header image
 

All posts in May 29th, 2016

SAMARIA: TIDAK DIPANDANG, NAMUN BERKENAN

(Lukas 10:25-37)

 

Biasanya kita dapat memiliki bayangan atau stereotype terhadap orang lain. Kalau pandangan kita sudah terbentuk terhadap orang lain, maka sulit untuk mengubahnya. Demikian pula dengan teks yang kita baca mengenai orang Samaria yang sebenarnya dipandang sebelah mata oleh orang Yahudi.

Dalam bertindak kita mendapati bahwa “diam belum tentu emas.” Karena ketika kita melihat itu kebenaran, diam itu belum tentu emas. Tetapi seharusnya kebenaran itu dinyatakan. Demikian juga sebenarnya cerewet belum tentu baik. Kita seringkali tertipu oleh penampilan fisik orang. Jika berpakaian rapi, maka asumsinya adalah orang baik, sedangkan orang gimbal dsb. adalah orang jahat.

Orang-orang yang turun dari Yerikho adalah orang-orang yang tercatat dalam Alkitab, yaitu, Imam, orang Lewi dan orang Samaria. Perumpamaan ini berawal dari pertanyaan Ahli Taurat mengenai siapakah sesamaku itu. Ketika Yesus berbicara tentang siapakah sesamaku, Ia sedang membawa Ahli Taurat kepada perspektif yang baru dalam memahami arti sesama. Orang pertama yang melewati orang sekarat adalah Imam. Ini mungkin bisa dikaitkan dengan pendeta. kemudian hadir kaum Lewi, gambaran Majelis, namun melewati juga. Sedangkan seorang Samaria, datang dan menolong. Disinilah contoh bagaimana seorang Samaria yang baik hati. Yesus pada bagian ini tidak merujuk sesama itu berdasarkan agama, suku, dsb. tetapi sesama itu adalah orang-orang yang dimana kita dapat menaruh kasih kepada mereka. Kebaikan seseorang tidak bergantung siapa orang lain, darimana dia, tetapi masalah bagaimana dia. Jadi, kita dapat melihat sesamaku dengan lebih jelas bukan karena ditutupi oleh latar belakang dsb.

Ketika berbicara tentang Allah, kita menyadari bahwa kita terbatas untuk memahami Dia. Dalam kaitan dengan Trinitas, kita percaya Allah yang Monoteis, Allah hakikatnya adalah satu dengan tiga pribadi yaitu, Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kekristenan memahaminya demikian, meskipun kita sadar kita terbatas dalam memahami secara penuh Trinitas tersebut. Melihat dalam teks kita menyatakan bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil.

 

 Pdt. Delvi Snae, M.Th

Memperlakukan sabda Allah dengan benar

Keluaran  14:1-14

 

            Seseorang datang kepada pendeta dengan muka muram, kesal dan penuh kemarahan. Ketika pendeta menghampirinya dia tiba-tiba berkata kepada pendeta “saya tidak mau lagi menjadi seorang kristen”. Kemudian pendeta bertanya kenapa? Ia menjawab karena selama menjadi orang kristen banyak sekali permasalahan dan kegagalan yang ia hadapi. Pertanyaannya, apakah benar ketika seseorang mengambil keputusan untuk mengikut Tuhan maka perjalanan hidupnya selalu mulus?

Keluaran 14 mengisahkan tentang kehidupan bangsa Israel pada waktu keluar dari tanah Mesir dan masalah selalu menyambut mereka. Allah mengizinkan bangsa Israel untuk mengalami kesukaran. Kenapa bisa demikian?

Ay.2 “balik kembali dan berkemah di depan Pi-Hahirot” dalam perkemahan itu mereka diperhadapkan dengan kesulitan yang luar biasa karena di depan mereka ada laut Teberau dan di belakang mereka ada padang gurun. Dua-duanya sama-sama tidak memberikan pengharapan untuk hidup melainkan ancaman dan kesukaran bagi bangsa Israel.

Apa maksud Tuhan menyatakan kesukaran bagi umat-Nya dengan mengeraskan hati Firaun dan menempatkan mereka diantara Laut Teberau dan padang gurun?

Kelemahan bangsa Israel sebagai umat adalah orang Israel berseru tetapi marah kepada Tuhan karena KETAKUTAN YANG BERASAL DARI DIRI MEREKA SENDIRI. Yakobus mengatakan dalam suratnya “dari mulut yang satu keluar berkat dan mulut yang satu lagi keluar kutuk”.

Ketakutan orang Israel membuat mereka mengeluarkan kalimat berkat dan kutuk. Bangsa Israel tidak menyadari bagaimana Allah selalu menopang kehidupan mereka dalam perjalanan dari Mesir sampai ketanah Kanaan. Bahwa dalam kesukaran yang mereka hadapi, Allah ingin menyatakan kemuliaan-Nya dan menunjukkan keadilan-Nya terhadap orang-orang Mesir  dan itu bisa disaksikan sendiri oleh orang Israel. Tetapi, karena ketakutan mereka tidak menyadari hal itu tetapi malah marah kepada Tuhan.

Bangsa Israel tidak jauh berbeda dengan penumpang yang sedang naik angkot dan hampir mengalami kecelakaan. Ketika hampir celaka mereka berseru dan minta tolong kepada Tuhan Yesus namun setelah terhindar dari kecelakaan mereka memaki dan marah kepada sopir angkot dengan kalimat-kalimat yang kotor.

Bagaimana dengan saudara dalam menghadapi pergumulan hidup? apakah ketakutan masih ada dalam diri kita ?

Perlakukanlah sabda Allah dengan benar ketika menghadapi pergumulan tanpa keluh-kesah. Dan sadarilah bahwa Allah mengizinkan pergumulan terjadi untuk menyatakan kemuliaan-Nya melalui kehidupan saudara dan saya.

 

 

 Ringkasan Khotbah : Pdt, E.V.Manu Nale,  S.Th.

TUJUAN HIDUP ORANG PERCAYA

Roma 14:7-12

               Apa mungkin seorang percaya tidak tahu tujuan hidupnya ? Predikat sebagai orang percaya itu tidak mudah karena didalamnya menuntut kita harus dapat beriman dan menunjukkan diri sebagai orang yang memiliki Tuhan dalam hidupnya. Banyak orang hidupnya tanpa arah, sementara ada juga yang terjebak dalam keserakahan akan semua yang fana di dunia ini.

Orang percaya harus tahu dan sadar, bahwa kita berbeda dengan orang yang tidak percaya. G.I. Wiliamms : pada dasarnya manusia memiliki tujuan, dan tujuan itu tidak bisa ditemukan dalam diri manusia itu sendiri, karena Allah-lah yang menciptakan manusia dengan tujuan khusus yakni melayani Allah. Untuk memahami tujuan hidup dengan benar, kita harus tahu tujuan Allah bagi kita terlebih dahulu.

Hal ini membuat kita memiliki tujuan hidup yang jelas dan meletakkannya pada dasar yang benar tidak sekedar mengerjakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan setiap hari. Rick Warren : Tujuan orang Kristen jauh lebih besar daripada prestasi pribadi, karier, ambisi, ketenangan pikiran dan lain-lain, karena kita ada diplanet ini untuk tujuan Allah yang mulia pada waktu Allah menciptakan manusia (kej. 1:26-27). Paulus katakan : Tidak seorangpun yang hidup untuk dirinya sendiri atau mati untuk dirinya sendiri.

Hidup ya hidup untuk Tuhan dan mati, mati untuk Tuhan. Hidup dan mati milik Tuhan. Kita bukan kepunyaan sendiri melainkan kepunyaan Tuhan, maka keliru jika kita menjauhi kehendak Tuhan dalam diri kita. Kita bukan kepunyaan kita sendiri, maka jangan sampai akal atau kehendak kita menguasai rencana dan perbuatan kita. Kita bukan kepunyaan kita sendiri, maka jangan menentukan usaha mencari apa yang akan berguna menurut daging sebagai tujuan kita. Kita bukan kepunyaan kita sendiri, maka hendaknya kita dapat melupakan kepentingan diri sendiri dan semua perkara kita. Kita ini kepunyaan Allah, maka sebaiknya kita mengabdi kepada Allah dalam kehidupan dan kematian kita. Serta hikmah dan kehendaknya menguasai segala perbuatan kita. Kristus mati untuk semua orang yang percaya entah yang lemah iman maupun yang kuat iman. Manusia jangan jadi hakim bagi sesama.

Masing-masing orang akan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Jika kita hidup untuk Tuhan, maka kita tidak memandang rendah diri sendiri ataupun menganggap diri lebih baik dari orang lain.

 

                                                                                                               Ringkasan Khotbah : Ev. Elen Amalo, S.PdK.

TANGGAL TEMA PENGKHOTBAH
05 Juni 2016 “Hargailah Aku” Pdt. Anthonetha Manobe, S.Th
12 Juni 2016 “Kesenangan Semu” Sdr. Timotius Haryono
19 Juni 2016 “Kasih Allah memulihkan Keberadaan Ciptaan-Nya” Pdt. Paoina Ngefak-Bara Pa, S.Th

(Tukar Mimbar)

26 Juni 2016 “Kamu Tidak Haus Lagi” Pdt. Yandi Manobe, S.Th