header image
 

All posts in December 5th, 2015

Menantikan Natal
Lukas 2:25
Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya.

Bulan Desember merupakan bulan yang paling banyak dinanti oleh banyak orang. Ya, bulan Desember selalu mengingatkan orang bahwa Natal dan Tahun Baru akan segera tiba. Sejak kecil saya juga selalu menikmati hari-hari menjelang Natal dimana terdapat suasana yang penuh dengan kasih, kehangatan, sukacita dan damai sejahtera ketika mengingat akan kelahiran Yesus.

Banyak orang menunggu datangnya Natal dengan beragam motivasi yang berbeda. Natal seringkali dihubungkan dengan sale atau discount besar-besaran, meningkatkan omzet perusahaan, liburan panjang, pesta yang meriah dengan teman-teman dan relasi kantor, serta berbagai macam alasan lainnya. Seringkali keceriaan dan kemeriahan sesaat itu berlalu dengan begitu cepat sehingga kita kehilangan makna dari Natal yang sesungguhnya.

Apabila ada seorang tokoh dalam Alkitab yang sangat menanti akan datangnya Natal, maka orang itu adalah Simeon. Setelah menanti bertahun-tahun akan janji kedatangan Mesias, Simeon sangat bersukacita ketika raja yang dinantikan itu akhirnya lahir dan berada dalam pengkuannya. Seluruh penantiannya seakan terbayar lunas saat dalam usianya yang sangat lanjut, ia dapat berjumpa dengan bayi yesus yang ditunggu-tunggunya selama ini.

Tanpa terasa kita telah memasuki bulan Desember dan hari-hari menjelang Natal. Akan terdapat bermacam-macam kesibukan yang segera dihadapi. Apakah yang sesungguhnya Anda tunggu? Kiranya penantian Anda tidak sia-sia.

Agar Natal menjadi bermakna, berilah Kristus tempat utama di hati Anda.

Disadur dari Renungan Harian Kita

Natal Yang Indah
Lukas 1:44
Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.

Tak lama setelah orang-orang Amerika melahap sisa-sisa daging kalkun dari perayaan Thanksgiving, para reporter berita di televisi dengan wajah sedih memberitahu para pemirsa bahwa Natal tahun ini “sepertinya akan menjadi Natal yang buruk.” Yang mereka maksudkan adalah jumlah penjualan di toko-toko mungkin akan menurun selama masa berbelanja yang akan datang. Dan hal ini membuat Natal yang “buruk.”

Kita dapat memahami mengapa hal ini menjadi sebuah berita hangat. Banyak perusahaan menanti para pembeli akhir tahun yang sibuk berbelanja agar keuangan perusahaan mereka tetap terjaga. Namun ada sesuatu yang mengusik dalam diri saya ketika orang-orang berbicara mengenai Natal yang “buruk”, meskipun kata itu ditujukan pada angka penjualan yang rendah. Bagaimana mungkin perayaan kelahiran Mesias, sang Juru Selamat dunia, dapat menjadi saat yang buruk?

Marilah kita mencermati sekali lagi kisah yang sudah tak asing ini. Pada bulan-bulan sebelum Yesus dilahirkan, Maria pergi ke kota tetangga untuk mengunjungi saudaranya, Elisabet, yang juga sedang mengandung dan menantikan kelahiran anaknya. Ketika Maria berbicara, bayi yang berada dalam rahim Elisabet melonjak kegirangan (Lukas 1:44). Mereka yang tahu siapa sebenarnya bayi Maria, akan bersukacita.

Mari kita cari sukacita tersebut dengan memusatkan perhatian kita pada peristiwa yang kita rayakan, bukan pada perayaannya. Kelahiran Yesuslah yang kita hormati, dan hal itu akan membuat Natal menjadi indah.

Setiap hari Natal menjadi indah bila kita memusatkan diri pada kabar baik tentang Yesus.

Disadur dari Renungan Harian Kita

Saya Adalah Sebuah Hadiah
Roma 6:13
Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.

Beberapa hari menjelang Natal, putri Pendeta Jeff Callender yang berusia tiga tahun begitu gembira melihat banyaknya hadiah dan kesibukan memberi hadiah. Ayahnya menulis, “Suatu pagi ia memungut, memeriksa, menggoncang-goncang dan menebak isi setiap bungkusan. Lalu, tiba-tiba seperti mendapat ilham, ia memungut sebuah pita merah besar yang jatuh dari salah satu bungkusan dan menempelkannya di atas kepalanya. Dengan mata berbinar dan senyum lebar ia berkata, “Lihat saya, Ayah! Saya ini sebuah hadiah!”

Setiap anak Allah seharusnya juga berkata demikian kepada Bapa Surgawi. Dengan mengingat semua yang telah dilakukan-Nya bagi kita, sudah seharusnya kita memberi diri sepenuhnya kepada-Nya, termasuk tubuh kita. Dengan melakukan hal itu, kita akan “mematikan perbuatan-perbuatan tubuh” (Roma 8:13). Dan kita mempersembahkan diri kita kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup (Roma 12:1). Mereka yang benar-benar menyerahkan seluruh keberadaannya kepada Tuhan dapat berkata seperti Paulus, “Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku” (Filipi 1:20).

Natal adalah waktu yang tepat untuk memperingati hadiah terbesar yang diberikan Allah kepada umat manusia, Anak-Nya, Yesus Kristus. Saat kita merenungkan kasih yang mendasari pemberian itu, biarlah kita menanggapinya dengan menyerahkan hidup kita kepada-Nya bagi kemuliaan-Nya.

Mari kita gemakan kata-kata gadis kecil tersebut, “Lihat saya, Bapa! Saya adalah sebuah hadiah!”

Untuk membuat hidup Anda berarti, serahkanlah hidup Anda kepada Allah.

Disadur dari Renungan Harian Kita