header image
 

All posts in October 26th, 2015

Rahasia Pemulihan Keluarga

Keluarga secara teologis merupakan gagasan, ide dan produk dari karya Allah bagi manusia. Bukan hasil usaha atau karya manusia. Tujuan keluarga dalam rancangan dan karya Allah sesungguhnya ada dua, yaitu: pertama, keluarga dirancang dan diadakan untuk kemuliaan Allah; kedua, keluarga dirancang dan diimplementasikan untuk kebahagiaan manusia.

Namun setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka sendi-sendi keluarga menjadi rusak. Tatanan berkeluarga menjadi tidak jelas. Keluarga kehilangan identitas karena dominasi dosa begitu kuat dalam memporak-porandakan nilai-nilai rohani dalam keluarga.  Pertanyaan penting yang patut direnungkan ialah apa saja rahasianya sehingga keluarga bisa dipulihkan? Berikut beberapa solusinya :

1. Jalin komunikasi yang sehat.
Potensi untuk terjadinya konflik dalam sebuah keluarga selalu ada. Konflik kecil atau besar pasti tidak pernah absen dari dalam sebuah keluarga. Penyebabnya pun bermacam-macam. Salah satunya ialah tersendatnya jalur komunikasi antara suami dan istri. Jalur komunikasi ini sering menjadi pintu hadirnya konflik dalam keluarga. Jalur komunikasi ini juga acap kali menjadi sarana untuk saling melukai antara suami dan istri. Kata-kata kasar, hinaan dan perendahan begitu deras keluar dari mulut suami atau istri. Kata-kata negatif itu menjadi pedang yang sangat tajam menembus relung hati sehingga melukai batin baik suami ataupun istri.

Dalam situasi dan kondisi semacam itu, suami dan istri harus dipulihkan. Apa yang dipulihkan? Cara berkomunikasinya harus berubah. Suami-istri harus harus bisa membangun komunikasi yang sehat demi kebahagiaan keluarga.

2. Lepaskan pengampunan.
Sering suami atau istri sulit untuk melepaskan pengampunan karena lukanya terlalu parah. Namun, bagaimana pun terlukanya suami atau istri, semua pihak harus bisa merendahkan hati dan melepaskan pengampunan. Hal ini dilandasi oleh kasih dan pengampunan yang sudah diterima oleh suami maupun istri dari Allah.

 

Disadur dari Renungan Harian

BAGAIMANA MEMBANGUN KELUARGA YANG TANGGUH ?

Keluarga adalah unit terkecil dalam suatu masyarakat. Sebagai unit terkecil, keluarga memiliki posisi yang strategis dan menentukan sejahtera tidaknya sebuah masyarakat. Bila sebuah keluarga sehat, maka masyarakat juga akan sejahtera. Bila sebuah masyarakat sejahtera, maka bangsa juga ikut sejahtera.

Dan bila sebuah bangsa sejahtera, maka gereja pun sejahtera. Itu sebabnya peranan keluarga sangat penting. Yesus dan Rasul Paulus secara khusus menaruh perhatian khusus terhadap kelangsungan hidup sebuah keluarga. Secara khusus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, dalam pasal 5:15-21, rasul Paulus menegaskan tentang bagaiman membangun keluarga yang tangguh.

Herbert dan Zelmyra Fisher adalah pasangan yang memiliki pernikahan yang paling awet di dunia. Tahun 2010 lalu mereka merayakan wedding anniversary ke 86, di usia Herbert yang ke 104, sementara Zelmyra berusia 102 tahun. Kuncinya menurut mereka yaitu, saling menghargai, berkomunikasi dan saling mencintai. Alkitab memberikan beberapa petunjuk agar kita dapat membangun keluarga yang tangguh dalam mengatasi konflik:

1. Mempergunakan Waktu dengan Baik – ayat 16
Waktu menurut Alkitab adalah pemberian TUHAN Allah yang sangat berharga kepada kita. Namun waktu itu singkat dan harus digunakan sebaik-baiknya dengan bijaksana. Filsuf William James berkata: “Penggunaan waktu yang paling baik adalah yang berkaitan dengan kekekalan”. Justru banyak orang menyesal mengapa mereka tidak gunakan banyak waktu  bersama keluarga. Sebelum penyesalan datang terlambat, mari benahi hidup kita mulai hari ini khususnya dalam penggunaan waktu.

2. Miliki Hikmat TUHAN Allah – ayat 15, 17
Keluarga yang tangguh ditandai dengan adanya hikmat TUHAN Allah. Hikmat itu melebihi kepandaian. Kepandaian berarti memiliki berbagai informasi dan pengetahuan di akal, namun hikmat atau kebijaksanaan memampukan kita mengaplikasikan pengetahuan itu menjadi sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip kebenaran firman TUHAN Allah itu, misalnya yang tercantum dalam kitab Amsal ketika kita pahami dan terapkan akan membuat kita mampu menjadi pria yang saleh, wanita yang berbudi, orang tua yang mampu mendidik anak dengan baik.

3. Mengalami Kepenuhan Roh Kudus – ayat 18
Keluarga yang tangguh adalah keluarga yang dikendalikan Roh Kudus, bukan oleh hawa nafsu atau perkara lainnya. Ada tiga ciri keluarga yang penuh Roh Kudus, yaitu: a) hidup dalam pujian penyembahan – ayat 19; b) hidup dalam pengucapan syukur – ayat 20; c) hidup dalam kerendahan hati – ayat 21. Keluarga tangguh bila anggota keluarga saling merendahkan hati satu sama lain. Ini terjadi bila suami-istri saling menghargai, tidak mementingkan diri sendiri tapi menganggap pasangannya lebih utama dari dirinya.

Disadur dari Renungan Harian

Pikirkan, Baru Katakan!

Seringkali kita melontarkan kata-kata yang keluar dari mulut kita tanpa melalui proses dipikirkan, sehingga seringkali kata-kata yang keluar adalah kata-kata yang meluncur dan bisa menjadi senjata yang mematikan orang lain dan menyinggung perasaan orang lain, dan bila hal itu terjadi di dalam keluarga, bisa jadi menyakitkan pasangan kita dan membuat anak-anak kita terluka. Tapi kenyataannya, sering kali kita berbicara tanpa melalui proses dipikirkan, apakah kata-kata kita itu menyejukkan atau membuat panas telinga orang, dan menghujam hati lawan bicara kita.

Tuhan Yesus pernah berkata; ” Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.” Matius  12:36. Apa yang diungkapkan oleh Tuhan Yesus ini sebenarnya menolong kita untuk hati-hati supaya setiap kata-kata yang akan diungkapkan itu perlu dipikirkan karena hal itu ada konseksuensi yang harus diterima oleh seseorang. Walaupun Tuhan menunjuk kepada pertanggungan jawab pada hari penghakiman, namun sebenarnya ketika di dunia ini saja, bila sebuah kata-kata tanpa kendali, tanpa dipikirkan yang mengarah kepada sia-sia juga memiliki akibat yang tidak mudah.

Taruhlah, ketika kita melontarkan kata-kata yang sia-sia yang terlontar karna tidak dipikirkan terlebih dahulu, tapi karena kita berada dalam posisi di mana kita dipenuhi oleh kemarahan dan kepanasan hati, maka biasanya kata-kata yang keluar itu bisa mematahkan semangat, menyakiti, melukai dan membuat orang lain frustasi. Karena itu baik juga kita selalu ingat dengan prinsip, pikirkan, baru katakan.

Konflik di dalam keluarga, seringkali terjadi oleh karena banyak kata-kata yang keluar bukan berasal dari kita memikirkan dahulu, tapi karena kita hanya condong untuk mencari kesalahan. Itu kan dikirkan dulu? Mungkin itu pertanyaannya? benar! Itu dikirkan terlebih dahulu, tapi apa yang dipikirkan itu lebih cenderung untuk mencari cara bagaimana mematahkan semangat pasangan kita atau memancing amarah pasangan kita?

Terlebih lagi ketika kata-kata kita kepada anak-anak kita menyakiti, maka kita diingatkan oleh apa yang diungkap oleh Paulus, “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” Efesus 6:4

Disadur dari Renungan Keluarga Kristen