header image
 

All posts in March, 2016

BERBAHAGIALAH ORANG YANG MEMBAWA DAMAI

1 Raja-Raja 17:7-16

Ada seorang janda itu nampak jelas bahwa mereka sedang diambang keputusan dan bersiap untuk keadaan yang terburuk bagi mereka, kenapa sampai Elia harus ada di Sarfat wilayah Sidon, ternyata di Israel terjadi sesuatu yang luar biasa, bangsa pilihan Allah ini sedang melakukan perbuatan yang tidak berkenan di hadapan Allah dimana Rajanya yang memang telah Allah percayakan untuk memimpin bangsa Israel ternyata malah membawa bangsa ini untuk berbelok dari Allah.

Allah mengirim Elia ke janda di Sarfat yang membutuhkan pertolongan. Janda ini dilanda kemiskinan yang berat, sampai ia berkata ia tidak bisa memberi roti kepada Elia sebab yang dimilikinya hanya segenggam tepung terakhir dan setelah itu dimakan, menurut akal manusia, janda bersama dengan anaknya akan mati setelah perbekalan yang sedikit itu habis. Dari apa yang dikatakan janda itu nampak jelas bahwa mereka sedang diambang keputusasaan dan bersiap untuk keadaan yang terburuk bagi mereka, yaitu mati kelaparan. Tetapi ketika Elia menyampaikan maksud Tuhan kepada janda tersebut, bahwa Tuhan akan membuat tepung itu tidak akan habis, janda itu tidak banyak berkata-berkata melainkan percaya kepada apa yang Tuhan katakan kepadanya melalui nabi Elia.

Ternyata, tepung roti yang sedikit itu tidak habis-habisnya selama dua setengah tahun karena diberkati Tuhan. Itu bukti bahwa Pemeliharaan Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Dari kehidupan janda ini,kita ini belajar bahwa ada banyak cara Tuhan menolong umatNya yang menderita, termasuk dalam hal kecukupan akan kebutuhan hidup. Berbahagialah orang yang hidupnya membawa damai dalam kehidupanya meskipun tidak semudah membalikan telapak tangan, apa yang Tuhan janjikan benar-benar janda itu alami. Tepung dalam tempayan dan minyak dalam buli-buli tiap hari dipakai membuat roti tapi tiap kali tepung dalam tempayan dan minyak dalam buli-buli tidak pernah berkurang. Kita belajar dari janda sarfat ; kita diberi kekuatan oleh Tuhan untuk menjadi alat damai sejahtera bagi orang lain. Tuhan memberikan berkatnya kepada kita berlimpah. Tuhan memberikan hidup serta berkat lainnya kepada kita supaya kita boleh menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan memberikan hidup dan memberkati usaha, pekerjaan, karya dalam kita, supaya kita menjadi berkat bagi orang lain. Jadilah seperti janda sarfat itu yang menjadi berkat. Masing masing menerima berkat dari Tuhan sehingga dengan berkat itu kita boleh saling menolong. AMIN

Khotbah Pdt. Rony Runtu, M.Th pada Ibadah Umum 6 Maret 2016

Kasih Allah Sumber Kedamaian

(Lukas 9:37-43a; Mrk. 9:14-29)

 

Kata syalom dapat diucapkan lebih lengkap dengan: “Syalom Alehem, jawabannya: Wa Alehem Syalom”. Salam ini membuktikan bahwa kasih dan kedamaian Allah bagi kita semua membuat kita semua selamat sampai hari ini. Dalam Ayat yang kita baca, menunjukkan bahwa Tuhan tidak bisa kita kenal hanya karena memikirkanNya, bukan kita yang berpikir dan menemukan Tuhan, melainkan Tuhan yang menemukan kita. Orang yang beriman pasti ada saat dimana dia menjadi ragu, dan orang yang menjadi ragu adalah orang yang beriman.

Orang yang meminta agar anaknya dilepaskan dari roh jahat itu berkata bahwa dia sudah meminta berualangkali kepada murid-murid Yesus tetapi mereka  tidak dapat (ayat 40). Bukti bahwa orang yang menjadi jemaat bertahun-tahun belum teruji imannya. Justru imannya teruji saat situasi tidak kondusif, bukan dalam kondisi nyaman. Jikalau saudara selama ini tidak ada tantangan, berdoa minta Tuhan ijinkan saudara mengalami tantangan agar imanmu tahan uji. . kita harus ingat bahwa bagi manusia imposible (tidak mungkin) tetapi posible (mungkin) bagi Allah dan ini berlaku sampai hari ini bahkan seterusnya.

  1. Bapak yang meminta anaknya dilepaskan ini tidak sekedar mengucapkan bahwa dia percaya (belive) tetapi dia juga melakukan kepercayaannya (do belive) walaupun dia tahu ada keraguan dalam dirinya. Kita harus dengan yakin dan jujur mengaku bahwa kita percaya dengan mengatakan:
  • Tuhan saya tidak tahu mengapa rumah tangga saya seperti ini tapi saya percaya.
  • Tuhan saya tidak tahu mengapa usaha saya tidak semakin membaik tetapi saya percaya.
  • Tuhan saya sudah 10 tahun menikah dan belum dikarunia anak tapi saya percaya.

Percaya dulu baru kita bisa mengerti kehendak Tuhan. Kalau kita mau mengerti dulu baru percaya maka kita tidak akan pernah mengerti dan menjadi putus asa. Musibah apapun percaya dulu baru mengerti.

  1. Orang percaya adalah orang yang dengan jujur mengatakan “Tuhan tolonglah hambamu yang tidak percaya ini”. karena kita tahu iman kita belum sempurna. Ada jemaat yang sombong rohani dan mengatakan “saya percaya, saya yakin sepenuhnya”. Socrates pernah berkata: “orang yang mengaku diri tahu tapi bilang tidak tahu, itulah permulaan tau”. Berarti orang yang tidak tahu tapi mengaku diri tahu adalah orang yang sok tahu. Kita tahu bahwa kita pasti bisa berbuat ini dan itu, pergi kemana saja tetapi sebaiknya kita mengatakan “kalau Tuhan berkenan” (Yakobus 4:15) karena iman kita belum sempurna. Kita belajar untuk terus percaya mengapa Yesus mau berkorban bagi kita sampai mati.

Filipi 4:7 “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Banyak orang kristen yang gagal mempercayai Tuhan karena ayat ini dibalik: bukan damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, tapi akal yang melampaui segala damai. Kalau akal yang kita pakai untuk mempercayai Tuhan maka kita akan kecewa, sebaliknya damai sejahtera Allah itu yang melampaui akal kita sehingga pikiran kita diterangi oleh kasih dan kuasa Tuhan. Jika demikian maka kita akan sungguh beriman dan mau percaya kepada Tuhan selalu. Amin

Khotbah Pdt. Emr. Gotlief Ratuwalu, S.Th pada Ibadah Umum,28 Februari 2016

TANGGAL TEMA PENGKHOTBAH
06 Maret 2016 Dimanakah aku menemukan kelegaan? Pdt. Anthonetha Manobe, S.Th
13 Maret 2016 “Etika Pekerjaan” Pdt. Amos Winarto, Ph. D
20 Maret 2016 “Bangkitlah, Muliakanlah Allahmu” Pdt. Luisa A. Nakmofa-Wulang
25 Maret 2016 “Mati Atau Hidup”
(Kebaktian Jumt Agung)

( pukul 09.00 )

Pdt. Yandi Manobe, S.Th
Perjamuan Kudus

( pukul 17.00 Wita)

27 Maret 2016 “Kristus Bangkit Berilah Dirimu Diperdamaikan” Pdt. Tamu

 

Sikap Rendah Hati

Filipi 2:8-11 “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”
Ayat diatas menunjukkan kepada kita bagaimana kerendahan hati mendahului kehormatan.
Supaya perkenanan dan rencana Tuhan dapat bekerja dalam hidup kita, syarat utamanya kita harus berjalan dalam kerendahan hati. Hal ini merupakan persyaratan bagi kita untuk lulus ujian kerendahan hati. Seperti yang kita lihat di sini, karena Yesus merendahkan diri-Nya, Allah sangat meninggikan Dia. Dan pada saat itu, tidak ada setan di neraka bisa melakukan apapun untuk mencegahnya.
Ketika Tuhan mempromosikan Anda, tidak ada orang, tidak ada setan, tidak ada sistem apapun yang dapat menghambat Anda.
Kuasa Tuhan yang mempromosikan itu tidak dapat ditolak. Tidak bisa dipungkiri, dan tak terkalahkan.
Tetapi sikap yang rendah hati harus ada terlebih dahulu. Sering dikatakan bahwa tidak ada seorangpun berdiri lebih tinggi daripada saat dia berlutut di hadapan Allah. Mari kita merendahkan hati dan taat kepada Tuhan dalam setiap area kehidupan kita. Jika kita merendahkan diri kita di hadapan-Nya, Allah akan mengangkat kita. Pekerjaan Tuhan adalah untuk mempromosikan kita, dan tugas kita adalah untuk memiliki sikap yang rendah hati di hadapan-Nya. Promosi adalah bagian Tuhan dan pekerjaan Tuhan bagi orang-orang percaya.
Sikap yang rendah hati membuka jalan bagi promosi dari Tuhan dalam hidup kita.
Disadur dari Renungan Harian,Cerita Iman dan Kisah Inspiratif

Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan,… - II Timotius 1:7

 

Salah satu alasan mengapa kita tidak bisa mengembangkan senyum lebih lebar adalah karena kita terlampau dicekam oleh ketakutan kita sendiri. Boleh percaya boleh tidak, namun fakta berkata bahwa ketakutan adalah seperti kanker ganas yang menggerogoti sukacita kita. Semakin kita mengijinkan ketakutan mempengaruhi kehidupan kita, maka semakin sulit kita merasakan sukacita.
Cerita lama dari India menceritakan tentang tikus yang ketakutan karena melihat seekor kucing. Itu sebabnya tikus tersebut pergi kepada tukang sihir untuk menyulapnya menjadi kucing. Setelah tikus tersebut jadi kucing, kembali lagi ia dicekam rasa takut karena melihat anjing. Maka segera saja ia kembali ke tukang sihir dan minta mengubahnya menjadi anjing. Setelah jadi anjing, lagi-lagi ia takut ketika bertemu dengan macan dan minta kepada tukang sihir untuk mengubahnya menjadi macan. Tetapi ketika ia datang lagi dengan keluhan bahwa ia bertemu dengan pemburu, si tukang sihir menolak membantu lagi, “Akan saya ubah kamu jadi tikus lagi, sebab, sekalipun badanmu macan, nyalimu masih tetap nyali tikus.”
Ketika kita percaya kepada Yesus, kita diubah menjadi manusia baru. Hanya sayang, kita seperti cerita klasik tersebut. Kita mengaku sudah menjadi manusia baru, tapi “nyali” kita tidak baru. Daripada mengijinkan Kristus menguasai kehidupan kita, kita lebih mengijinkan ketakutan yang menguasai kita. Bukan iman, tapi rasa kuatir. Bukan keberanian, tapi rasa cemas. Tak heran sukacita kita padam. Tak ada senyum. Tak ada keceriaan. Sebaliknya, kegelisahan dan ketakutanlah yang terpancar dari hidup kita.
Seandainya kita memiliki nyali Kristus, tentu kita bisa bersukacita dalam segala keadaan. Paulus memiliki nyali Kristus, itu sebabnya penjara tak bisa membendung sukacitanya. Demikian juga situasi dan kondisi yang paling buruk sekalipun tak akan pernah bisa memadamkan sukacita kita, seandainya kita memiliki nyali Kristus. Sungguh ironis kalau kita mengaku sebagai anak Tuhan tetapi tak mampu lagi bersukacita karena situasi dan keadaan yang menantang kita. Bukankah seharusnya kita berani menghadapi setiap tantangan hidup dengan optimisme dan sukacita? Kalau tak bisa tersenyum di tengah tantangan hidup, itu seperti seekor macan dengan nyali tikus.
Hadapilah semua tantangan hidup dengan optimisme dan sukacita.

Layakkah Engkau Marah

Bacaan : Yunus 4 : 1-11

“Layakkah Engkau Marah?” Begitulah pertanyaan Allah kepada nabi Yunus setelah ia mentobatkan penduduk kota Niniwe.Dua kali pertanyaan seperti ini diucapkan Allah.Pertama kali ketika orang-orang kota Niniwe telah bertobat,dan Allah membatalkan hukuman-Nya kepada mereka.Dan kedua kalinya ketika pohon jarak yang ditumbuhkan Allah mnjadi naungan bagi Yunnus dari terik matahari,hanya sehari hidup kemudian layu dan kering.

Terhadap kemarahan Yunus itu,Allah bertanya kepadanya “layakkah engkau marah?”Maksudnya “apakah boleh dan pantas Yunus marah terhadap sikap dan perbuatan Allah itu dalam hal menyelamatkan orang-orang dikota Niniwe?” Menurut Allah,tidak sepantasnya Yunus marah karena Allah pengasih dan penyayang,menyaksikan pertobatan orang-orang itu,setelah Yunus memberitahukan hukuman Allah yang akan menimpa mereka,dan karena itu Allah amat mengasihi mereka dan membatalkan hukuman-Nya itu.Ini sifat Allah yang istimewa,bahwa Allah membenci dosa-dosa manusia,tetapi Ia selalu mengasihi orang-orang berdosa yang bertobat dan menaati kehendak-Nya.Disinilah letak ketidaklayakan amarah Yunus-karena Ia terlanjur salah paham akan sikap dan perbutan Allah,dan menganggap Allah tidak konsekuen dengan janjiNya untuk menghukum orang-orang dikota Niniwe itu.

Pada sisi lain Allah juga hendak mengajar nabi Yunus untuk memahami cinta kasih dan kebaikan hati Allah terhadap orang-orang Niniwe yang ia mau selamatkan.Ketika Allah menumbuhkan sebatang pohon jarak yang rindang daunnya,yang melindungi Yunus dari terik matahari,Yunus amat bersukacita.Tapi besoknya pohon itu layu dan kering,membuat Yunus kesal dan marah karena perbuatan Allah itu.Maka Allah bertanya kepadanya “ Layakkah engkau marah?Sedangkan engkau tidak menanam dan menumbuhkan pohon itu.” Allah berkata selanjutnya “Bagaimana tidak Aku sayang kepada penduduk kota Niniwe yang lebih dari 120.000 orang yang tak mengerti apa-apa?”

Dalam peristiwa ini Allah mengajarkan kepada nabi Yunus suatu kebenaran bahwa sebenarnya ia tidak berpikir seperti yang dipikirkan Allah dengan kasih sayang-Nya,mau menyelamatkan penduduk kota Niniwe dari hukuman yang telah Ia rancangkan itu.Disinilh ketidak-layakkan amarah nabi Yunus,karena sikapnya yang tidak sesuai dengan maksud Allah untuk menyelamatkan orang-orang berdosa seperti penduduk kota Niniwe itu.

Dari bacaan ini ada tiga hal yang dapat kita catat sebagai pelajaran bagi kita sebagai orang yang percaya kepada Allah.Yang pertama,Allah adalah pengasih dan penyayang,dan Ia selalu menyatakan kasih setia-Nya yang berisi pengampunan kepada kita orang berdosa.Terhadap sikap Allah ini,kita tidak hanya perlu bersyukur,tetapi juga harus mendorong kita untuk hidup didalam pertobatan dan ketaatan kepada kehendak-Nya.Yang kedua,sikap Allah terhadap nabi Yunus menjadi pelajaran bahkan teguran kepada kita.Bahwa dalam beriman kepada Allah,seharusnya kita pun memiliki cara berpikir dan memiliki pula perasaan hati Allah yang selalu mengutamakan kepentingan banyak orang dan keselamatan mereka,dan bukan hanya kepentingan diri kita sendiri.Kita patut menyatakan kasih sayang kita kepada sesama kita,karena Allah terlebih dahulu tela mengasihi mereka.Yang ketiga,bahwa sifat pemarah atau cepat marah itu bukan sikap yang terpuji dihadapan Allah.Bahkan sifat pemarah itu justru akan merusak citra diri kita,karen aitu alkitab memperingatkan kita untuk menjauhi sifat itu sebagaimana disaksikan dalam Yakobus 1 : 19-20.Amin.

Pdt.John St.Yusuf,S.Th

Pelaksanaan audit pada Majelis Komisi & Komisi Kategorial berlangsung pada hari Senin 22 Februari – Sabtu 27 Februari 2016 bertempat di ruang sekretariat GMIT Agape Kupang jam 16.00 WITA-selesai.Oleh BP3 J GMIT Agape Kupang,audit dilaksanakan pada beberapa aspek,antara lain : Keuangan,Administrasi Keuangan (Jurnal,bukti kas) serta Laporan Program Pelayanan Tahun 2015 yang lalu (tujuan,sasaran program,dokumentasi kegiatan,dll).

Roma 5:1-5
Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Semua orang yang berhasil dalam hidupnya adalah orang-orang yang pernah mengalami kegagalan. Kuncinya yaitu mereka tidak putus asa. Mereka tidak berhenti mencoba, tetapi terus berusaha. Kegagalan tidak membuat seseorang “gagal”, kecuali ia menyerah dan berhenti mencoba.
Tahukah Anda bahwa Walt Disney, pencipta dan pendiri Disneyland, pernah dikeluarkan dari pekerjaan karena kekurangan ide? Usahanya bangkrut berkali-kali sebelum akhirnya ia membangun Disneyland.
Albert Einstein, orang yang paling jenius di dunia, mulai dapat berbicara ketika ia telah berumur 4 tahun. Ia mulai dapat membaca ketika berumur 7 tahun. Gurunya di sekolah menilainya sebagai seorang anak yang lambat, tidak dapat bergaul, dan suka melamun. Ia juga pernah dikeluarkan dari Zurich Polytechnic School.
Ketekunan adalah unsur yang penting untuk mencapai kesuksesan. Kesuksesan biasanya tidak terjadi seketika, tetapi melalui banyak proses kegagalan. Semakin kita tekun dan mau belajar dari kegagalan kita, semakin dekat kita kepada kesuksesan.

Seorang pemenang bukanlah orang yang tidak pernah gagal 

tapi tidak pernah menyerah.

Disadur dari Renungan Harian,CeritaIman & Kisah Inspiratif

Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak.- Amsal 13:20

Pelikan adalah burung penangkap ikan yang ulung. Tetapi di kota Monterey, California hal seperti ini tidak terjadi. Di kota ini, burung-burung pelikan tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan ikan, karena banyak sekali pabrik-pabrik pengalengan ikan. Selama bertahun-tahun mereka berpesta dengan ikan-ikan yang berserakan. Tetapi hal yang menakutkan terjadi ketika ikan di sepanjang pesisir mulai habis, dan pabrik-pabrik pengalengan mulai tutup, burung-burung tersebut mengalami kesulitan. Karena sudah bertahun-tahun tidak menangkap ikan, mereka menjadi gemuk dan malas. Ikan-ikan yang dulu mereka dapatkan dengan mudah sudah tidak ada, sehingga satu persatu dari mereka mulai sekarat dan mati.

Para pencinta lingkungan hidup berusaha keras untuk menyelamatkan mereka. Berbagai cara dicoba untuk mencegah populasi burung ini agar tidak punah. Sampai suatu saat terpikirkan oleh mereka untuk mengimport burung-burung pelikan dari daerah lain, yaitu pelikan-pelikan yang berburu ikan setiap hari. Pelikan-pelikan tersebut lalu bergabung bersama pelikan-pelikan setempat. Hasilnya luar biasa. Pelikan-pelikan baru tersebut dengan segera berburu ikan dengan giatnya, perlahan-lahan pelikan-pelikan yang kelaparan tersebut tergerak untuk berburu ikan juga. Akhirnya pelikan-pelikan di daerah tersebut hidup dengan memburu ikan lagi.
Les Giblin, seorang pakar hubungan manusia menjelaskan bahwa manusia belajar sesuatu dari panca inderanya. 1% dari rasa, 1½ % dari sentuhan, 3½ % dari penciuman, 11% dari pendengaran, dan 83% dari pengelihatan. John C Maxwel, seorang pakar kepemimpinan dalam sebuah surveinya membuktikan bahwa, “Bagaimana seorang menjadi pemimpin?” 5% akibat dari sebuah krisis, 10% adalah karunia alami, dan 85% adalah dikarenakan pengaruh dari pemimpin mereka.
Demikian halnya jika Anda ingin semakin maju, maka salah satu cara terbaik adalah dengan bergaul dengan orang-orang yang berprestasi yang bisa anda temui. Perhatikan cara mereka bekerja, lihat hidup mereka, pelajari cara berpikir mereka, lihat bagaimana mereka mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidup mereka. Memang benar kita dapat belajar dari Tuhan langsung atau melalui pimpinan Roh Kudus, tapi kita juga harus terbuka ketika Tuhan menempatkan orang-orang terbaik yang bisa memacu hidup kita.
Carilah pergaulan yang dapat membangun kerohanian dan kehidupan Anda!

 

Disadur dari Renungan Harian,CeritaIman & Kisah Inspiratif

« Older Entries     Newer Entries »