header image
 

All posts in March 4th, 2016

TANGGAL TEMA PENGKHOTBAH
06 Maret 2016 Dimanakah aku menemukan kelegaan? Pdt. Anthonetha Manobe, S.Th
13 Maret 2016 “Etika Pekerjaan” Pdt. Amos Winarto, Ph. D
20 Maret 2016 “Bangkitlah, Muliakanlah Allahmu” Pdt. Luisa A. Nakmofa-Wulang
25 Maret 2016 “Mati Atau Hidup”
(Kebaktian Jumt Agung)

( pukul 09.00 )

Pdt. Yandi Manobe, S.Th
Perjamuan Kudus

( pukul 17.00 Wita)

27 Maret 2016 “Kristus Bangkit Berilah Dirimu Diperdamaikan” Pdt. Tamu

 

Sikap Rendah Hati

Filipi 2:8-11 “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”
Ayat diatas menunjukkan kepada kita bagaimana kerendahan hati mendahului kehormatan.
Supaya perkenanan dan rencana Tuhan dapat bekerja dalam hidup kita, syarat utamanya kita harus berjalan dalam kerendahan hati. Hal ini merupakan persyaratan bagi kita untuk lulus ujian kerendahan hati. Seperti yang kita lihat di sini, karena Yesus merendahkan diri-Nya, Allah sangat meninggikan Dia. Dan pada saat itu, tidak ada setan di neraka bisa melakukan apapun untuk mencegahnya.
Ketika Tuhan mempromosikan Anda, tidak ada orang, tidak ada setan, tidak ada sistem apapun yang dapat menghambat Anda.
Kuasa Tuhan yang mempromosikan itu tidak dapat ditolak. Tidak bisa dipungkiri, dan tak terkalahkan.
Tetapi sikap yang rendah hati harus ada terlebih dahulu. Sering dikatakan bahwa tidak ada seorangpun berdiri lebih tinggi daripada saat dia berlutut di hadapan Allah. Mari kita merendahkan hati dan taat kepada Tuhan dalam setiap area kehidupan kita. Jika kita merendahkan diri kita di hadapan-Nya, Allah akan mengangkat kita. Pekerjaan Tuhan adalah untuk mempromosikan kita, dan tugas kita adalah untuk memiliki sikap yang rendah hati di hadapan-Nya. Promosi adalah bagian Tuhan dan pekerjaan Tuhan bagi orang-orang percaya.
Sikap yang rendah hati membuka jalan bagi promosi dari Tuhan dalam hidup kita.
Disadur dari Renungan Harian,Cerita Iman dan Kisah Inspiratif

Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan,… - II Timotius 1:7

 

Salah satu alasan mengapa kita tidak bisa mengembangkan senyum lebih lebar adalah karena kita terlampau dicekam oleh ketakutan kita sendiri. Boleh percaya boleh tidak, namun fakta berkata bahwa ketakutan adalah seperti kanker ganas yang menggerogoti sukacita kita. Semakin kita mengijinkan ketakutan mempengaruhi kehidupan kita, maka semakin sulit kita merasakan sukacita.
Cerita lama dari India menceritakan tentang tikus yang ketakutan karena melihat seekor kucing. Itu sebabnya tikus tersebut pergi kepada tukang sihir untuk menyulapnya menjadi kucing. Setelah tikus tersebut jadi kucing, kembali lagi ia dicekam rasa takut karena melihat anjing. Maka segera saja ia kembali ke tukang sihir dan minta mengubahnya menjadi anjing. Setelah jadi anjing, lagi-lagi ia takut ketika bertemu dengan macan dan minta kepada tukang sihir untuk mengubahnya menjadi macan. Tetapi ketika ia datang lagi dengan keluhan bahwa ia bertemu dengan pemburu, si tukang sihir menolak membantu lagi, “Akan saya ubah kamu jadi tikus lagi, sebab, sekalipun badanmu macan, nyalimu masih tetap nyali tikus.”
Ketika kita percaya kepada Yesus, kita diubah menjadi manusia baru. Hanya sayang, kita seperti cerita klasik tersebut. Kita mengaku sudah menjadi manusia baru, tapi “nyali” kita tidak baru. Daripada mengijinkan Kristus menguasai kehidupan kita, kita lebih mengijinkan ketakutan yang menguasai kita. Bukan iman, tapi rasa kuatir. Bukan keberanian, tapi rasa cemas. Tak heran sukacita kita padam. Tak ada senyum. Tak ada keceriaan. Sebaliknya, kegelisahan dan ketakutanlah yang terpancar dari hidup kita.
Seandainya kita memiliki nyali Kristus, tentu kita bisa bersukacita dalam segala keadaan. Paulus memiliki nyali Kristus, itu sebabnya penjara tak bisa membendung sukacitanya. Demikian juga situasi dan kondisi yang paling buruk sekalipun tak akan pernah bisa memadamkan sukacita kita, seandainya kita memiliki nyali Kristus. Sungguh ironis kalau kita mengaku sebagai anak Tuhan tetapi tak mampu lagi bersukacita karena situasi dan keadaan yang menantang kita. Bukankah seharusnya kita berani menghadapi setiap tantangan hidup dengan optimisme dan sukacita? Kalau tak bisa tersenyum di tengah tantangan hidup, itu seperti seekor macan dengan nyali tikus.
Hadapilah semua tantangan hidup dengan optimisme dan sukacita.

Layakkah Engkau Marah

Bacaan : Yunus 4 : 1-11

“Layakkah Engkau Marah?” Begitulah pertanyaan Allah kepada nabi Yunus setelah ia mentobatkan penduduk kota Niniwe.Dua kali pertanyaan seperti ini diucapkan Allah.Pertama kali ketika orang-orang kota Niniwe telah bertobat,dan Allah membatalkan hukuman-Nya kepada mereka.Dan kedua kalinya ketika pohon jarak yang ditumbuhkan Allah mnjadi naungan bagi Yunnus dari terik matahari,hanya sehari hidup kemudian layu dan kering.

Terhadap kemarahan Yunus itu,Allah bertanya kepadanya “layakkah engkau marah?”Maksudnya “apakah boleh dan pantas Yunus marah terhadap sikap dan perbuatan Allah itu dalam hal menyelamatkan orang-orang dikota Niniwe?” Menurut Allah,tidak sepantasnya Yunus marah karena Allah pengasih dan penyayang,menyaksikan pertobatan orang-orang itu,setelah Yunus memberitahukan hukuman Allah yang akan menimpa mereka,dan karena itu Allah amat mengasihi mereka dan membatalkan hukuman-Nya itu.Ini sifat Allah yang istimewa,bahwa Allah membenci dosa-dosa manusia,tetapi Ia selalu mengasihi orang-orang berdosa yang bertobat dan menaati kehendak-Nya.Disinilah letak ketidaklayakan amarah Yunus-karena Ia terlanjur salah paham akan sikap dan perbutan Allah,dan menganggap Allah tidak konsekuen dengan janjiNya untuk menghukum orang-orang dikota Niniwe itu.

Pada sisi lain Allah juga hendak mengajar nabi Yunus untuk memahami cinta kasih dan kebaikan hati Allah terhadap orang-orang Niniwe yang ia mau selamatkan.Ketika Allah menumbuhkan sebatang pohon jarak yang rindang daunnya,yang melindungi Yunus dari terik matahari,Yunus amat bersukacita.Tapi besoknya pohon itu layu dan kering,membuat Yunus kesal dan marah karena perbuatan Allah itu.Maka Allah bertanya kepadanya “ Layakkah engkau marah?Sedangkan engkau tidak menanam dan menumbuhkan pohon itu.” Allah berkata selanjutnya “Bagaimana tidak Aku sayang kepada penduduk kota Niniwe yang lebih dari 120.000 orang yang tak mengerti apa-apa?”

Dalam peristiwa ini Allah mengajarkan kepada nabi Yunus suatu kebenaran bahwa sebenarnya ia tidak berpikir seperti yang dipikirkan Allah dengan kasih sayang-Nya,mau menyelamatkan penduduk kota Niniwe dari hukuman yang telah Ia rancangkan itu.Disinilh ketidak-layakkan amarah nabi Yunus,karena sikapnya yang tidak sesuai dengan maksud Allah untuk menyelamatkan orang-orang berdosa seperti penduduk kota Niniwe itu.

Dari bacaan ini ada tiga hal yang dapat kita catat sebagai pelajaran bagi kita sebagai orang yang percaya kepada Allah.Yang pertama,Allah adalah pengasih dan penyayang,dan Ia selalu menyatakan kasih setia-Nya yang berisi pengampunan kepada kita orang berdosa.Terhadap sikap Allah ini,kita tidak hanya perlu bersyukur,tetapi juga harus mendorong kita untuk hidup didalam pertobatan dan ketaatan kepada kehendak-Nya.Yang kedua,sikap Allah terhadap nabi Yunus menjadi pelajaran bahkan teguran kepada kita.Bahwa dalam beriman kepada Allah,seharusnya kita pun memiliki cara berpikir dan memiliki pula perasaan hati Allah yang selalu mengutamakan kepentingan banyak orang dan keselamatan mereka,dan bukan hanya kepentingan diri kita sendiri.Kita patut menyatakan kasih sayang kita kepada sesama kita,karena Allah terlebih dahulu tela mengasihi mereka.Yang ketiga,bahwa sifat pemarah atau cepat marah itu bukan sikap yang terpuji dihadapan Allah.Bahkan sifat pemarah itu justru akan merusak citra diri kita,karen aitu alkitab memperingatkan kita untuk menjauhi sifat itu sebagaimana disaksikan dalam Yakobus 1 : 19-20.Amin.

Pdt.John St.Yusuf,S.Th