header image
 

All posts in January, 2016

Tetapi Tuhan…
Kejadian 39:12
Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: “Marilah tidur dengan aku.” Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar.

Bagaimana jika seandainya Yusuf menyerah pada godaan istri Potifar? (Kejadian 39). Bayangkan bahwa sebenarnya ia dapat membenarkan dosanya. “Tapi Tuhan, Engkau tentu tak ingin saya tidak bahagia, dan Engkau tahu betapa kesepiannya saya di sini. Lagi pula, saya pikir saya sungguh mencintainya.”

Bagaimana jika seandainya Abram tidak taat saat Allah menyuruhnya meninggalkan Ur dan pergi ke daerah yang tak dikenal? (Kejadian 12). Bagaimana jika seandainya ia berkata, “Tapi Tuhan, saya sudah mantap di sini. Saya tidak dapat mengambil risiko untuk sebuah masa depan yang tak pasti. Saya harus menjaga Sarai. Saya tidak mau pergi.”

Terpujilah Allah karena Yusuf dan Abram melakukan hal yang benar. Yusuf kabur dari godaan; ia lari dari dosa. Abram meninggalkan Ur; berkelana dengan penuh ketaatan.

Dalam hidup, kita menghadapi dua macam pilihan. Kadang godaan muncul di hadapan kita. Saat itu, kita bisa lari meninggalkan godaan dan memperoleh penghargaan dari Tuhan, atau kita menyerah, dan menuai konsekuensi yang menyedihkan, lalu membuat alasan-alasan penyesalan. Kadang kita merasa Tuhan menuntun kita ke arah tertentu. Kita dapat memilih mengikuti Dia dan percaya bahwa Dia Mahatahu, atau kita dapat memberikan alasan yang mengada-ada dan hidup di dalam ketidaktaatan.

Kesalehan yang memberi hidup berkelimpahan jauh lebih baik daripada hidup yang penuh dengan alasan dan keputusasaan. Mari kita hidup dengan cara demikian sehingga kita tidak akan menyerah kepada keinginan untuk berkata, “Tetapi Tuhan…”

Allah tidak menuntut kesuksesan, hanya ketaatan.

Disadur dari Renungan Harian Kita

BERHENTI BERSIKAP AGAMAWI

II Korintus 5:21
“Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”

Ketika Anda dilahirkan baru, Anda tidak setengah dilahirkan baru atau seperempat benar. Anda dijadikan kebenaran Tuhan dalam Kristus! Anda dijadikan “sewaris dengan Kristus.” Menurut Konkordansi karangan Strong, kata “sewaris” (joint-beir) mengacu pada persamaan pribadi yang dilandasi persamaan pemilikan.

Yesus pergi ke Salib untuk memberi Anda hal yang telah dimiliki-Nya. Dia bangkit kembali agar Anda diciptakan kembali menurut citra-Nya. Anda adalah kemenangan dari Tuhan Yang Mahakuasa! Anda lebih dari pemenang dalam Kristus Yesus. Di dalam Bapa, Anda adalah sama seperti Yesus. Yohanes 17:23 sebenarnya menyatakan bahwa Tuhan mengasihi Anda, seperti Dia mengasihi Yesus.

Begitu Anda berani menerima kenyataan itu, hidup Anda akan berubah selama-lamanya. Anda takkan puas lagi untuk hanya duduk-duduk saja merengek dan berharap agar segala sesuatunya berbeda. Anda akan melangkah untuk menempati kedudukan kewibawaan yang telah diberi Yesus kepada Anda, untuk mengambil tempat yang menjadi hak-hak Anda di sisi-Nya dan belajar berkiprah seperti Yesus. Sebagai umat-Nya, di hadapan Tuhan, kita sama seperti Yesus.

Jika Anda mau menerima pesan itu, dan jika Anda berani menerapkannya, itu akan mengubahkan hidup Anda secara mendasar. Itu akan mengantar Anda dari alam keagamaan menuju kenyataan !

Tuhan tidak menginginkan Anda berubah karena agama, tetapi karena Anda mengalami Dia dalam hidup secara pribadi.

Disadur dari Renungan Harian Kita

PENGALAMAN BURUK
Kejadian 45:1-8
Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.

Permulaan yang buruk tidak menentukan masa depan yang buruk. Bila kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan, Dia dapat mengubah pengalaman masa lalu yang buruk menjadi sesuatu yang indah.

Lee Ezell dibesarkan oleh orang tua yang alkoholik di Philadelphia. Ketika ia remaja, ia menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya. Tetapi tak lama kemudian, tragedi datang dalam hidupnya. Ia diperkosa secara brutal, dan akibatnya, ia mengandung. Ia bingung apa yang harus dilakukan. Beberapa teman menganjurkannya untuk aborsi, tetapi sebagai seorang Kristen ia memilih untuk melahirkan anaknya dan menyerahkannya untuk diadopsi.

Lee akhirnya menikah dengan Hal Ezell. Lee tidak dapat mempunyai anak lagi akibat pemerkosaan yang brutal itu. Ia lalu mengadopsi 2 orang anak. Bertahun-tahun kemudian, ia menerima telepon dari seseorang yang bernama Julie. Julie telah bertahun-tahun mencari Lee, ibu kandungnya. Julie lalu menceritakan akan kasih Tuhan dalam hidupnya kepada ibunya. Ibu dan anak ini akhirnya dapat bertemu dan bersatu di dalam kasih Tuhan. Mereka bersaksi di mana-mana tentang pengalaman hidupnya dan tentang kasih Kristus. Pengalaman hidup mereka kemudian ditulis dalam buku “The Missing Piece”.

Permulaan yang buruk tidak menentukan masa depan yang buruk.

Disadur dari Renungan Harian Kita

PANDANGLAH KEATAS

Ibrani 12:3
Ingatlah selalu Dia yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.

Pandanglah ke atas… karena pada saat seperti ini, hidup Anda mungkin tergantung pada tindakan ini.

Beberapa waktu yang lalu, Tuhan menunjukkan kepada saya bahwa sikap lemah berusaha menyusupi hidup kita pada masa kini melalui semua tekanan dan berita buruk yang mengepung kita. Sikap lemah ini mengalihkan pandangan kita dari Firman Tuhan dan menghujani kita dengan kekuatan-kekuatan negatif. Sikap ini mengajak kita untuk memandang ke bawah pada kekalahan, bukannya ke atas -kepada Yesus.

Jika Anda membiarkan hal itu terjadi maka manusia rohani Anda akan mulai kehilangan kuasanya. Dan Firman memberitahukan tentang akibatnya, disebutkan bahwa Anda akan menjadi lemah dan putus asa. Yesus mengungkapkannya demikian dalam Markus 4. Dia berkata, bila kekhawatiran dunia ini merasuki hati dan pikiran Anda, maka itu akan menghimpit Firman dan menyebabkannya tidak berbuah. Dan karena iman Anda adalah hasil dari Firman, maka itu berarti iman Anda akan layu. Begitu hal itu terjadi maka Anda akan menghadapi bencana. Apakah yang dapat Anda lakukan untuk menghentikan reaksi kelemahan ini?

Pandanglah ke atas! Arahkan kembali mata Anda kepada Yesus. Saya ingat di lapangan lomba atletik bahwa bila seorang lawan membiarkan kepalanya tertunduk, dia tidak lagi berbahaya. Dengan mudah dia dapat dikalahkan. Jadi, tegakkan kepala Anda, teruslah memandang kepada Yesus yang menyempurnakan iman Anda. Ingatlah akan Dia dan jangan ingat akan kekhawatiran dunia ini. Ingatlah akan hal-hal yang diucapkan Tuhan dalam firmanNya. Palingkan pandangan dari semua keadaan di sekitar Anda dan arahkan mata Anda pada sumber surgawi. Jangan takut Anda akan kehilangan segala-galanya. Tuhanlah Sumber Anda, bukan dunia ini.

Jika Anda menjadi lemah akhir-akhir ini, mulailah mengangkat mata Anda. Tegakkanlah kepala Anda dan jangan menunduk. Tuhan ada di atas, iblis ada di bawah. Jadi, pandanglah ke atas!

Karena Tuhan ada di atas dan iblis ada di bawah, tepat di bawah kaki Anda.

Disadur dari Renungan Harian Kita

MENGAPA KITA TIDAK BAHAGIA?

Roma 14:17
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.

Ketika merayakan ulang tahunnya yang ke-75, majalah Forbes mengundang para ilmuwan dari berbagai bidang dan dari berbagai penjuru dunia untuk menjawab satu pertanyaan utama: “Mengapa kita begitu tidak bahagia?” Menarik sekali karena para ilmuwan ini semuanya setuju pada satu alasan utama: “Kita menjadi orang-orang yang bermasalah karena kita tidak punya pegangan dalam bidang moral dan spiritual.”

Dalam bukunya “Can Man Live Without God?” apologet Ravi Zacharia mengatakan bahwa isu tentang rasa sakit dan penderitaan menjadi sangat populer dan menjadi hal besar karena orang-orang telah kehilangan pegangan moral dan spiritual. Rasa sakit kita diperkuat oleh harapan naif bahwa semuanya itu akan bisa dihilangkan atau dibereskan oleh kemajuan ilmu pengetahuan.

Ahli matematika Blaise Pascal mengatakan di dalam hidup manusia ada satu lubang yang hanya bisa diisi oleh ukuran Allah saja. Tidak ada hal lain yang bisa mengisinya, termasuk ilmu pengetahuan, materi yang berlimpah, kesempatan karir, atau keluarga yang luar biasa. Manusia memang diciptakan untuk sebuah hubungan dengan Allah. Ketika relasi dengan Allah menjadi yang terutama dalam hidup kita, maka segala penderitaan akan menjadi tertanggungkan karena ada makna dan harapan di baliknya.

Apakah beban dan penderitaan Anda hari-hari ini? Berfokuslah pada Allah, maka Anda akan mengalami kebahagiaan (sukacita) yang sejati dan seperti janjiNya, “…semuanya itu (yang Anda butuhkan) akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33)

Bersediakah menjadikan Allah sebagai fokus utama kita pada hari ini?

Disadur dari Renungan Harian Kita

Be The Light
Yesaya 60:1
Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.

Ketika aliran listrik tiba-tiba padam ketika malam hari, apa yang kita lakukan? Pasti kita akan segera mencari lilin untuk penerangan darurat. Ketika lilin dinyalakan, kita akan segera melihat cahaya terang yang keluar dari lilin tersebut, dan kegelapan pun terusir. Keadaan dunia saat ini boleh dibilang semakin gelap, seperti gelapnya malam ketika aliran listrik padam. Dan yang dibutuhkan dunia adalah seberkas cahaya terang dari orang-orang yang mau menjadi seperti lilin tersebut.

Sebuah lilin dapat menerangi sekelilingnya dengan melelehkan dirinya, membakar dirinya sehingga ada nyala api yang memberikan terang. Demikian juga dengan hidup kita, saat kita berkomitmen menjadi terang bagi sekeliling kita, mungkin kita akan merasa sakit ‘terbakar’ , merasa dikucilkan saat kita harus menjadi terang bagi orang lain, bagi rekan kerja kita, atau bagi siapapun.

Tetapi saat kita mau setia, kemuliaan Tuhan akan dinyatakan melalui kehidupan kita, dan kehidupan kita akan menjadi berkat bagi orang lain. Mari, bangkit dan menjadi terang!

Bangkitlah dan menjadi terang, maka kemuliaan Tuhan akan diyatakan!

Disadur dari Renungan Harian Kita

Menyambut Kristus adalah Raja

Pdt.Anthonetha Manobe,S.Th

Bacaan : Matius 2 : 1-12

Dalam bacaan mengenai kabar sukacita kelahiran Sang Juruselamat,dalam injil Matius,kita dapat mencermati beberapa figur yang ada di dalamnya,yaitu :

1.Herodes,yang memiliki sifat :

a.Ia merasa tersaingi oleh berita tentang kelahiran Raja yang baru.Dalam hal ini,ia merasa terkejut dan heran,lalu kemudian memanggil dan memeriksa dengan teliti para majus,kemudian mencari cara untuk menyingkirkan Raja yang baru tersebut.

b.Ia merasa ketakutan,dan kemudian berusaha mengumpulkan informasi sekalipun hanya sekedar ingin tahu.

c.Ia adalah orang yang munafik,yang suka memanfaatkan orang,sengaja menyambutnya dengan sopan,serta pura-pura ingin menyembah Yesus.

2.Orang-orang Majus,yang memiliki sifat :

a.Mau berkorban(tenaga,waktu,biaya,harta benda)

b.Memiliki sukacita besar untuk mencari Raja yang baru lahir dengan tuntunan bintang,dan mereka akan menjadi saksi kelahiran Raja itu.

c.Sujud menyembah Tuhan Yesus,yang ditunjukkan dengan sikap tubuh yang menyembah Tuhan Yesus serta sikap hati yang memberi dengan tulus.

3.Para Imam & Ahli-Ahli Taurat,yang memiliki sifat :

a.Mereka tahu kebenaran firman Tuhan,lewat hafalan ayat-ayat alkitab,sehingga mereka tahu persis dimana Mesias akan dilahirkan.

b.Mereka tunduk pada panggilan Herodes,sampai mau datang ke istana

c.Mereka bisa dimanfaat kan oleh Herodes,karena memberi informasi tanpa tahu maksud dari Herodes,dan lagi mereka tidak mengaitkannya dengan nubuat.

d.Mereka tidak mengikuti berita tentang kelahiran itu untuk memastikannya,padahal berita tersebut sudah menggemparkan.

Arti Persembahan Para Majus :

1.Emas : pemberian untuk seorang raja.

2.Kemenyan : pemberian untuk seorang imam

3.Mur : pemberian untuk seorang yang akan mati (mereka tahu bahwa inilah raja yang lahir,yang siap berkorban untuk rakyatnya)

Dari uraian ini,marilah kita renungkan bersama,diposisi manakah kita akan mengambil posisi dalam menyambut Sang Raja ?Sebagai Herodes kah? orang Majuskah ? Atau menjadi Imam-imam?

Amin.

 

Renungan berdasarkan khotbah pada ibadah Komisi Wanita Agape,Rabu 6 Januari 2016

SIAPA YANG PERCAYA TIDAK AKAN GELISAH

Yesaya 28:16 sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: “Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!

Perubahan-perubahan yang terjadi di dunia ini begitu cepat sehingga tidak memberi kesempatan pada kita untuk mempersiapkan diri. Kadang perubahan itu adalah sesuatu yang sama sekali tidak kita harapkan. Gempa bumi, banjir, kebakaran, kehancuran, pemboman, pencurian, perubahan pemerintahan dan peraturan yang semuanya membuat kita gelisah. Dan seringkali semuanya terjadi dalam satu waktu yang sangat sangat cepat. Rasanya baru kemarin kita melihat pembangunan yang luar biasa, tapi hanya dalam beberapa jam saja, semua hasil pembangunan itu rubuh, rata dengan tanah.

Dan semua ini akan terus terjadi, sampai pada kesudahannya. Tuhan sendiri sudah mengatakan bahwa Dia akan menggoncangkan segala sesuatu supaya yang tertinggal hanyalah mereka yang tidak tergoncangkan, yaitu kerajaanNya yang memang tidak tergoncangkan apapun.

Kita yang sudah mengenal firmanNya dan sudah tahu rahasia besar ini, ayo kita berpegang teguh pada batu penjuru itu. Batu ini kokoh, Yesus namaNya. Yang percaya kepadaNya tidak akan dibuatNya gelisah, karena selalu ada uluran tanganNya buat mereka semua itu. Berpegang kepadaNya dan jadikan segala sesuatu yang terjadi sebagai alasan untuk selalu berpegang pada namaNya yang kokoh itu. Amin.

Disadur dari Renungan Harian Kita

MENIKMATI PROSES

Yakobus 1:2-3

Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.

Kita saat ini hidup dalam sebuah budaya instant. Mulai dari makanan hingga keberhasilan atau kesuksesan, kita inginkan yang instant, itu sebabnya tayangan-tayangan pencarian bakat banyak diminati.

Namun Allah tidak bekerja dengan cara instant ini. Dia membuat kita mencapai keberhasilan dengan menjalani proses. Tuhan ingin kita memiliki kesabaran dan stabilitas dalam diri kita sehingga kita “menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.” (Yakobus 1:4).

F.B Mayer seorang pendeta Babtis asal Inggris pernah memberikan sebuah ilustrasi tentang proses yang menghasilkan kualitas ini seperti berikut: Sepotong besi seharga $2.50, kalau di tempa menjadi tapal kuda akan menjadi seharga $5. Jika ditempa menjadi jarum, harganya naik menjadi $175. Kalau ditempa dan dibentuk menjadi pisau silat harganya akan berlipatganda menjadi $1.625. Kalau dibentuk menjadi jarum penunjuk arloji, harganya melonjak lagi menjadi $125.000.

Setiap tempaan dan pembentukan terhadap besi tersebut akan meningkatkan nilai jualnya. Lebih banyak di tempa, dipukul, dibakar, maka nilainya semakin tinggi. Demikian juga dengan manusia. Jika Anda mengalami banyak pembentukan, tempaan, dan ujian, maka karakter mulia yang ada di dalam diri Anda semakin terbentuk.

Ingatlah bahwa Anda tidak perlu menjalani kehidupan ini dengan tergesa-gesa, nikmatilah prosesnya dan “Biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang,”

 

Disadur dari Renungan Harian Kita

« Older Entries     Newer Entries »