header image
 

All posts in May 14th, 2016

Seorang professor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer. Di sana , ia berjumpa dengan seorang prajurit yang tak mungkin dilupakannya, Ralph, penjemputnya di bandara. Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju tempat pengambilan bagasi.Ketika berjalan keluar, Ralph sering menghilang. Banyak hal dilakukannya. Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh dan terbuka, kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat sinterklas.Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Setiap kali, ia kembali ke sisi sang professor dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.
Dari mana Anda belajar melakukan semua hal itu ? tanya sang professor.Melakukan apa ? tanya Ralph.
Dari mana Anda belajar untuk hidup seperti itu ? desak sang professor.
Oh, kata Ralph, selama perang ….. Saya kira, perang telah mengajari saya banyak hal.
Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam. Juga tentang tugasnya saat membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia harus menyaksikan satu persatu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya.
Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah. katanya ……
Saya tidak pernah tahu, apakah langkah berikutnya adalah pijakan terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki serta mensyukuri langkah sebelumnya.
Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini. Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang bermakna bagi orang lain.

Nilai manusia …… tidak ditentukan dengan bagaimana ia mati, melainkan bagaimana ia hidup. Kekayaan manusia bukan apa yang ia peroleh, melainkan apa yang telah ia berikan. Selamat menikmati setiap langkah hidup Anda dan BERSYUKURLAH SETIAP SAAT …….Banyak orang berpikir bagaimana mengubah dunia ini. Hanya sedikit yang memikirkan bagaimana mengubah dirinya sendiri.

Esensi Diri

Alkisah di suatu desa, ada kabar yang menggembirakan. Orang-orang di desa itu gembira mendengar bahwa putra sulung sang kepala desa akhirnya akan pulang ke desanya setelah meraih gelar sebagai seorang dokter. Rencananya, ia pulang untuk mencari istri alias pendamping hidupnya.
Mendengar si putra sulung kepala desa akan mencari seorang calon istri, orang-orang di desa sibuk memikirkan putri siapa yang pantas disandingkan dengan putra sulung kepala desa. Ketika berkumpul di aula desa, diputuskanlah bahwa ada 3 orang gadis yang menurut mereka paling sesuai disandingkan dengan putra sulung kepala desa.
Yang pertama adalah putri seorang juragan beras yang kaya di desa. Selain kaya, putri juragan ini sangat cantik dan molek. Perawakannya bak peragawati. Ramping, langsing dan singset. Menurut mereka, inilah pasangan yang cocok bagi putra sulung kepala desa. Yang satu cantik, dan yang lainnya ganteng.
Yang kedua adalah putri bendahara desa. Bendahara desa adalah seorang yang terpelajar, semua anaknya terpelajar. Putri sulung bendahara adalah seorang yang sangat pintar. Ia sangat jeli dan banyak membantu ayahnya. Nantinya ia diharapkan bisa menjadi pengganti ayahnya sebagai bendahara desa. Lagi-lagi, menurut orang-orang desa, inilah pasangan yang ideal. Sama-sama pintar, bendahara pintar dan dokter hebat.
Yang ketiga adalah putri seorang dokter desa. Menurut orang-orang desa, pasangan ini ideal ‘wong sama-sama dokter. Apalagi yang kurang?
Lalu, tibalah saat yang mendebarkan bagi seluruh isi desa. Putra sulung kepala desa akhirnya tiba di desa. Untuk membuktikan pilihan siapa yang paling tepat. Maka bergiliranlah putri si juragan, putri bendahara desa, dan putri dokter desa bertandang ke rumah pak kepala desa untuk berkenalan dengan putra sulung pak kepala desa. Tiga hari berturut-turut mereka berdatangan. Tetapi, tidak ada satu pun dari mereka yang dipilih oleh putra sulung kepala desa menjadi istrinya. Orang-orang di desa terheran-heran akan kenyataan ini.
Satu bulan kemudian, putra sulung kepala desa meminang putri seorang tukang kayu. Setelah melangsungkan pernikahan, mereka langsung meninggalkan desa, menuju ke kota tempat praktek si putra sulung sebagai dokter.
Setelah kepergian mereka, orang-orang desa yang penasaran bertanya kepada pak kepala desa. “Bapak, kenapa anak bapak malah memilih anak seorang tukang kayu menjadi istrinya?”
Dengan tersenyum pak kepala desa menjawab, ”Ia sudah memilih yang terbaik. Ia memilih apa yang ada di dalam, bukan apa yang tampak di luar.”
“Maksud bapak ?” Tanya orang-orang desa yang penasaran.
Lalu pak kepala desa menjelaskan dengan bijaksana, “Benar, bukan putri juragan yang cantik, molek, dan langsing yang dipilih anakku. Karena, ia tidak melihat fisik seseorang. Wajah yang cantik, tubuh yang langsing tidak akan bertahan lama. Ia akan pudar seiring waktu. Bukan juga, putri bendahara desa yang pintar. Karena, kepintaran tidak menjamin apapun. Ia juga tidak memilih putri dokter desa. Karena, profesi hanyalah bagian dari pekerjaan seseorang. Bukan menentukan bagaimana sebenarnya orang itu.”
“Kalau akhirnya anakku memilih putri si tukang kayu, itu lebih karena esensi diri yang baik. Putri si tukang kayu setiap sore selalu menyempatkan diri memberi minum pada beberapa kelinci yang tidak ia pelihara. Meskipun ia telah lelah membantu ayahnya bekerja. Esensi dirinya yang sederhana, tulus, dan rela melakukan pekerjaan yang sekecil apapun membuat anakku memilihnya sebagai pendamping hidupnya. Itu adalah hal yang terpenting bagi anakku.”
Tuhan tidak memerlukan seorang worship leader yang cantik luar biasa atau langsing luar biasa di dalam pelayanan-Nya. Tuhan juga tidak memerlukan seorang yang luar biasa pintar mengatur di dalam pelayanan-Nya. Bahkan, Tuhan juga tidak memerlukan seseorang yang punya jabatan luar biasa tinggi di perusahaannya untuk pelayanan-Nya.
Ia hanya melihat esensi diri kita. Hati kita yang tulus, rela dalam melakukan pelayanan-Nya. Itu saja.
Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan apa yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” ( 1 Samuel 16:7)

Berikut beberapa foto pada ibadah rutin pemuda,Kamis 12 Mei 2016 dengan tema ” Pemuda Pemimpin,bukan Pemimpi” yang dibawakan oleh pembicara ibu Pdt.Anthonetha Manobe,S.Th.

Pemuda Pemimpin,Bukan Pemimpi

Roma 12 : 2 / 1 Timotius 4 : 12

Pdt.Anthonetha Manobe,S.Th

Masa depan orang muda perlu dirancangkan,dikejar dan diusahakan.Adapun kedudukan seorang pemuda dalam gereja adalah :

  1. Pemuda adalah masa kini dari gereja
  2. Memberi diri dari sekarang,bekerja,beribadah,dan melayani (sebagai pelaku pelayanan dalam gereja)

Dalam kenyataannya,banyak orang muda tidak mau memberi diri dalam pelayanan.Mengapa ?Karena yang dicari hanya keramaian/membuat keramaian semata.Visi mereka tentang perdamaian sangat sedikit dan literatur tentang perdamaian pun sangat sedikit dibandingkan dengan literatur peperangan.

Dunia ini memang penuh dengan masalah,seperti :

  1. Materialisme (semua diukur dengan uang dan harta)
  2. Kapitalisme (segala sesuatu harus bertambah/berlipat ganda dalam materi)
  3. Fundamentalisme agama yang semakin garang ( paham tentang kebenaran sendiri,dan orang lain salah serta harus dimusnahkan).

Dalam konteks bangsa Indonesia,agama diatur dalam tatanan berbangsa dan bernegara & agama merupakan warisan ( sebagai orang muda Kristen yang mewarisi hidup  kekristenan,maka sudah seharusnya mengalami pertumbuhan didalam Kristus.Contoh : Timotius).Dari Timotius,kita dapat belajar mengenai kepribadiannya sebagai orang muda Kristen,sehingga kita harus :

  1. Taat berdoa (sadar akan keterbatasan,sadar bahwa Tuhan turut bekerja,sadar bahwa kekuatan doa ada pada kepasrahan).
  2. Suka memberi bantuan (tanpa pamrih/mengharapkan balasan).Dalam hal ini kita harus sadar bahwa kesempatan hanya datang sekali,karena itu kita harus dapat menjadi orang yang dipercaya,bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan segala sesuatunya.

Seorang muda harus memiliki kekuatan yaitu :

  1. Motivasi yang tepat
  2. Kepekaan terhadap keluhan
  3. Memahami masalah (survei,perencanaan)
  4. Kerjasama (pemanfaatan potensi/talenta)
  5. Berpikir kemasa depan
  6. Sistem/strategi yang baik
  7. Peruntukannya bagi banyak orang

Semoga sebagai pemuda/i yang dipenuhi banyak tugas dan tanggungjawab sebagai masa kini dari gereja,maka kita harus belajar menjadi seperti Timotius yang memiliki pengorbanan dan komitmen untuk membawa jiwa-jiwa kepada Kristus.Sekecil apapun kita,semoga peran kita dapat menjadi berkat bagi sesama.Amin.

Khotbah pada ibadah rutin komisi pemuda,Kamis 12 Mei 2016