header image
 

All posts in November, 2015

JADILAH SAHABAT TUHAN YESUS

Yoh 15 : 13-15

Definisi kata sahabat menurut Firman Tuhan : kata sahabat mengandung arti lekat seperti kertas/  dilekatkan dengan kertas, dan dekat artinya intim/karib. Ams 18 :24 katakan “Sahabat lebih karib dari pada seorang saudara “.

Persahabatan yang Yesus berikan pada kita :

  1. Persahabatan yang diikatkan dengan kasih, sehingga Ia rela mengorbankan nyawaNya.
  2. Yang disebut sahabat :  kalau kita melakukan hukum-hukumNya (melakukan FirmanNya ).
  3. Kepada sahabat  Yesus akan beritahukan semua rahasia   yang Bapa beritahukan padaNya ( FirmanNya ).

Berapa besar persahabatan yang akan kita berikan kepada Tuhan Yesus, dan yang kita lakukan pada sahabat-sahabat Tuhan Yesus didalam dunia ini 1Kor 13 : 4-7 :

  • Kasih mencakup buah-buah roh kesabaran , kemurahan hati, tidak cemburu, tidak sombong, sopan, tidak mencari keuntungan untuk diri sendiri, tidak pemarah, tidak dendam, adil, mau berkorban.

Persahabatan yang Tuhan Yesus larang :

  • Maz 1: 1 jangan mengikuti cara hidup orang dunia.
  • 2 Taw 19:2 orang yang bersahabat dengan dunia dimurkai Tuhan.
  • Yak 4:4 orang yang bersahabat dengan dunia adalah orang yang tidak setia dan menjadi musuh Tuhan.

Orang yang mau menjadi sahabat Tuhan Yesus :  orang yang memiliki kualitas & pengharapan, salah satunya diwujudkan “HIDUP DENGAN SEMANGAT MELAYANI “ Rom 12:11 Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.

Oleh EV.Sudiana  post on Renungan Kristen

DEAR MOM AND DAD…

Amsal 17:6
Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka.

Seorang anak pernah mengomentari ayahnya seperti ini, “Ayahku memang tidak sempurna, tapi aku juga tidak sempurna. Kalau main basket, tembakannya yang bergaya khas itu jarang sekali membuat bolanya masuk. Tetapi yang penting ia main basket bersamaku. Banyak anak-anak lain yang tidak pernah main basket bersama ayahnya.”

Fenomena “keluarga tanpa ayah” menjadi suatu pemandangan umum di keluarga modern, bahkan kadang “tanpa ayah dan ibu”, keluarga yang anak-anaknya menghabiskan sebagian besar waktu mereka hanya bersama baby sitter atau pembantu. Padahal riset para ahli telah membuktikan, jika tidak ada pemimpin dalam keluarga, maka anak-anaknya cenderung akan:
• 5 kali lebih mungkin bunuh diri
• 32 kali lebih mungkin minggat dari rumah
• 20 kali lebih mungkin menderita kelainan perilaku (homo, waria, antisosial)
• 14 kali lebih mungkin melakukan tindakan pemerkosaan (aktif lebih dini secara seksual dan yang wanita lebih mungkin terjerat seks bebas)
• 9 kali lebih mungkin putus sekolah dan hidup dalam kemiskinan
• 10 kali lebih mungkin terjerat narkoba atau obat-obatan
• 10 kali lebih mungkin dipenjara (70% anak yang dipenjara adalah anak yang ayahnya absen)
• 9 kali lebih mungkin mengalami gangguan kejiwaan.

Bukan tanpa alasan mengapa Allah menciptakan bentuk keluarga dengan ayah dan ibu. Anak-anak membutuhkan kedua orang tuanya untuk bisa berkembang dengan baik.

Akan tetapi sejarah masih terus berulang, fakta bahwa tidak hadirnya dan tidak berfungsinya orang tua dalam keluarga masih terus bergulir di seputar kita. Saya kira kini saatnya para orang tua untuk lebih banyak hadir dan kembali kepada keluarga. Dengarlah suara lirih anak-anak yang berkata, “Papa (atau mama)… pulanglah ke rumah…”

Anak-anak membutuhkan kedua orang tuanya untuk bisa berkembang dengan baik.

Disadur dari Renungan Harian Kita

Penyebab Kuatir

Baca: Lukas 12:22-34
Ayat Mas: “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan  tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai”. (Lukas 12:22)
Seseorang pernah menuliskan demikian: Jika makanan disadari sebagai penyambung hidup -bukan untuk memenuhi dan mengejar selera -masihkah manusia kuatir?Jika pakaian awalnya adalah untuk menutupi ketelanjangan -bukan untuk menghias tubuh -masihkah manusia kuatir? Dalam kenyataannya, rasa kuatir kerap menggeser rasa syukur yang seharusnya ada saat kebutuhan-kebutuhan dasar kita terpenuhi.

Tuhan Yesus, dalam satu kesempatan pengajaran, mengajak para murid untuk mempertimbangkan dua makhluk ciptaan lainnya. Burung gagak yang oleh bangsa Yahudi dianggap najis atau haram (lihat Imamat 11), tidak punya hikmat untuk membuat dan menyimpan makanan seperti manusia, tetapi Tuhan memberi mereka makan (ayat 24). Bunga bakung -yang masuk golongan bunga Anemon liar -tak punya kreativitas menenun bahan pakaian seperti manusia, tetapi Tuhan menghiasinya dengan keindahan yang lebih dari pakaian Raja Salomo (ayat 27). Betapa Tuhan memperhatikan segala ciptaan- Nya, bahkan yang lemah dan luput dari pengamatan manusia. Jika para murid masih meragukan pemeliharaan Tuhan yang demikian detail, tepatlah jika Yesus menyebut mereka sebagai orang yang kurang percaya! (ayat 28)

Kekuatiran bisa menghantui ketika kebutuhan sudah beralih fungsi untuk memenuhi kehendak dan kepuasan diri. Kita menetapkan standar sendiri dan gelisah ketika Tuhan tidak memenuhinya. Hidup tidak lagi dijalani untuk Tuhan yang menciptakan kita dan bergantung pada pemeliharaan-Nya, tetapi untuk hasrat diri dan cara yang kita ingini. Adakah hal tersebut yang menyebabkan kekuatiran Anda hari ini? –JAP

KEKUATIRAN AKAN BERGANTI KELEGAAN KETIKA FOKUS PADA DIRI DIALIHKAN PADA TUHAN.

 

Disadur dari Renungan Harian Saat Teduh

Kehendak-Mu, Hidupku

Bacaan Alkitab hari ini:  Yohanes 4:34

Makanan dimengerti sebagai salah satu kebutuhan primer atau kebutuhan yang bersifat mendasar. Manusia tidak dapat bertahan hidup bila kebutuhan mendasarnya tidak terpenuhi. Itulah sebabnya, ketika kita menjalani aktivitas rutin seperti bersekolah, berkuliah, dan bekerja, jam makan siang merupakan saat yang sangat ditunggu-tunggu. Dalam kegiatan gerejawi sekalipun, acara makan merupakan salah satu mata acara yang diprioritaskan, bahkan seringkali didukung dengan alokasi dana yang tidak kecil.

Namun, pada bagian Alkitab yang kita renungkan hari ini, Tuhan Yesus menunjukkan “keanehan” dengan mengidentifikasi makanan-Nya sebagai berupa melakukan dan menyelesaikan kehendak Bapa bagi diri-Nya. Sementara Dia berkata demikian, para murid sedang bersiap untuk mengajak-Nya makan siang (4:31-33). Tidak mengherankan bila para murid menjadi kebingungan apakah Tuhan Yesus masih memerlukan makanan seperti biasa atau tidak. Mereka tidak paham bahwa situasi lapar dan letih tersebut dipakai Tuhan Yesus untuk mengajarkan betapa pentingnya melaksanakan kehendak Bapa dalam kehidupan di dunia ini.  Bagi-Nya, melakukan kehendak Bapa dalam hidup jauh lebih penting daripada sekadar bertahan hidup dengan makanan yang cukup.

Oleh sebab itu, marilah kita mereformasi setiap anggota tubuh kita agar respons kita berfokus pada melaksanakan kehendak Allah. Hal ini tidak berarti bahwa kita harus meninggalkan pekerjaan, rumah tangga, dan aktivitas sosial hanya untuk mendekam di gereja atau di tempat-tempat sunyi untuk berdoa. Sebaliknya, Allah ingin agar melalui setiap aktivitas rutin, kita bertindak untuk melaksanakan kehendak Bapa. Kehidupan sehari-hari merupakan ruang belajar agar dalam setiap hal, respons kita memuliakan Allah.[FB]

1 Korintus 10:31
“Aku menjawab: … jika engkau melakukan sesuatu …, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah..”

 

Disadur dari Renungan Harian Saat Teduh

Rendah Hati Seperti Kristus

Bacaan Alkitab hari ini: Filipi 2

Walaupun jemaat di Filipi setia di dalam persekutuan dengan Berita Injil, bukan berarti bahwa mereka bebas dari masalah. Terkadang kerinduan akan hal rohani tidak diimbangi dengan kerinduan terhadap kedewasaan karakter. Jemaat Filipi diperhadapkan dengan kenyataan adanya orang-orang yang kurang atau mungkin tidak dapat menahan diri untuk tidak mementingkan diri sendiri. Ada orang-orang yang punya agenda pribadi di dalam jemaat (2:3-4). Mereka dinasehati oleh Rasul Paulus agar menganggap orang lain lebih utama daripada dirinya sendiri. Kemungkinan, hal itu pula yang menjadi nasihat Rasul Paulus kepada Euodia dan Sintikhe (4:2).

Pada umumnya, orang yang menjadi semakin berkuasa, semakin kaya, semakin populer, atau semakin berpengaruh akan semakin sulit merendahkan hati, apalagi merendahkan diri.  Sifat ingin dihormati, ingin didengar, ingin dituruti kemauannya menempati porsi yang semakin besar dalam diri seseorang. Merupakan suatu yang Ironis bahwa berkat yang ditanggapi secara keliru bisa berubah menjadi seperti kutuk. Pada dasarnya, setiap orang memiliki potensi untuk meninggikan diri, bahkan sekalipun tidak ada prestasi apa pun yang telah ia raih. Tidak mengherankan bahwa jika gereja dipenuhi dengan orang-orang seperti itu, pelayanan akan terhambat karena gereja akan sibuk membereskan masalah perpecahan yang tidak terjadi jika setiap orang belajar meneladani kerendahhatian Kristus. Hal yang sama juga berlaku di dalam keluarga, di perusahaan, di kampus, di sekolah, maupun di tengah masyarakat.  Kerendahhatian sangat penting dalam kehidupan bersama. [MN]

Filipi 2:5-8
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan… Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”

Disadur dari Renungan Harian Saat Teduh

Sibuk untuk Tuhan

Ada beberapa orang yang memiliki kecenderungan untuk ambisius. Mereka adalah orang-orang yang biasanya bekerja lebih keras dan lebih sibuk dari yang lainnya untuk mencapai suatu prestasi tertentu. Menyibukkan diri dengan berbagai hal positif memang membuat kita menjadi lebih produktif. Tidak ada yang salah dengan ini. Namun segala sesuatu yang berlebihan tidak akan selamanya mendatangkan kebaikan.

Katie McNerney, Marketing Manager eBay.Inc menuliskan kesaksiannya menjadi orang yang ambisius. Bagi dia menjadi orang yang ambisius memiliki banyak keuntungan daripada kerugiannya. Kesenangan yang ia peroleh saat menerima pujian dari orang tua, penerimaan oleh guru, kemenangan di lapangan olahraga seolah membayar hari-hari yang melelahkan dan malam-malam bergadangnya.

Suatu pagi di bulan Februari beberapa tahun yang lalu, Katie mencapai puncak dari semua prestasi yang di peroleh. Diterima di sebuah sekolah bisnis terkemuka dan seorang pria luar biasa yang akan segera menikahinya. Hidup tampak sangat luar biasa hingga sebulan kemudian. Dunia kecil yang ia bangun dengan sempurna tiba-tiba berantakan. Tunangannya meninggal dunia karena serangan jantung. Keesokan harinya, Katie terbangun dengan bertanya-tanya bagaimana ia dapat mengalami semua ini sesudah semua yang ia capai?

Perlu waktu untuk Katie akhirnya sadar bahwa motivasinya selama ini salah. “Saya ingin membuktikan pentingnya diri saya kepada dunia. Dalam Efesus 2:8 Paulus berkata ‘Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.’ Tuhan ingin kita tidak berdiam diri saja dan mengerjakan karunia yang Ia berikan kepada kita. Namun kita melakukannya bukan karena usaha itu bisa menyelamatkan kita, melainkan karena kita sudah diselamatkan,” tulis Katie.

Dan tahukah Anda apa lagi yang akan lebih menyenangkan hati Tuhan daripada usaha-usaha kita? Yaitu dengan menceritakan keselamatan yang kita terima kepada mereka yang belum mendengarnya.

“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10)

 

Disadur dari Renungan Harian Saat Teduh

Sediakan Waktu Untuk berbuat Baik

Firman Tuhan berkata bahwa pada hari-hari terakhir, kasih dari sebagian besar orang akan menjadi dingin ( baca di 2 Timotius 3:1-5). Itu artinya banyak orang akan mejadi begitu sibuk sehingga fokus kepada kebutuhan diri sendiri dan tidak akan menyediakan waktu untuk melakukan sesuatu bagi orang lain.

Sahabat, jangan biarkan gambaran itu terjadi dalam kehidupan Anda. Di sekitar Anda banyak orang sedang terluka dan membutuhkan kasih dan dukungan dari Anda. Jangan lewatkan momen saat Tuhan memakai Anda untuk melakukan mujizatNya.

Yesus selalu menyediakan waktu untuk orang lain. Dia begitu sibuk, Dia ingin pergi ke tempat-tempat Ia akan mengajar dan melakukan mujizat. Sementara Dia berjalan melewati desa-desa, orang-orang memanggilnya,” Yesus, singgahlah kemari dan berdoalah bagi kami.” Dia akan berhenti dan keluar dari kebiasaanNya untuk membawa kesembuhan bagi orang-orang itu.

Jangan kehilangan kesempatan untuk berbuat kebaikan. Sangatlah mudah bagi kita untuk terjebak dalam dunia kecil kita sendiri, namun mulailah membuat perubahan dalam kehidupan seseorang. Persekutuan wanita di gereja kami membuat selimut-selimut dan menyulam ayat-ayat Firman Tuhan ke atasnya. Mereka membawanya ke rumah sakit khusus penderita kanker. Selimut-selimut itu mengingatkan para pasien bahwa seseorang peduli dan membawa harapan untuk mereka yang berjuang melawan kanker. Para wanita itu telah melakukan sebuah hal kecil namun sangat berarti bagi para pasien itu.

 

Disadur dari Renungan Harian Saat Teduh

Bersiap Hati Untuk Jawaban Doa

Gereja mula-mula menghadapi penganiayaan yang hebat dari pihak penguasa. Situasi menjadi menakutkan setelah Rasul Yakobus dibunuh dan Raja Herodes menangkap Rasul Petrus. Orang-orang percaya menghadapi setiap kesulitan dengan bertekun dalam doa.

Saat jemaat bertekun dalam doa, apakah yang terjadi pada Rasul Petrus? Malam sebelum Rasul Petrus dieksekusi, Allah menjawab doa mereka. Pada waktu tengah malam, seorang malaikat dengan cara yang begitu ajaib melepaskan Rasul Petrus dari belenggu dan pintu-pintu yang tertutup. Raja Herodes menggunakan kekuatan prajurit, namun kuasa Allah tidak terbatas. Setelah bebas, Rasul Petrus segera menuju ke rumah Yohanes Markus, tempat para murid berkumpul dan berdoa. Ketika Rasul Petrus mengetuk pintu, seorang perempuan bernama Rode membukanya. Rasul Petrus berdiri di luar pintu pada tengah malam. Namun, ketika Rode kembali memberitahu murid-murid lainnya bahwa Rasul Petrus ada di depan, murid-murid tidak percaya dan menganggap Rode tidak waras. Bahkan, mereka berpikir bahwa yang dilihat Rode itu hanyalah malaikat dan bukan Rasul Petrus yang sebenarnya.

Seringkali ketika kita bertekun dalam doa, kita melupakan bahwa Allah sanggup menjawab doa dengan cara yang tidak selalu dapat kita duga. Ketika jawaban doa ada di depan mata, apakah iman dan hati kita siap menerimanya? Jalan Allah tidak selalu kita mengerti, namun iman akan memampukan kita untuk memahami jalan-Nya. [LS]

Lukas 18:8b
“Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”

Disadur dari Renungan Harian Saat Teduh

Pujilah Dia, rayakan Kerajaan-Nya

Lima mazmur terakhir (146-150) dikenal sebagai mazmur haleluya! Sungguh pantaslah kumpulan mazmur ditutup dengan serangkaian pujian kepada Allah, Sang Pencipta dan Penebus umat-Nya. Dialah yang satu-satunya layak disembah dan menerima segala hormat serta pujian. Seperti yang diungkap di sini, tekad pemazmur ialah “Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada” (2).

Mengapa hanya Allah yang patut disembah? Karena manusia, betapa pun tinggi posisinya, hanyalah ciptaan (3-4). Untuk menyelamatkan diri saja tidak bisa. Sebaliknya Allah, yang disembah umat Israel ialah Allah yang Hidup! Dialah pencipta langit, bumi, laut, dan segala isinya (6). Dialah yang mendasari segala sesuatu yang merupakan ciptaan-Nya.

Pemazmur yang mewakili umat Israel, bisa menyaksikan karya Sang Pencipta terhadap ciptaan-Nya, secara khusus umat manusia. Apa yang umat-Nya saksikan pada Tuhan mereka, membuktikan karakter-Nya yang agung, adil,dan kasih (7-9). Tindakan-Nya kepada umat-Nya membuktikan Dia adalah Raja untuk selama-lamanya, dan pemerintahan-Nya ada di Sion, turun temurun (10).

Adakah pribadi lain yang dapat disandingkan bahkan dibandingkan dengan Allah, Sang Raja Kekal dengan pemerintahan-Nya yang begitu Adil dan Kasih? Justru, semua karya umat Tuhan, haruslah merupakan upaya mewujudkan kerajaan Allah di muka bumi yang sudah dinodai bahkan dibelenggu oleh dosa sehingga yang ada hanya penderitaan, penindasan, dan amoralitas. Nilai-nilai kerajaan Allah, yaitu keadilan dan kasih yang ditegakkan oleh mereka yang mengaku umat-Nya, merupakan kesaksian pujian akan Dia. Apalagi kita, umat tebusan oleh darah Kristus! Kitalah yang sudah memperoleh kuasa kebangkitan Kristus untuk mewujudkan kerajaan-Nya di muka bumi ini.

– Santapan Harian Scripture Union Indonesia. www.su-indonesia.org  –posted on Saat Teduh

    Newer Entries »