header image
 

All posts in March 29th, 2016

Ibadah Jumat Agung,doa buka puasa dan Perjamuan Kudus berlangsung pada hari Jumat,25 Maret 2016.Ibadah pagi pada jam 09.00-10.30 wita,mengangkat tema “Kita Hidup atau Kita Mati?” dilanjutkan dengan doa buka puasa & buka puasa bersama bagi jemaat yang berpuasa sejak semalam.Sedangkan Perjamuan Kudus berlangsung pada sore harinya,jam 17.00-18.30 wita.Ibadah Jumat Agung & Perjamuan Kudus dipimpin oleh Pdt.Yandhi Manobe,S.Th,sedangkan doa buka puasa dipimpin oleh cavik Martentje Pah.

Ibadah Pagi :

Doa buka puasa :

Perjamuan Kudus :

Pada hari Kamis,24 Maret 2016 jam 18.00-20.00 Wita berlangsung Ibadah Refleksi & doa puasa untuk merenungkan,memahami dan meneladani sengsara serta pengorbanan Yesus Kristus diatas kayu salib untuk menebus dosa-dosa manusia.Ibadah di isi dengan puji-pujian bersama,pembakaran lilin,doa-doa, renungan ,dan pemutaran video singkat tentang sengsara Yesus Kristus.

Jemaat saat mengikuti ibadah :

“ Mujizat masih ada “

(Matius 14: 13 – 21 )

 

Tidak ada mujizat bagi orang yang malas dan tamak. Tuhan memang memelihara kehidupan burung pipit tetapi tidak dengan melemparkan makanan kesarangnya.

Ada dua hal yang luar biasa dalam cerita ini :

Pertama, bagaimana reaksi orang-orang terhadap situasi dalam cerita ini ? reaksi Yesus beda dengan murid-murid.

Murid-murid menyuruh mereka pulang tetapi kata Yesus mengapa menyuruh mereka pulang ? Kamu harus memberi mereka makan. Reaksi itu menentukan mujizat Tuhan terjadi atas mereka. Murid-murid cenderung berpikir bahwa orang banyak itu bukan bagian dari diri mereka, mereka hanya pengikut. Tapi Yesus berpikir bahwa orang banyak ini adalah bagian hidupNya sehingga kelaparan mereka, juga kelaparan Yesus.

Mujizat itu tidak akan terjadi jika kita memandang orang lain bukan bagian dari kita. Mujizat tidak terjadi pada orang yang masih memilih siapa dan mengapa saya harus menolong. Murid-murid melihat orang-orang ini sebagai beban bukan tanggung jawab. Orangtua tidak boleh melihat anak sebagai beban, suami tidak boleh melihat istri sebagai beban, kita harus memandang orang-orang disekeliling kita sebagai tanggung jawab bukan beban.

Kedua, reaksi terhadap sumber daya/potensi yang ada pada mereka.

Bagaimana mungkin lima ketul roti dan dua ikan dapat memberi makan lima ribu orang. Banyak orang tidak akan mengalami mujizat Tuhan karena tidak bersyukur dengan apa yang ada pada mereka tapi menyesali apa yang belum ada padanya.

Orang demikian tidak dapat bersyukur karena melihat sesuatu dari luar dirinya bukan didalam dirinya. Senang dan sukacita beda, senang adalah sesuatu yang kita dapat sementara sukacita adalah sikap kita terhadap apa yang kita dapat. Kalau mau dapat senang jangan cari Tuhan, kalau mau sukacita carilah Tuhan. kita sulit menemukan mujizat karena kita tidak bersyukur. Orang yang diluar Tuhan sekalipun dia sedang hidup, berjalan dan melihat tetapi sesungguhnya dia mati, tetapi orang yang dalam Tuhan dia sadar bahwa semua yang dia dapat dari Tuhan dan Tuhanlah yang membuat banyak hal yang luar biasa dalam hidupnya. Sikap kita terhadap berkat itu penting untuk kita menikmati mujizat Tuhan. Tuhan mampu melakukan mujizat dalam hidup orang-orang yang mau mengandalkan dan mempercayai Tuhan dalam hidupnya.

 

Ringasan Khotbah : Pdt. Yandhi Manobe, S.Th

HENTIKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

Kejadian 16: 1-11, Kejadian 21: 8-21

 

     Mengapa stop kekerasan terhadap perempuan dan anak? Karena merekalah yang sering jadi sasaran  kekerasan dari dulu sampai sekarang atas nama agama maupun masyarakat. Anak-anak korban kekerasan contohnya Nuh anaknya Ham,yang melihat Nuh telanjang, Yefta seorang hakim tetapi anak gadisnya menjadi korban nazarnya.

 Kita lihat Hagar seorang pelarian ( Hijrah) karena telah mengalami kekerasan dari nyonyanya Sarai. Dia seorang budak, perempuan & orang asing, 3 gelar ini membuat ia tersisih.

     Ada 4 bentuk kekerasan yang dialami Hagar dan mungkin dialami generasi saat ini, dengan melihat jenis-jenis kekerasan ini kita mengevaluasi diri kita apakah kita sering mengalami kekerasan ataukah kita justru telah menjadi pelaku kekerasan ?

 

  1. Kekerasan Fisik : Hagar sementara hamil tapi ditindas dengan terus bekerja rodi, sebenarnya dia harus istirahat tapi terus bekerja, saat ini juga masih ada ibu hamil yang alami kekerasan serupa .
  2. Kekerasan Mental : Karena mestinya ada suami yang bertanggung jawab akan tetapi dia malah diusir dan harus melarikan diri. Banyak ibu-ibu muda yang menjadi pelarian, karena hamil tanpa suami. Ketakutan mereka seperti halnya Hagar yang ketakutan menanggung beban sosial karena mengandung tanpa suami bahkan terancam dirajam batu.
  3. Kekerasan Seksual : Di paksa berhubungan dengan orang yang bukan suaminya, dia melakukannya bukan karena rasa cinta tapi karena dipaksa. Anak-anak masih kecil tapi sudah jadi ibu akibat kekerasan seksual, bagaimana peran Gereja melayani anak-anak yang dibawah umur yang sudah terlanjur hamil dan melahirkan.
  4. Kekerasan Ekonomi : Hagar seorang budak bekerja tanpa upah, dia melarikan diri tanpa upah. Banyak ibu-ibu hamil yang sering bergumul dengan kebutuhan ekonominya sementara dia sedang mengandung.

 

Masihkah jenis-jenis kekerasan itu terjadi diantara kita ? Dimanakah Allah saat Hagar mengalami kekerasan/penindasan dari nyonya Sarai?

Allah berfirman: kembalilah ke Abraham untuk dapatkan kembali hak-haknya. Dan anaknya Ismael akan menjadi bangsa yang besar ( 16:9-12)

Tuhan berpihak kepada Hagar buktinya Allah berfirman anak itu harus dinamai Ismael artinya Allah mendengar, Allah mau dia dibebaskan dari penindasan itu Allah menyelamatkan nyawa anak itu dengan memberikan air sejuk dari mata air sumur Lahai Roi. Merasakan hal itu Hagar menyebut Allah dengan sebutan Elroi artinya Allah melihat. Benarkah bahwa kita akan memperbaharui pelayanan kita terhadap perempuan dan anak-anak dalam iman dan pendidikan?Ada kekerasan karena kita tidak mempersiapkan pelayanan kepada anak-anak kita dengan baik. Kita harus memberikan air sejuk bagi anak-anak Gereja. Supaya mereka melihat Allah Elroi.

Ringkasan Khotbah: Pdt. B. Nara Lulu, S.Th