdiam dan terharu melihat keadaan anak itu akan tetapi kemudian sang guru mulai berkata “Nak, walaupun kamu seperti itu, cacat, biarpun teman-teman tidak mengasihimu dan bahkan papa dan mama membencimu tapi ingatlah Tuhan tidak pernah membencimu. Tuhan menyayangimu sebagaimana adanya. Engkau sangat berharga di mataNya dan Engkau dijadikanNya sebagai biji mataNya (Yesaya 43:4; Ulangan 32:10).

Jadi mulai saat ini cobalah untuk maju dan cobalah mendekati teman-temanmu, pasti engkau akan mendapat banyak teman nantinya. Akhirnya anak itu bertumbuh besar dan memiliki banyak teman.

Dalam kehidupan ini, setiap orang diciptakan Tuhan berbeda satu dengan yang lainnya ada yang hitam, putih, rambut keriting, lurus, kaya maupun miskin,namun semua manusia kepunyaanNya adalah manusia yang mulia dan berharga di mataNya. Saat ini ketika kita merasa sepertinya kurang dalam hal ini dan itu, janganlah sedih sebab Engkau sangat berharga di mataNya dan Engkau adalah makhluk ciptaan Tuhan yang mulia.

(Pujian adalah bunyi yang paling indah dari segala jenis bunyian)

Ada dua gadis bekerja pada sebuah perusahaan yang sama. Nona Wang dan Chang. Keduanya memiliki karakter yang berbeda dan karenanya tak dapat sharing atau bertukar pikiran bersama. Walaupun keduanya tidak saling membenci, namun mereka bukanlah sahabat karib dan tak saling mengagumi cara kerja serta sifat masing-masing.Suatu hari, nona Chang meminta teman kerja yang lain, Pak Chou, untuk menegur nona Wang agar ia memperbaiki serta mengontrol dorongan emosinya. Sebab kalau tidak demikian, tak akan ada orang yang mau berteman dengannya. Demikian alasan nona Chang. Pak Chou menyetujui permintaan nona Chang itu.Setelah beberapa hari, nona Chang berpapasan dengan nona Wang. Nona Wang dengan penuh ramah dan sopan menegur nona Chang. Sejak itu nona Chang melihat adanya perubahan besar dalam diri nona Wang, yang kelihatannya seakan-akan telah berubah menjadi seorang peribadi baru, seorang peribadi yang menyenangkan dan disukai banyak orang.

Nona Chang lalu bertemu Pak Chou untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya, serta menanyakan resep yang dipakai Pak Chou menasihati nona Wang. Pak Chou menjawab: ‘Saya hanya berkata kepada nona Wang: Saat ini ada banyak orang yang memuji dan mengagumimu. Terutama nona Chang secara istimewa mengatakan bahwa engkau sangat lemah lembut, tahu mengontrol emosi, serta disukai banyak orang]’. Nona Chang tertegun akan kehebatan Pak Chou yang telah mengubah peribadi nona Wang itu.

———
Kita lebih mudah menilai dan menghukum dari pada memuji dan mengagumi. Namun menilai serta mengadili orang lain sering menghantar orang kepada ketidak-puasan. Jadilah pencipta damai dengan cara memuji dan mengagumi keberadaan orang lain.

Tarsis Sigho

Seorang Ibu Guru taman kanak-kanak ( TK ) tersebut mengadakan ” permainan “.

Ibu Guru menyuruh anak tiap-tiap muridnya membawa kantong plastik transparan satu buah dan kentang. Masing-masing kentang tersebut di beri nama berdasarkan nama orang yang dibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukan berapa … tergantung jumlah orang-orang yang dibenci.

Pada hari yang disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5. Seperti perintah guru mereka tiap-tiap kentang di beri nama sesuai nama orang yang dibenci.

Murid-murid harus membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun, selama 1 minggu. Hari berganti hari, kentang-kentang pun mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap.

Setelah 1 minggu murid-murid TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.

Ibu Guru : ” Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu ?”

Keluarlah keluhan dari murid-murid TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut ke mana pun mereka pergi.

Guru pun menjelaskan apa arti dari ” permainan ” yang mereka lakukan.

Ibu Guru : ” Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain. Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemana pun kita pergi. Itu hanya satu minggu, bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup ? Alangkah tidak nyamannya …

KASIH ALLAH MEMULIHKAN  KEBERADAAN CIPTAAN-NYA”

 

Manusia diberi mandat untuk taat pada Tuhan. Setelah taman Eden, Tuhan mengajar umatNya dengan kata-kata &  tulisan tapi belum ada yang menulis, maka Tuhan berbicara kepada mereka, maka ada hukum & aturan. Bangsa Israel dibentuk dalam penindasan, lewat penindasan mereka merdeka, setelah merdeka mereka mengerti arti penindasan, perjuangan melawan penindasan itu membuat mereka paham aturan-aturan Tuhan  dan kasih sayang Tuhan dalam hidup mereka.

Paulus menulis surat kepada jemaat di Galatia. Jemaat di Galatia adalah jemaat perdana ketika injil mulai diberitakan. Orang Galatia berjuang dengan kekerasan sehingga mereka jadi keras. Ada yang berjuang dengan hukum rimba dimana disitu mereka berjuang siapa yang kuat dia yang menang. Kelompok ini bebas. Kel. Yudaisme, menganut hukum positif Yahudi, konstitusinya adalah hukum taurat yang bagi mereka hukum itu adalah satu-satunya alat keselamatan karena kelompok ini mendominasi kepada jemaat Galatia. Paulus hadir dengan hukum baru yaitu hukum kasih yang mengatur lewat kasih dan keadilan.

Pengajar-pengajar palsu yaitu kaum Radikal yang Yudais, mulai menghasut jemaat Tuhan yang menerima injil Yesus Kristus salah satunya adalah mempertanyakan kerasulan paulus. Surat Galatia adalah juga surat pembelaan Paulus yang mengatakan kewibawaannya berasal dari Yesus Kristus. Sunat menjadi aturan hukum agama bukan alasan kesehatan, aturan-aturan ini membelenggu umatnya, contoh perlakuan mereka terhadap orang Samaria. Pengampunan itu sangat mahal harganya sehingga stigma negatif terhadap orang yang tidak bersunat, akibatnya ada perbedaan pembalasan terhadap kehidupan orang-orang percaya sehingga paulus menekankan dengan ayat 15, bahwa kalau terlalu menekankan pada aturan agama itu membuat mereka saling menelan dan menindas.

Ada dua hukum yang membuat mereka tertekan yaitu: hukum rimba dan hukum positif. Kita diKupang sangat Plural, Stigma dan Diskriminasi sudah biasa, yaitu ada yang menekankan kekuatan, sementara ada yang menekankan pada apa yang tertulis dan mengesampingkan kemanusiaan dan keadilan, bukan berarti bahwa hukum tidak penting. Hukum yang sebenarnya adalah hukum kasih bagi orang merdeka. Merdeka dia bebas,bebas itu melakukan sesuatu menurut keinginannya sendiri, merdeka berhubungan dengan perjuangan dia sangat kolektif. Merdeka berarti bebas dari belenggu-belenggu ketidakadilan, keangkuhan karena hak-hak mereka dirampas. Jadi orang merdeka adalah orang yang berjuang dalam keadilan dan kasih.

Hukum kasih bukan karena tertulis tapi dimulai dari Hati, karena itu dalam menghadapi tekanan-tekanan dalam hidup karena penghasut, penyusup. Sebagai orang-orang yang dipanggil oleh Kristus harus hidup dalam hukum kasih, karena kita tidak lagi diperhamba oleh kehidupan di taman Eden. Amin.

 Pdt. Paoina Ngefak-Bara Pa,

Suatu hari aku memutuskan untuk berhenti. Berhenti dari pekerjaanku, berhenti dari hubunganku dengan sesama dan berhenti dari spiritualitasku. Aku pergi ke hutan untuk bicara dengan Tuhan untuk yang terakhir kalinya. “Tuhan”, kataku, “Berikan aku satu alasan untuk tidak berhenti?” Dia memberi jawaban yang mengejutkanku.

“Lihat ke sekelilingmu”, kataNya. “Apakah engkau memperhatikan tanaman pakis dan bambu yang ada dihutan ini?”

“Ya”, jawabku.

Lalu Tuhan berkata, “Ketika pertama kali Aku menanam mereka, Aku menanam dan merawat benih-benih mereka dengan seksama. Aku beri mereka cahaya, Aku beri mereka air, pakis-pakis itu tumbuh dengan sangat cepat warna hijaunya yang menawan menutupi tanah namun tidak ada yang terjadi dari benih bambu tapi Aku tidak berhenti merawatnya.

Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat dan lebih banyak lagi. Namun, tetap tidak ada yang terjadi dari benih bambu. Tetapi Aku tidak menyerah terhadapnya. Dalam tahun ketiga tetap tidak ada yang tumbuh dari benih bambu itu, tapi Aku tetap tidak menyerah begitu juga dengan tahun ke empat. Lalu pada tahun kelima sebuah tunas yang kecil muncul dari dalam tanah. Dibandingkan dengan pakis, tunas itu kelihatan begitu kecil dan sepertinya tidak berarti.

Namun enam bulan kemudian, bambu ini tumbuh dengan mencapai ketinggian lebih dari 100 kaki. Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya. Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan untuk bertahan. Aku tidak akan memberikan ciptaanku tantangan yang tidak bisa mereka tangani.”

“Tahukan engkau anakKu, dari semua waktu pergumulanmu, sebenarnya engkau sedang menumbuhkan akar-akarmu? Aku tidak menyerah terhadap bambu itu, Aku juga tidak akan pernah menyerah terhadapmu.”

Tuhan berkata “Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Bambu-bambu itu memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan pakis tapi keduanya tetap membuat hutan ini menjadi lebih indah.”

“Saatmu akan tiba”, Tuhan mengatakan itu kepadaku. “Engkau akan tumbuh sangat tinggi”.

“Seberapa tinggi aku harus bertumbuh Tuhan?” tanyaku.

“Sampai seberapa tinggi bambu-bambu itu dapat tumbuh?” Tuhan balik bertanya.

“Setinggi yang mereka mampu?” aku bertanya

“Ya.” jawabNya, “Muliakan Aku dengan pertumbuhanmu, setinggi yang engkau dapat capai.”

Lalu aku pergi meninggalkan hutan itu, menyadari bahwa Allah tidak akan pernah menyerah terhadapku dan Dia juga tidak akan pernah menyerah terhadap anda.

Jangan pernah menyesali hidup yang saat ini anda jalani sekalipun itu hanya untuk satu hari. Hari-hari yang baik memberikan kebahagiaan; hari-hari yang kurang baik memberi pengalaman; kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini.