header image
 

All posts in May 26th, 2016

“Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!”
Yesaya 55:1

Pertolongan bersumber dari Tuhan; inisiatif untuk memberi pengharapan datang dari Tuhan juga, dan bagian manusia adalah meresponsnya. Dalam ayat pertama dikatakan ”Ayo…” yang artinya suatu ajakan atau undangan untuk kita semua, sebab Tuhan sangat memperhatikan kebutuhan hidup kita. Tuhan tahu ketika kita dalam keadaan kekurangan. Oleh karena itu Tuhan memberikan semua itu dengan cuma-cuma alias gratis.

Banyak orang tidak mengerti rahasia untuk meraih berkat-berkat Tuhan tersebut sehingga mereka mencoba mencari pertolongan dan pengharapan di luar Tuhan. Padahal pertolongan dan pengharapan dari dunia ini hanya bersifat semu. Seringkali manusia berpikir bahwa harta kekayaan, pangkat dan kepandaian dapat mengatasi masalah dalam hidup ini. Tuhan jelas menyatakan, ”…di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5b). Ingat, kekuatan manusia itu ada batasnya dan semua harta benda yang kita miliki di dunia ini bisa habis lenyap dalam sekejap mata karena ”…di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.” (Matius 6:19b). Tetapi dalam Tuhan kita akan mendapatkan berkat dan jaminan hidup yang tidak dimiliki orang-orang di luar Dia. Yesus sendiri berkata, ”Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10b).
Ada pun kunci untuk dapat menikmati berkat-berkat Tuhan adalah:
  1. Kita harus memiliki telinga yang senantiasa dengar-dengaran akan firmanNya (Yesaya 55:3). Kita harus mau melangkah untuk melakukan kehendak Tuhan (hidup dalam ketaatan). ”Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” (Yohanes 15:7).
  2. Kita harus mencari Tuhan dan selalu berharap padaNya (Yesaya 55:6). Kita harus membangun kekariban dengan Tuhan, serta mempercayakan hidup ini sepenuhnya kepadaNya, bukan kepada yang lain.

Apa pun yang kita perlukan, Tuhan pasti sanggup menyediakan,

asal kita mau mengerjakan bagian kita.
 

Indahnya Saling Memaafkan

Kejadian 23 : 1-20

 

Pdt.Deasy Tatengkeng

 

Dalam hidup ini kita seringkali mempunyai perasaan enggan/tidak suka untuk bertemu atau melihat wajah dari orang yang pernah menyakiti/melukai perasaan kita.Hal ini terjadi karena tidak adanya maaf dan kasih diantara orang yang bertikai.Damai yang ada pun menjadi hilang.Seringkali pertikaian juga timbul dalam anggota keluarga.

 

Dari pembacaan kitab Kejadian,kita dapat belajar dan berefleksi dari kisah Yakub dan Esau :

  1. Hidup dalam dendam tidak pernah membuat hati tenang dan bahagia.Resepnya cuma satu,yaitu miliki hati yang penuh dengan kasih untuk dapat merasakan kebahagiaan dan ketenangan.Karena itu,berdamailah dengan semua orang.
  2. Jangan pernah gengsi untuk minta maaf.Kata maaf sangat gampang untuk diucapkan oleh orang yang rendah hatinya.Karena itu kita harus melatih rohani kita untuk dapat memaafkan.
  3. Libatkan Tuhan dalam penyelesaian konflik.

 

Jadilah Yakub dan Esau masa kini,berdamailah seorang dengan yang lain.Belajarlah untuk memaafkan.Memang berat,tetapi jika Tuhan ada didalam kita,pasti kita dimampukan untuk melakukannya.Amin.

 Khotbah pada Ibadah Komisi Wanita.Rabu 25 Mei 2016

Baca: Matius 15:21-28
Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki”. —Matius 15:28

Pada tahun 1953, sebuah perusahaan yang belum berpengalaman, Rocket Chemical Company, dengan tiga pekerjanya mulai membuat bahan pelarut dan minyak pelumas pencegah karat yang bisa digunakan dalam industri pesawat luar angkasa. Dibutuhkan 40 kali percobaan untuk menyempurnakan ramuannya. Ramuan rahasia yang asli untuk WD-40—singkatan dari Water Displacement, 40th attempt—masih digunakan sampai sekarang. Sungguh suatu ketekunan yang mengagumkan!

Injil Matius mencatat cerita lain tentang ketekunan yang mengagumkan. Seorang perempuan Kanaan mempunyai seorang anak perempuan yang dirasuk setan. Ia tidak mempunyai harapan untuk anak perempuannya itu—sampai ia mendengar bahwa Yesus berada di daerahnya. Perempuan yang putus asa ini datang kepada Yesus dengan permasalahannya karena ia percaya bahwa Yesus dapat membantunya. Ia memohon kepada Yesus walaupun banyak hal dan orang tampaknya tidak memihak kepadanya—ras, latar belakang agama, jenis kelamin, para murid, Setan, dan bahkan Yesus tampaknya tidak memerhatikannya (Mat. 15:22 27). Walaupun ada banyak hambatan, perempuan itu tidak menyerah. Dengan ketekunan yang mengagumkan, ia memaksakan dirinya melalui lorong-lorong gelap dari kesulitan, keputusasaan, dan penolakan. Hasilnya? Yesus memuji imannya dan menyembuhkan anak perempuannya (ay.28).

Kita juga diajak untuk datang kepada Yesus dengan tekun. Ketika kita terus bertanya, mencari, dan mengetuk, kita akan menemukan anugerah dan belas kasih pada saat yang dibutuhkan.

Sesuatu terjadi ketika kita berdoa,
Sediakan tempat dan berdiamlah,
Bergumullah hingga fajar menjelang;
Marilah kita tekun berdoa. —NN.

Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa layang-layang bisa terbang?
Karena ada angin dan ia berani melawan angin itu! Ya, angin membawa layang-layang naik hingga tinggi ke awan. Dan hanya dengan berani melawan angin, maka layang-layang itu bisa terus terbang dengan terarah. Layang-layang yang mengikuti arah angin adalah layang-layang yang putus, dan akan jatuh.

Kadang kita begitu takut saat angin pencobaan datang menerpa. Kalau boleh meminta, kita tidak berharap mengalami masalah, kesulitan, dan tekanan hidup. Sebaliknya, kita ingin jalan kita lurus dan mulus seperti jalan tol. Namun, bukankah kekristenan seperti itu hanya akan membuat kita tidak dewasa dalam Tuhan?

Bila hidup dihadapkan pada situasi atau keadaan yang sangat menakutkan, tak ada jalan lain kecuali harus memilih. Apakah kita akan seperti layang-layang yang berani melawan angin, atau mengikuti arus angin saja? Memang yang kedua lebih mudah. Ya, lebih mudah bagi kita untuk menyerah dalam situasi sulit. Namun, hari ini Tuhan ingin kita bertindak seperti pahlawan yang tak kenal menyerah saat dihadapkan pada pencobaan.

Janganlah takut jika hari ini angin yang sepoi-sepoi tiba-tiba menjadi badai. Tetaplah kuat di dalam Tuhan dan yakinlah bahwa bersama Tuhan kita akan cakap menanggung segala perkara. Bahkan kita akan mengalami perkara-perkara yang luar biasa bersama Tuhan. Jangan buru-buru menyalahkan angin besar yang menerpa layang-layang kita, sebab kita justru akan segera melihat awan, langit indah, dan pemandangan menakjubkan.

 

ANGIN TIDAK PERNAH MENJADI MUSUH LAYANG-LAYANG,
ANGIN SELALU MENJADI SAHABAT TERBAIK LAYANG-LAYANG.

PANGGILAN UNTUK MENJADI PELAYAN ALLAH

Kisah Para Rasul 2:1-13

 

Pentakosta berarti hari yang ke 50, yakni peringatan hari pencurahan Roh Kudus, 50 hari setelah kebangkitan Tuhan Yesus, atau hari ke 10 setelah kenaikan-Nya ke surga. Sesungguhnya hari raya Pentakosta ini merupakan perayaan syukur orang Yahudi, di mana umat pilihan Allah dari   berbagai tempat, berkumpul di Yerusalem untuk merayakannya (Imamat 23:15-21). Dalam peristiwa ini, janji pencurahan Roh Kudus digenapi oleh Tuhan kepada para murid yang sedang menanti-nantikannya (Kisah 1:12-14).

Beberapa hal akan kita renungkan dengan tujuan agar sebagai orang percaya, kita pun mengalami janji pencurahan Roh Kudus dan senantiasa hidup dipenuhi oleh-Nya.

  1. Pengertian dipenuhi oleh Roh Kudus

Ayat 1-3 menjelaskan peristiwa yang terjadi di hari Pentakosta, pada saat orang   percaya berkumpul di satu tempat. Kehadiran Roh Kudus ditandai dengan turunnya suatu bunyi dari langit seperti tiupan angin keras dan lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada setiap orang percaya. Lalu ayat 4 menyatakan tentang peristiwa  supranatural, yakni para murid dapat berkata-kata dalam bahasa lain seperti yang diberikan Roh kepada mereka karena mereka dipenuhi oleh Roh Kudus. Inti dari dipenuhi oleh Roh Kudus adalah kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus, saat seorang mengalami kelahiran baru dan melangkah bersama Tuhan.

  1. Ciri-ciri dipenuhi oleh Roh Kudus

Orang percaya yang telah dipenuhi oleh Roh Kudus menjadi jemaat mula-mula dengan cara hidup dipimpin dan dikendalikan oleh Roh Kudus. Ada tiga hal yang menjadi ciri seorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus, yakni : Bertekun dalam kebenaran Firman Tuhan, Senantiasa berdoa dan Tidak hidup bagi dirinya sendiri.

  1. Berkat bagi yang dipenuhi oleh Roh Kudus

Pasal 2:5-13 menunjukan berkat yang didapat seorang yang dipenuhi oleh  Roh Kudus. Peristiwa yang ajaib terjadi, para murid dapat berkata-kata dalam  bahasa yang tidak pernah mereka pelajari,  untuk menyatakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah. Berkat tidak hanya berbicara tentang kelimpahan secara materi atau financial, tetapi juga kelimpahan Rohani. Seorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus memiliki damai sejahtera dalam hatinya dan Roh yang menyala-nyala untuk bersaksi tentang Tuhan.

Pada peristiwa Pencurahan Roh Kudus (Pentakosta) orang-orang percaya dipenuhi Roh Kudus, Setiap orang percaya yang hidup menurut Roh senantiasa ditandai oleh perubahan hidup yang terus-menerus,Roh Kudus juga memberikan karunia-karunia Rohani dan keberanian untuk bersaksi tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah. Kiranya di hari Pentakosta ini, setiap kita dapat mengambil komitmen kembali untuk hidup menjadi pelayan Allah yang dipenuhi oleh Roh Kudus dengan menjadi saksi-saksi Kristus yang hidup.

Pdt. E.V. Manu-Nalle,S.Th

Kisah ini bercerita tentang seorang wanita cantik bergaun mahal yang mengeluh kepada psikiaternya bahwa dia merasa seluruh hidupnya hampa tak berarti.
Maka si psikiater memanggil seorang wanita tua penyapu lantai dan berkata kepada si wanita kaya, “Saya akan menyuruh Mary di sini untuk menceritakan kepada anda bagaimana dia menemukan kebahagiaan. Saya ingin anda mendengarnya.”
Si wanita tua meletakkan gagang sapunya dan duduk di kursi dan menceritakan kisahnya: “OK, suamiku meninggal akibat malaria dan tiga bulan kemudian anak tunggalku tewas akibat kecelakaan. Aku tidak punya siapa-siapa. Aku kehilangan segalanya. Aku tidak bisa tidur, tidak bisa makan, aku tidak pernah tersenyum kepada siapapun, bahkan aku berpikir untuk mengakhiri hidupku. Sampai suatu sore seekor anak kucing mengikutiku pulang. Sejenak aku merasa kasihan melihatnya.

Cuaca dingin di luar, jadi aku memutuskan membiarkan anak kucing itu masuk ke rumah. Aku memberikannya susu dan dia minum sampai habis. Lalu si anak kucing itu bermanja-manja di kakiku dan untuk pertama kalinya aku tersenyum.

Sesaat kemudian aku berpikir jikalau membantu seekor anak kucing saja bisa membuat aku tersenyum, maka mungkin melakukan sesuatu bagi orang lain akan membuatku bahagia. Maka di kemudian hari aku membawa beberapa biskuit untuk diberikan kepada tetangga yang terbaring sakit di tempat tidur. Tiap hari aku mencoba melakukan sesuatu yang baik kepada setiap orang. Hal itu membuat aku bahagia tatkala melihat orang lain bahagia. Hari ini, aku tak tahu apa ada orang yang bisa tidur dan makan lebih baik dariku. Aku telah menemukan kebahagiaan dengan memberi.”

Ketika si wanita kaya mendengarkan hal itu, menangislah dia. Dia memiliki segala sesuatu yang bisa dibeli dengan uang namun dia kehilangan sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Seorang anak keturunan Afrika. Di sebuah persimpangan jalan di sudut kota, ia menemukan seorang bapa sedang menjual balon yang nampak begitu indah. Bapa tersebut nampaknya seperti seorang penjual balon yang punya karisma khusus karena ia mampu menarik begitu banyak peminat. Begitu banyak orang berjejal di sekelilingnya, bukan saja anak-anak, tetapi juga orang tua mereka.

Anak keturunan Afrika itupun datang mendekat. Ia memperhatikan sang penjual balon, yang setelah memompa udara kedalam balon tersebut lalu melepaskannya terbang tinggi secara bebas ke angkasa. Sebuah balon merah dilepaskan. Disusul balom berwarna biru, lalu kuning. Setelah itu balon putih juga dilepaskan yang dengan serta-merta melejit bagai roket dan menghilang di angkasa biru.

Anak kecil itu mendekati sang penjual balon dan memperhatikan balon hitam yang juga dipajang di situ, lalu bertanya, “Jika engkau melepaskan balon hitam itu ke angkasa, apakah ia akan juga terbang secepat balon-balon berwarna lainnya tadi?”

Sang penjual balon memberikan senyuman kepada sang anak itu. Ia segera tahu apa yang dirasakan sang anak itu; yakni apakah yang hitam selalu berada dalam posisi yang diremehkan, apakah yang hitam selalu dikelasduakan. Dari pengalaman hidupnya yang singkat, sang anak tersebut telah belajar bahwa golongannya kaum berwarna hitam selalu muncul di belakang yang lain.

Sang penjual balon memompa balon hitam tersebut lalu melepaskannya ke angkasa. Balon hitam itupun menghilang bagai sebuah roket menembus awan yang kebetulan sedang terbang rendah, sambil berkata kepada anak tersebut, “Nak, bukan warna luarnya yang menentukan. Tetapi apa yang ada di dalamnya yang memberikan kemampuan kepada balon-balon ini untuk terbang tinggi.”

Semua manusia sama adanya, dan dapat dipisah-pisahkan berdasarkan harta kekayaan yang dimilikinya. Nilai martabat seorang manusia tidak ditentukan oleh kedudukannya, tidak juga oleh faktor keturunan dan ras. Manusia tidak dibedakan yang ditentukan oleh warna kulit seperti halnya kisah balon di atas.

Kita memperoleh martabat yang luhur karena Tuhan menghendaki agar kita berpartisipasi dalam gambaran diriNya. Kita semua adalah gambaran Allah, kita diciptakan seturut gambaran diriNya, dan inilah yang menentukan nilai seorang anak manusia.

Citra diri Allah yang ada di dalam diri kita inilah yang menjadi dasar dan nilai martabat seorang manusia. “Bukan warna luarnya yang menentukan. Tetapi apa yang ada di dalamnya yang memberikan kemampuan kepada balon-balon ini untuk terbang tinggi.”

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000,-waduh, apabila dibawa ke gereja untuk disumbangkan; tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama satu jam; namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan); namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan basketball diperpanjang waktunya ekstra; namun kita mengeluh ketika khotbah di gereja lebih lama sedikit dari pada biasa.

Betapa sulitnya untuk membaca satu perikop dari Kitab Suci; namun betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser; namun lebih senang duduk di bangku paling belakang di gereja.

Betapa sulitnya untuk menyesuaikan jadwal waktu kita, 2 atau 3 minggu sebelumnya untuk suatu acara gerejani; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari suatu bab sederhana dari Injil untuk di sharingkan dengan orang lain;namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain itu.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran; namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci.

Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya, atau berpikir,atau mengatakan apa-apa, atau berbuat apa-apa.

Betapa kita dapat menyebarkan seribu lelucon melalui e-mail, dan menyebarluaskannya dengan FORWARD seperti api; namun kalau ada mail yang isinya tentang Kerajaan Allah; betapa seringnya kita ragu-ragu, enggan membukanya dan membacanya, serta langsung klik pada icon DELETE.

Renungkanlah !!