header image
 

All posts in May 18th, 2016

Pada Ibadah Minggu 8 Mei 2016,dengan tema “Injil Untuk Siapa ? “ sekaligus juga diadakan pelayanan Baptisan Kudus untuk 2 orang anak.

 

Pelayanan Baptisan Kudus oleh Pdt.Anthonetha Manobe,S.Th untuk anak Erendira Grace Tjandri Manafe & anak Jessica Utami Nenabu

Kesukaran : Kebanggaan

Mazmur 90 : 1-10

Cavik Martentje Pah

 

Kelahiran seorang bayi merupakan kebahagiaan/sukacita bagi orang yang mengasihinya.Kehidupan baru tersebut bukan saja membahagiakan orangtua kandungnya,melainkan seluruh keluarga dan kenalan.Apa itu kehidupan ? Kehidupan adalah keadaan yang masih ada dan terus bergerak sebagaimana mestinya.Dengan kata lain,kehidupan adalah cara bagaimana kita menata hidup kita sebagaimana mestinya kearah yang lebih baik,tidak hanya semata rutinitas biologis saja.

Didalam hidup ini selalu ada tantangan.Apalagi hidup orang Kristen.Dalam Mazmur 90 : 10 dikatakan bahwa hidup seseorang sampai umur 70 tahun,dan jika kuat sampai 80 tahun,dan akan mengalami kesukaran dan penderitaan sebagai kebanggaannya.Sebagai orang Kristen kita harus dapat berpikir bahwa semua yang terjadi adalah karena maksud Tuhan.Kesukaraan dan penderitaan (pencobaan,sakit penyakit) yang dialami bukanlah “kutuk” dalam hidup orang Kristen,melainkan sebuah berkat untuk mengubah pikiran dan hati agar dapat berpikir positif sehingga mengalami kesembuhan (fisik dan rohani) serta membentuk hidup kita untuk lebih dekat pada Tuhan.

Justru semua kesukaran tersebut harus dipakai untuk menjadi peringatan bagi diri sendiri bahwa kita sebagai manusia hanyalah debu yang tidak dapat hidup tanpa Tuhan.Dengan demikian saat berada dalam situasi apapun,saat kita sedang “diatas” maupun “dibawah”,kita dapat menghargai berkat Tuhan dan sekaligus menghargai sesama.

Kesukaran sesungguhnya memiliki maksud dan tujuan yang baik,yaitu :

  1. Untuk membuat kita lebih bertekun (beribadah,berdoa dan dekat dengan Tuhan ( Yakobus 1 : 2-4)
  2. Di disiplinkan oleh Tuhan (lewat persoalan,sakit dan penderitaan (Ibrani 12 : 7-11)

Dalam Yesaya 43 : 2 meyakinkan dan meneguhkan kita bahwa dalam segala kesukaran dan penderitaan yang kita alami,Ia tetap meyertai dan menopang kita.Kita hanya harus berdoa,meyakinkan hati dan pikiran kita bahwa Tuhan lebih besar dari persoalan kita.

Kesukaran adalah menjadi kebanggaan kalau kita sadar bahwa kita bukan apa-apa dan hanya Tuhan sajalah yang dapat mengangkat kita ; bahwa hidup kita bergantung pada Tuhan dan membiarkan Tuhan bekerja dalam kehidupan kita.Amin.

 

Khotbah pada ibadah rutin Komisi Wanita,Rabu 18 Mei 2016

 

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib.

Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya.

Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya, seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti, bila si petani mengucapkan kata “cukup”.

Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan matanya.

Diambilnya beberapa ember untuk menampungnya.

Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubuk mungilnya untuk disimpan di sana.

Kucuran uang terus mengalir, sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya.

Masih kurang ……,
Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya.

Belum cukup ……,
Dia membiarkan mata air itu terus mengalir,
hingga akhirnya ……,
Petani itu mati tertimbun.

Ya, dia mati tertimbun bersama ketamakannya,
karena ….. dia tak pernah bisa berkata “CUKUP”.

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia, adalah “cukup”.

Kapankah kita bisa berkata cukup ?

Hampir semua pegawai, merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya.

Pengusaha, selalu merasa pendapatan perusahaannya masih di bawah target.

Istri mengeluh suaminya kurang perhatian.

Suami berpendapat istrinya kurang pengertian.

Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.

Semua merasa kurang ……, kurang ……, dan kurang …….

Kapankah kita bisa berkata “cukup” ?

Cukup, bukanlah soal berapa jumlahnya.

Cukup, adalah persoalan kepuasan hati.

Cukup, hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa bersyukur.

Tak perlu takut berkata cukup !

Mengucapkan kata cukup, “bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya.”

Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yg berbahagia…