header image
 

All posts in September, 2015

Nehemia : Sang Bartender

Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit.

(Nehemia 1:4)

 

Bacaan : Nehemia 2:1-8

Dalam salah satu artikel yang saya baca, profesi “bartender” adalah profesi yang menyenangkan bagi anak muda zaman sekarang. Istilah “bartender” mengarah kepada mereka yang meracik minuman untuk dinikmati oleh konsumennya. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan untuk menjadi seorang “bartender”. Menjadi juru minuman raja, inilah profesi Nehemia. Kala itu, menjadi juru minuman raja merupakan jabatan yang cukup disegani dan sangat terhormat. Seorang juru minuman raja dipercaya oleh raja untuk memastikan makanan dan minuman tersebut tidak berbahaya bagi dirinya. Dari sudut karier menjadi juru minuman raja membuat seseorang berada di zona aman. Ia berlimpah dalam fasilitas yang mewah dan selalu mencicipi makanan dan minuman yang terbaik.

Menjadi juru minuman Raja Artahsasta, adalah pekerjaan Nehemia. Dengan jabatan itu, sesungguhnya hidup Nehemia sudah cukup mapan dan nyaman. Namun Nehemia bukanlah orang yang mudah tergiur dengan kemapanan. Ketika mendengar informasi mengenai kehancuran Yerusalem, hati Nehemia menjadi sedih. Ia duduk menangis dan berkabung selama beberapa hari. Ia pun berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah, memohon agar beroleh belas kasihan raja untuk menolong bangsa Yahudi di Yerusalem. Doa yang dipanjatkan Nehemia didengar oleh Tuhan. Raja Persia memberikan izin kepadanya untuk berangkat ke Yerusalem guna membangun kembali tembok kota itu.

Nehemia bersedia keluar dari kemapanan dan zona nyamannya untuk menjadi alat di tangan Tuhan bagi bangsa Israel. Nehemia keluar dari zona nyamannya, bagaimana dengan kita? Mau dan mampukah kita keluar dari zona nyaman untuk menjadi alat di tangan Tuhan?

 

 Disadur Dari Renungan TEENS FOR CHRIST

 

 

 

 

Mencintai Tuhan,Keluarga,Lalu Pekerjaan

Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!”

(Yos. 24:15)

Bacaan : Yosua 24:1-15

Dalam sebuah acara pembinaan kaum muda di gereja, seorang pembina bertanya kepada seorang remaja: “Maukah kamu kelak menjadi penatua di jemaat ini?” Dengan cepat remaja itu menjawab: “Tidak!” Pembina tersebut agak bingung sehingga bertanya apa alasannya. Remaja tersebut menjawab: “Aku nggak mau jadi penatua seperti Papa karena jadi jarang di rumah. Senin-Jumat sibuk di kantor, sedangkan Sabtu-Minggu seharian di gereja, jadi tidak ada lagi waktu untuk keluarga.”

Yosua adalah pemimpin bangsa Israel, yang tentu kehidupannya dipenuhi oleh kesibukan pelayanan dan kepemimpinan. Boleh jadi waktunya untuk keluarga akan sangat tersita. Namun, ternyata ia bukan hanya pemimpin umat yang sukses, melainkan juga teladan di dalam keluarga. Di Sikhem, Yosua yang sudah tua seolah menantang bangsa Israel untuk tetap memiliki kesetiaan kepada Tuhan. Ia bahkan mengambil contoh di dalam keluarganya sendiri, bahwa ia dan keluarganya akan tetap memiliki kesetiaan kepada Tuhan karena menyaksikan pemeliharaan Tuhan serta janji-Nya yang tidak berkesudahan.

Youth, sering kali karena intensitas pekerjaan yang cukup tinggi, waktu kita untuk bertumbuh bersama Tuhan dan memperhatikan keluarga menjadi berkurang. Kerap kali kita membela diri. Karena “sibuk,” tidak ada lagi waktu kita untuk bersaat teduh atau berbagi kisah dengan keluarga. Tanpa sadar kita kemudian dikuasai oleh pekerjaan kita. Pekerjaan adalah anugerah Tuhan, sedangkan keluarga adalah ruang di mana cinta kasih Allah semestinya diwujudkan serta kita dapat menjadi teladan di dalamnya.

  1. Mengapa Yosua kembali menekankan kesetiaan kepada Tuhan?
  2. Apa yang membuat Anda sulit membagi waktu?

Renungkanlah.Amin.

Disadur Dari Renungan Youth For Christ

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Menjadi Dingin di Tengah Dunia yang Semakin Panas

Tuhan Yesus dalam Matius 24:12 menjelaskan sbb : “Karena makin bertambahnya kedurhakaan maka kasih kebanyakan  orang akan menjadi dingin.” Perhatikan istilah “sebagian besar“- ini menunjukan kepada jumlah mayoritas umat Tuhan .Hanya golongan minoritas saja yang kasihnya kepada Tuhan tetap berapi-api. Ini benar-benar sebuah nubuat yang sangat menyedihkan. Dunia semakin panas dengan segala pergolakan dan permasalahan , namun kenyataannya sebagian besar orang Kristen bukannya makin berapi-api dengan Tuhan , mereka malah semakin dingin kasihnya kepada Tuhan.

Apakah ciri-ciri orang Kristen yang kasihnya kepada Tuhan sudah menjadi dingin? Ingat, hubungan antara jemaat dan Kristus itu diumpamakan dengan hubungan suami-istri. Perhatikanlah bagaimana relasi suami-istri yang sudah menjadi hambar dan dingin.

A. MINAT UNTUK FELLOWSHIP DENGAN TUHAN AMAT MINIM
Waktu pacaran dulu dimana ada cinta membara, komunikasi lancar sekali (bisa berjam-jam lamanya). Tetapi ketika kasih menjadi dingin, antara suami dan istri sudah tidak ada lagi komunikasi. Ngomong aja ogah! Dulu suka sekali bersekutu dan berkomunikasi dengan Tuhan, praise worship & prayer jadi life-stylenya. Tapi itu dulu. Sekarang semangat seperti itu sudah semakin kurang……..semakin kurang………lalu padam sama sekali, menjadi dingin (seperti sop buntut di kulkas)!

B. SELERA UNTUK MAKANAN ROHANI TIDAK ADA
Waktu cinta masih hangat membara, membaca surat cinta mendatangkan suka cita besar. Tetapi ketika kasih sudah menjadi dingin, tak ada kerinduan sama sekali untuk membaca surat. Dulu suka membaca dan mendalami Firman Tuhan. Lama-kelamaan minat itu semakin berkurang-semakin berkurang-akhirnya tidak ada lagi selera sama sekali untuk Firman Tuhan.

C. KERINDUAN IBADAH JUGA MINIM BANGET 
Waktu cinta masih membara ,saat untuk bertemu sang kekasih selalu dinanti-nantikan. Pergi berduaan sambil bergandeng tangan adalah saat yang didambakan. Tetapi ketika kasih sudah menjadi dingin, ketemu saja enggan apalagi pergi berduaan. Dulu sikapnya seperti Mazmur 122 :1 – penuh suka cita masuk rumah Tuhan. Tetapi lama-kelamaan suka cita itu mulai pudar dan akhirnya hanya jadi kristen kapal selam saja. Hanya muncul pada waktu ada acara-acara khusus saja seperti Natal, Paskah, dlsb. No time for God but have time for hobby and traveling.

D. SUKA LONTARKAN KRITIKAN 
Ketika kasih masih hangat membara, semuanya nampak serba oke. Suami dan istri dapat menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing.Tetapi ketika kasih sudah menjadi dingin, mulailah suami dan istri menjelek-jelekkan satu sama lain. Perhatikanlah orang-orang yang suka menjelek-jelekkan gereja dan para pelayan Tuhan. Kalau anda menjumpai orang semacam itu, ketahuilah dengan pasti : Orang ini masuk golongan PSUGO, kasihnya kepada Tuhan sudah menjadi dingin!.

E.TIDAK ADA PERSEMBAHAN KASIH 
Waktu kasih masih hangat, selalu ada pemberian antara suami-istri, misalnya oleh-oleh dari luar kota, waktu ulang tahun, dlsb. Ketika kasih sudah menjadi dingin, tidak ada lagi pemberian kasih. Demikian juga orang Kristen, satu tanda yang jelas bahwa kasihnya kepada Tuhan sudah menjadi dingin ialah dengan menghentikan persembahan persepuluhan/syukur/dlsb. Yang dahulu selalu ia berikan dengan kasih kepada Tuhan, sekarang dipakai untuk diri sendiri. Bukan itu saja, ia lalu menghalang-halangi orang lain yang mau memberi kepada Tuhan dengan kasih.

F. MINAT UNTUK HAL-HAL DUNIAWI BESAR SEKALI
Di waktu cinta masih hangat berapi-api, hati selalu berpaut kepada si dia. Ketika kasih menjadi dingin, perhatian ditunjukan kepada si dia yang lain (PIL dan WIL – pria idaman lain atau wanita idaman lain). Begitulah juga keadaan orang Kristen. Ketika kasihnya kepada Tuhan menjadi dingin maka hatinya tertarik kepada keduniawian : keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup (Yoh. 2:15-17).

  AKIBAT KASIH YANG MENJADI DINGIN
Akibatnya sungguh sangat berbahaya! Pehatikanlah prosesnya : Mulanya hanya dingin, kemudian beku, lalu menjadi keras seperti es. Hal semacam ini bisa terjadi pada diri orang yang sudah menerima anugrah kasih karunia dari Yesus. Istilah Biblikalnya kita peroleh dari Daud ketika ia mengalami keadaan “psugo” adalah : Kehilangan sukacita keselamatan (The joy of salvation). Itulah sebabnya Daud berdoa – Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu dan lengkapilah aku dengan roh yang rela (Mazmur 51:14).

 BAGAIMANA MENCAIRKAN KEBEKUAN 
Bagaimanakah memulihkan kasih yang dingin supaya hangat kembali? Untuk itu kita belajar dari nasehat Tuhan Yesus kepada jemaat di Efesus (Wahyu 2:1-7). Istilah yang dipakai oleh Yesus adalah – “meninggalkan kasihmu yang semula” (ay.4). Ini sama dengan kasih yang tadinya hangat (kasih yang mula-mula), lalu menjadi dingin. Untuk bisa pulih kembali ada nasehat 3R dari Yesus (ay.5):

A. REMEMBER (INGATLAH)
Ingat masa yang lalu ketika kasih masih membara. Sukacitanya beribadah dan melayani.
Nikmatnya persekutuan dengan Yesus. Bayangkanlah itu baik-baik dalam imajinasi kita.
B. REPENT (BERTOBATLAH)
Ambil sikap tegas untuk tidak membiarkan situasi dingin berlarut terus-menerus. Ambil putusan bermutu untuk berubah secara total!
C. REDO (LAKUKANLAH LAGI)
Apa yang sudah ada pada imajinasi tentang suka cita masa lalu itu harus diulangi lagi /dilakukan kembali pada masa kini. Kalau masih tetap “psugo“dan es yang keras tidak mencair kembali, Tuhan Yesus memberikan “discipline” terhadap anak-Nya yang menyimpang – lihat Ibrani 12:5-11 tentang didikan Tuhan. Yang benar ialah : Jangan menunggu sampai Tuhan mendidik kita, tetapi tetaplah melekatlah kepada Yesus, Pokok Anggur yang benar dan berbuah lebat untuk kemuliaan nama-Nya. Soli Deo Gloria! 

 Sumber : http://dedhotindra.blogspot.co.id

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Joyce Meyer – Kisah Hidup Anak Teraniaya yang Menjadi Hamba Tuhan Populer

JOYCE MEYER

Pada saat Joyce berusia sekitar 12 tahun, ia mendapatkan kesempatan untuk belajar mengendarai mobil dari ayahnya. Namun sayangnya, ada udang di balik batu atas keputusan ayahnya tersebut karena ia melakukannya agar bisa membawa Joyce keluar dari rumah dan jauh dari pantauan ibunya, dengan tujuan untuk melakukan perbuatan amoral dengan putrinya tersebut. Bahkan, di suatu hari pada musim panas, ayahnya memaksa Joyce untuk minum alkohol hingga mabuk, dan kemudian ayahnya bisa melampiaskan nafsu bejatnya. Joyce sudah berulang kali menceritakan kisah tersebut didalam buku-bukunya dan pada setiap konferensinya. “Saya tidak menceritakannya untuk mengundang belas kasihan Anda,” katanya di sebuah gereja di Tampa, Florida, pada bulan September 2003 yang lalu. “Saya bermaksud menceritakannya untuk menunjukkan bahwa orang-orang bisa punya pengalaman yang buruk dan bahkan sangat buruk. Saya tahu hidup saya jauh lebih kuat karena apa yang telah terjadi tersebut, dibandingkan seandainya hal itu tidak pernah terjadi.”

Joyce Merasakan Kuasa Allah

Joyce lahir pada 4 Juni 1943 dengan nama Pauline Joyce Hutchison. Ayahnya adalah seorang tentara bergabung sehari setelah ia dilahirkan. Namun sayangnya, tiga tahun setelahnya, ayahnya dipecat dari kesatuannya dan mengakibatkan perubahan pada sikapnya. Ia kembali ke keluarganya sebagai pria yang kepahitan, pemarah dan kecanduan alkohol, bahkan yang lebih parahnya, sang ayah pun mulai menganiayanya secara seksual. Kondisi ini terus berlanjut dan semakin memburuk hingga ia menginjak usia remaja. Walaupun ibunya mengetahui masalah ini, namun karena takut terhadap ayahnya maka memilih untuk bersikap seolah-olah tidak tahu dan tidak pernah terjadi apa-apa.

Pada saat berumur 9 tahun, Joyce mengaku untuk pertama kalinya merasakan kuasa Allah. Pada suatu malam, saat sedang mengunjungi kerabatnya di luar kota, ia menyelinap pergi untuk mengikuti suatu kebaktian di gereja setempat. Di sanalah ia mengalami proses kelahiran baru. “Saya merasa bersih, seperti baru saja mengalami pemandian batin,” kenangnya sekian tahun kemudian. Namun, saat pulang kembali ke rumah, damai sejahtera yang sempat dialaminya tersebut menjadi hilang. Sebagai seorang gadis yang menginjak remaja, Joyce punya ketertarikan terhadap hal-hal yang bersifat rohani, kisah-kisah persepsi ekstra-inderawi, fiksi ilmiah maupun film horor. Selain itu, ia juga berminat pada hipnotis dan astrologi. Pada saat umur 13 tahun, ia berusaha untuk lebih mandiri dengan menjadi seorang pelayan toko setempat.

Pernikahan Pertama yang Berantakan

Joyce bersekolah di O’Fallon Technical High School. Lulus pada tahun 1961, ia mengepak barang-barangnya ke dalam mobil Chevrolet 1949 hitam miliknya untuk pergi meninggalkan rumah keluarganya. “Di dalam pikiran saya, timbul keinginan yang kuat untuk mengurus hidup saya sendiri mulai saat itu,” katanya. Pada tahun tersebut juga, ia memutuskan untuk menikah dengan pemuda pertama yang jatuh cinta padanya. Pemuda tersebut putus sekolah saat kelas lima dan kemudian menjadi penjual mobil paruh waktu. Pernikahan mereka tidak berjalan dengan baik karena sejak awal menikah memang sudah amburadul. Pekerjaan suaminya tidak tetap dan mereka sering berpindah-pindah tempat. Suaminya juga sering pergi dari rumah, terkadang hingga berbulan-bulan. Suatu waktu, saat ia bertugas sebagai tenaga tata buku di sebuah perusahaan, suaminya membujuknya mencuri uang dengan menulis sebuah cek palsu. Mereka kemudian mencairkan uang itu dan kabur ke daerah California. Saat berusia 21 tahun, Joyce hamil namun kemudian mengalami keguguran. Tahun berikutnya, ia kembali hamil dan melahirkan anak pertamanya. Di tengah udara kering di St. Louis pada musim panas, ia nyaris kehabisan akal sehat. Kondisi pernikahan dan keuangan mereka membuatnya mengalami depresi berat. Ia susah makan dan tidur, serta lebih sering menelan obat tidur. Beberapa bulan setelah kelahiran anak laki-lakinya, Joyce memutuskan untuk berpisah dengan suaminya yang tidak setia dan sering bermasalah dengan hukum. Ia kembali ke rumah ayahnya, yang menerimanya dengan senang hati. Dalam keadaan depresi dan kacau, ia mencari hiburan di bar-bar setempat dan mulai tidur dengan pria-pria yang tidak dikenalnya.

Perjalanan Bertahap Menuju Pelayanan

Pada akhir tahun 1966, saat sedang mencuci mobil milik ibunya, secara tidak sengaja ia bertemu dengan David Benjamin Meyer. Setelah beberapa kali bertemu, akhirnya cinta tumbuh di hati mereka dan mereka kemudian memutuskan untuk menikah di St. Louis pada 7 Januari 1967. Dave seorang pria yang baik hati, pekerja keras dan sangat mencintainya. Namun, kebahagiaan belum juga merengkuhnya. Saat berangkat kerja suatu pada Februari 1976, di tengah rasa frustasi dan depresi, ia berseru kepada Tuhan. Ia mendengar Tuhan memanggil namanya dan memintanya bersabar.

Malam harinya, ia merasa Tuhan memenuhinya dengan “cairan kasih yang melimpah-limpah.” Tidak lama kemudian, ia mulai mengadakan kelas pemahaman Alkitab di sebuah kafetaria. Semula aktif di Our Savior Lutheran Church, Joyce dan suaminya meninggalkan gereja itu awal 1980-an. Mereka lalu bergabung dengan Life Christian Church, yang saat itu masih beranggotakan 30 orang. Gereja ini lalu bertumbuh sampai sekitar 3.000 orang, sebagian karena popularitas Joyce Meyer. Di gereja itu Joyce Meyer mulai mengadakan kelas pemahaman Alkitab bagi para wanita di rumahnya. Kelas ini berkembang sampai diikuti sekitar 500 orang. Tahun 1983, ia mulai diminta berkhotbah di gereja dan ikut mengisi acara di radio.

Mulai Mendirikan Life in the Word

Joyce Meyer berada di Life Christian selama lima tahun. Ia pamit dari gereja itu ketika Tuhan berkata kepadanya, “Bawalah pelayananmu dan pergilah ke daerah utara, selatan, timur dan juga barat.”Pada bulan Agustus 1985, Joyce Meyer dan suaminya mendaftarkan Life in the Word sebagai sebuah badan nirlaba. Pada awal terbentuknya tidaklah mudah. Saat pergi ke konferensi, mereka sering harus tidur di dalam mobil di tempat parkir McDonald karena tidak mampu membayar sewa kamar motel yang sangat mahal. Namun pada tahun 1993 Tuhan membukakan kepada Dave tentang arah pelayanan tersebut. Dave pun membulatkan hati untuk menyokong pesan yang disampaikan melalui Joyce, agar bisa go international melalui televisi.

Acara mereka semula disiarkan di WGN di Chicago dan Black Entertainment Network. Dalam tempo singkat yaitu lima tahun, acara itu disiarkan di sekitar 600 stasiun radio dan televisi, tujuh jaringan kabel dan tujuh jaringan satelit. Pada bulan November 1988, Joyce Meyer muncul dalam laporan utama Charisma & Christian Life sebagai “America’s most popular woman minister.” Meyer percaya bahwa panggilan hidupnya adalah untuk meneguhkan orang-orang percaya di dalam Firman Allah. Dari pengalaman hidupnya, ia mendapati bahwa kemerdekaan untuk hidup berkemenangan diperoleh melalui penerapan Firman Tuhan. Ia yakin, setiap orang yang sudah hidup dalam kemenangan dapat menuntun banyak orang lain menuju kemenangan. Ia mendapatkan gelar Honorary Doctorate of Divinity dari Oral Roberts University di Tulsa, Oklahoma dan PhD in Theology dari Life Christian University di Tampa, Florida.

Memulihkan Masa Lalu

Di tengah-tengah kesuksesan pelayanan dan serangkaian kemenangan pribadi yaitu Joyce Meyer sembuh dari kanker payudara pada awal 1990-an dan memperbaiki hubungan yang retak dengan keempat orang anaknya. Ia merasa tantangan terbesarnya bisa jadi adalah menghadapi masa lalunya sendiri. Dua kali ia mencoba untuk mendatangi ayahnya, menyatakan bahwa ia telah mengampuni apa yang pernah terjadi dahulu. Namun, dua kali pula ayahnya menolak mengakui apa yang terjadi. Pada November 2000, Meyer dan suaminya membelikan rumah seharga 130.000 dolar bagi orang tuanya. Pemulihan terjadi tiga tahun kemudian ketika mereka berkunjung pada perayaan Thanksgiving. Saat mereka memasuki pintu rumah, ayahnya mulai menangis. “Aku ingin mengatakan betapa aku menyesal atas apa yang dahulu pernah kulakukan kepadamu,” katanya. Joyce mengampuni ayahnya. Sepuluh hari kemudian, ia membaptis ayahnya dalam sebuah upacara sederhana di St. Louis Dream Center. ***

(Sumber: St. Louis Post-Dispatch) Dimuat di Bahana, Januari 2005.

 

 

Mata Tuhan Melihat Segala Hal Yang Tak Terlihat

Suatu hari seorang pematung sedang memahat sebuah patung yang akan diletakkan di depan sebuah tembok, dimana tidak seorangpun akan melihat bagian belakang dari patung tersebut. Namun demikian, pematung itu tetap memahat bagian belakang itu dengan sangat teliti dan sama indahnya dengan bagian depan. Seorang pengamat yang melihat pemahat itu bekerja, kemudian bertanya, ‘Kenapa Anda memahat bagian belakang patung itu dengan sangat teliti? Toh tidak ada satu orangpun yang akan melihatnya?” Pematung itu kemudian menjawab, “Tetapi Tuhan melihatnya sampai ke belakang.”

Banyak orang cukup puas dengan penilaian orang lain yang baik tentang dirinya. Termasuk juga dalam hal beribadah. Mereka tidak mengarahkan perhatian mereka sepenuhnya kepada Allah dan kebenaran-Nya. Mereka juga tidak perduli dengan penilaian Allah tentang dirinya. Mereka melakukan kewajiban agamanya, semata-mata hanya untuk dilihat orang. Mereka mungkin rajin memuji Tuhan, memberi persembahan dan menyumbangkan hartanya untuk amal, namun perbuatan mereka sehari-hari sangat jauh dari kehendak Tuhan. Namun mereka tidak memusingkan hal tersebut. Mereka hanya perduli dengan tampilan luar mereka, sehingga tidak jarang, mereka pun tumbuh menjadi orang-orang yang sangat munafik, yang tidak pernah tulus dalam beribadah. Sebenarnya, mereka punya modal yang besar untuk memberikan yang terbaik bagi Allah. Namun sikap mereka yang seperti itu yang membuat mereka gagal melakukan ibadah dengan maksimal.

Tuhan mau memberkati hidup kita, jika kita mau beribadah dengan tulus. Bukan hanya dalam upacara atau pujian semata, namun lebih dari itu, kita harus mewujudkan ibadah tersebut dalam perbuatan yang nyata, yaitu pendengar yang baik dan berkenan bagi Tuhan. Kita tidak boleh hanya puas menjadi pendengar, tetapi kita sendiri harus menjadi pelaku-pelaku Firman. Jangan pernah puas dengan pujian atau penilaian yang baik tentang diri kita, namun bagaimana kita yang sebenarnya, apakah kita sudah benar-benar baik, itulah yang penting. Tuhan tidak perduli dengan penampilan kita, tetapi Tuhan menilai kita secara keseluruhan, termasuk dari apa yang tidak tampak di mata orang lain. Tuhan menilai ketulusan hati dan penyerahan diri kita secara mutlak kepadaNya.

 

Sumber : http://dedhotindra.blogspot.co.id

Cara TUHAN menjaga orang benar dalam Kasih


Bacaan Alkitab Mazmur 55:23 berkata serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN,maka IA akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkannya orang benar itu goyah.

Seberapa sering kita bertanya-tanya akan kehidupan ini,mengapa ini dan itu terjadi pada diri saya.Padahal saya selalu berbuat benar dihadapan TUHAN,mengapa persoalan,tantangan semakin berat saya jalani.Bahkan dibenci dan dikhianati oleh orang-orang yang sangat saya kasihi.Merasa tak mampu menghadapi sendiri segala persoalan dan masalah tersebut menjadi ujian tersendiri bagi kita.

Apakah karena persoalan tersebut kita akan semakin dekat kepada Tuhan atau malah semakin jauh.Hidup ini memang terdiri dari banyak pilihan tetapi diantara pilihan-pilihan tersebut ada salah satunya yang paling terbaik,namun dalam memilih kita memerlukan campur tangan Tuhan Yesus didalamnya karena Ia jauh lebih mengenal akan segala sesuatu tentang diri kita.Ia tahu yang terbaik buat hidup anak-anak-Nya.

Jikalau kamu lemah karena berbagai-bagai pencobaan tetaplah ingat masih ada Tuhan Yesus yang jauh lebih berkuasa membuka jalan dan mengangkatmu melebihi para pemenang.Yakobus 2:1 -4 menjadi dasar kita dalam menghadapi tantangan dan pencobaan-pencobaan tersebut.Karena itu sediakanlah waktu 10 menit paling kurang untuk bergumul dengan TUHAN menyerahkan segala persoalan dan beban hidupmu pada Yesus yang selalu siap menolongmu.

Matius 11:28 berkata marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat,Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita berjalan sendiri tanpa tujuan yang jelas,Ia membimbing kita diwaktu kita kehilangan arah dan menghibur diwaktu susah.Ia Tuhan yang tak pernah berdusta namun selalu setia pada janji-Nya.Ia memelihara semua orang-orang yang berharap pada-Nya.Sejauh timur dari barat dan setinggi langit dari bumi Ia membuang segala dosa kita dan demikian kemurahan-Nya diperlihatkan bagi orang-orang yang takut akan Ia.

Jikalau hatimu goyah dan tak mampu mengambil keputusan dengan benar,datanglah pada Yesus,aA sangat memahami keluh dan segala air matamu,Ia sahabat sejati yang sebenarnya yang tak akan pernah meninggalkan kamu,yakin dan percaya Tuhan memelihara orang-orang yang benar dan rendah hati.Ia akan memulihkan hati yang hancur dan semangat yang telah patah.Tuhan Yesus mengasihi kamu,maka janganlah takut karena Ia pembelamu dan pemelihara hidupmu.Amin

Disadur dari Life Worshiper-Belajar Tentang Yesus & Renungan Alkitab Kristen

Lilin ditangan Kristus

Matius 5 : 16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya didepan orang,supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang disorga.

Syalom Sahabat Agape…

Sudahkah kita renungkan kembali apa yang akan kita lakukan selama sisa hidup kita ? Sudahkan kita berguna untuk pekerjaan Tuhan ? Sudahkah kita melayani dengan sepenuh hati hanya untuk kemuliaan Tuhan ? Sudahkah kita menjadi berkat atau malah menjadi batu sandungan bagi orang lain ? Mari bersama-sama kita renungkan sejenak,siapakah kita ini,dan apa yang Tuhan inginkan didalam hidup kita.

Kita adalah milik Kristus,karena kita sudah ditebus dari ikatan dosa,dan harganya yang sangat mahal telah dibayar lunas dengan darah Kristus.Ia tidak menginginkan  imbalan apa pun.Ia hanya ingin kita tetap menjadi anak-anak-Nya yang setia,yang selalu berjalan seturut dengan firman-Nya,agar kita tetap memiliki mahkota kehidupan yang kekal itu.Tetapi bukan cuma sekedar menjadi setia dan mengikuti jalan-Nya.Kita harus mau bersaksi dan menunjukkan jalan keselamatan yang sudah kita lalui didalam Kristus kepada sesama kita.

Bagaimana caranya ? Kita harus mau menjadi terang bagi sesama.Memberitakan kebenaran yang sejati,agar setiap orang tahu bahwa hanya Yesuslah jalan menuju keselamatan itu,dan bukan yang lainnya.Banyak jalan menuju ke Roma,tapi hanya satu jalan menuju keselamatan yang kekal.Orang Kristen yang menjadi terang itu ibarat sebatang lilin yang memberi cahaya dalam kegelapan.Tempatkan hidup kita didalam tangan kasih Tuhan Yesus,agar kita tidak sekedar menjadi lilin yang terbakar habis,tetapi menjadi lilin yang siap dibentuk kembali oleh tangan Kristus,terus dibaharui untuk pekerjaan-Nya.Amin.

Oleh Admin Sekretariat

TETAP BERTAHAN SEKALIPUN SULIT

Filipi 4 : 13 Segala perkara dapat kutanggung didalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku

 

Ini adalah sebuah kisah yang sungguh terjadi.

Seorang gadis kecil menangis sambil memeluk adik perempuannya.Ia berusaha menenangkan adik kecilnya,menutup telinga adiknya dengan kedua tangannya.Ia tak ingin adiknya mendengar pertengkaran ayah ibunya,makian dan hajaran ayahnya terhadap ibunya ; biarlah ia sendiri yang mendengar semua itu,biarlah ia sendiri yang menangis.Ia tak mengerti mengapa Tuhan memberikan ayah seperti itu,yang selalu menyiksa batin mereka sekeluarga dengan penuh tekanan,dan selalu melakukan kekerasan fisik pada ibunya.Ia sungguh merasa iba terhadap ibunya yang harus bekerja keras untuk memenuhi seluruh kebutuhan anggota keluarga.

Yang ia tahu,Tuhan itu baik,dan akan memulihkan keluarganya,asal ia tetap berdoa dan meminta.Hal ini lah yang selalu diajarkan guru-guru sekolah minggu padanya dan adiknya,walaupun mereka harus bangun dengan diam dipagi hari Minggu,bersiap dalam diam untuk diantar kesekolah minggu oleh ibu mereka.Ayah mereka seorang Kristen,tetapi ia belum menyerahkan hidupnya kepada Tuhan saat itu.Tetapi sang ibu adalah orang yang paling sabar,dan tak pernah sekalipun menjelekkan ayah mereka,atau pun mengadu kepada orang lain.Ia selalu menunjukkan ketegarannya dan teladannya,tanpa sepatah kata pun.

Walaupun kedua gadis kecil itu tak tahu,kapan keadaan akan membaik,atau kapan Tuhan akan mengubah hati ayahnya yang sangat keras,tapi mereka percaya Tuhan akan selalu melindungi dan menyertai mereka dalam saat-saat terburuk sekalipun.Tiada yang mustahil……

Berpuluh-puluh tahun kemudian..kedua gadis kecil itu telah bertumbuh dalam imannya,mereka menjadi lebih kuat,percaya diri,tidak takut menghadapi kerasnya dunia,karena waktu dan keadaan telah mengubah mereka dari dua orang gadis kecil yang ketakutan,menjadi dua perempuan yang sanggup menanggung apa pun.Semua itu karena Kristus.Mereka belajar untuk menerima,menjalani,mengampuni,dan mengalami sukacita bersama Yesus.Dan karena Tuhan Yesus baik,maka Ia mau mengubah hati seorang ayah yang keras menjadi lembut.

Sahabat Agape…apa pun pergumulan mu saat ini,bahkan seolah tak ada jalan keluar,semua terasa berputar,gelap dan tak sanggup lagi untuk menjalani semua,percayalah kalau Tuhan Yesus tak pernah meninggalkanmu.Ia berjalan bersamamu dan memegang tanganmu.Percayalah…waktu-Nya yang terbaik.Amin…

 

Karena disaat kita lemah,saat itulah kekuatan Tuhan nyata dalam hidup kita…

 

 

Oleh Admin Sekretariat

SIAPAKAH AKU INI ?

Baca Firman Tuhan | 1 Korintus 6 : 19 – 20

Sebagai orang percaya, kita harus menemukan jawaban yang benar untuk menjawab pertanyaan di atas yaitu; “Siapakah aku ini . . ?”. Sebab bila kita tidak mengerti siapakah diri kita yang sesungguhnya, maka hidup yang kita jalani saat ini akan menjadi sia-sia.Firman Tuhan dalam 1Korintus 6: 19 – 20, memberi jawaban atas pertanyaan ini,yang membuat kita menyadari saat ini bahwa ternyata hidup kita sudah bukan milik kita lagi, tetapi kita adalah milik Kristus Yesus Tuhan sepenuhnya, karena kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar.

Jadi apabila saat ini kalau kita masih merasa memiliki diri kita sendiri, maka kita telah berbuat kesalahan yang fatal, apalagi kalau kita mengaku sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus, namun tidak menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Dia yang telah membeli dan membayar dengan lunas seluruh hidup kita, supaya kita menjadi milik-Nya.

Dengan menyadari siapakah diri kita ini maka;

1.  Hidup yang kita jalani saat ini harus seturut dengan kehendak Tuhan dan tidak lagi hidup dalam keinginan diri sendiri.

2.  Menjaga hidup ini supaya tetap tinggal dalam kesucian dan kekudusan Allah, dan menanggalkan semua hal  yang cemar, yang hanya penuh dengan hawa nafsu dunia, karena tubuh kita adalah bait Roh Kudus.

3.  Kita harus tunduk sepenuhnya dalam pengaturan Tuhan, sebagai seorang hamba yang taat dan setia.

4. Tidak lagi hidup untuk kepentingan diri sendiri, tetapi hidup untuk kepentingan Kerajaan Tuhan, yaitu menjadi berkat bagi banyak orang.

Sekarang yang menjadi pertanyaan penting yang harus kita sadari adalah; “Apakah untungnya bagi Tuhan sehingga Ia mau membeli dan membayar hidup kita dengan memberikan nyawa-Nya supaya kita bisa menjadi milik-Nya ?”.

Sesungguhnya tidak ada keuntungan sesuatu apapun bagi Tuhan saat Ia mau membeli hidup kita dengan sebuah harga yang sangat mahal, yaitu dengan darah-Nya yang kudus yang tak bercacat dan tak bernoda, bahkan Ia rela memberikan nyawa-Nya, hanya dengan satu tujuan yaitu supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal.

Ini adalah sebuah kasih karunia yang tak ternilai harganya, sebab ternyata Tuhan mau membeli hidup kita bukan untuk kepentingan dirinya, tetapi karena belas kasihan Tuhan atas kita. Tuhan tidak ingin melihat manusia yang adalah ciptaan-Nya pada akhirnya harus binasa dalam api neraka yang kekal.

Lalu kalau Tuhan saja berpikir untuk kepentingan hidup kita dalam kekekalan, bagaimana mungkin kita saat ini masih hidup dalam dosa dan kecemaran, dan tidak merasa takut dan gentar dihadapan Tuhan ?.

Padahal dengan menyadari siapakah kita ini, maka seharusnya kita hidup hanya untuk memuliakan Tuhan dalam seluruh hidup kita. Bahkan dengan tubuh yang kita diami saat ini semuanya harus hanya untuk hormat dan kemuliaan Tuhan.

Satu hal yang tidak dapat kita pungkiri bahwa sampai detik ini seringkali kita masih hidup mengikuti keinginan hati kita sendiri. Seringkali kita masih ingin memiliki hidup kita sendiri dan belum mau sepenuhnya memberikan hidup ini kepada Tuhan. Padahal yang sesungguhnya hidup kita bukanlah milik kita lagi tetapi telah menjadi milik Kristus Yesus Tuhan.

Kalau kita masih ingin memiliki diri kita sendiri, sebenarnya kita telah mencuri apa yang bukan menjadi hak milik kita. Dengan mencuri kehidupan yang seharusnya menjadi milik Tuhan, dan tetap hidup menurut keinginan hawa nafsu dunia ini, maka sebenarnya tanpa sadar kita sedang mengarahkan diri kita berjalan menuju kegelapan abadi dimana pada akhirnya akan terbuang dari hadapan Tuhan kedalam api neraka.

Sebenarnya kita bukan saja tidak lagi memiliki diri ini, tetapi selama kita hidup di dunia ini-pun, tidak ada seorang manusiapun yang tahu, kapan waktu Tuhan akan tiba atas hidupnya. Ini artinya kematian dapat menjemput setiap orang kapan saja dan dimana saja. Lalu bagaimana bila waktu Tuhan tiba detik ini juga atas diri kita, sementara kita masih tinggal didalam kecemaran dosa, dan tidak sempat untuk bertobat ?

Satu hal yang harus terus kita ingat bahwa, upah dosa adalah maut. Jadi selama kita masih bernafas saat ini, jangan pernah menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan yang telah diberikan kepada kita. Belas kasihan Tuhan yang telah dinyatakan kepada kita haruslah kita terima dengan ucapan syukur yang tiada henti-hentinya.

Dunia hanya menawarkan apa yang menjadi kesenangan sesaat saja, tetapi pada akhirnya semua akan sia-sia. Untuk apa semua kesenangan dunia ini kalau akhirnya sia-sia. Bahkan apabila kita bisa memiliki dunia ini dengan segala kesenangannya, dan mungkin kita masih ingin hidup seribu tahun lagi, tetapi pada akhirnya binasa, apakah kita harus menjadi orang yang sebodoh itu ?.

Masa hidup kita hanya 70 tahun itu yang Firman sudah katakan ( Mazmur 90:10), bahkan kalau kita masih bisa hidup lebih dari 70 tahun, kesukaannya adalah kesukaran dan penderitaan, lalu semuanya berlalu dan hilang lenyap.

Masih maukah kita menyia-nyiakan hidup kita hari ini ? Keputusannya ada pada diri kita pribadi lepas pribadi. Menyia-nyiakan hidup hari ini berarti akan masuk kepada kebinasaan kekal, tetapi meresponi kasih karunia yang telah Tuhan berikan maka pada akhirnya akan membawa kita masuk dalam kerajaan Bapa di Sorga dan mengecap sukacita Sorgawi yang kekal. Amin.

 

Disadur Dari Renungan Harian Pelita Hidup

KEUANGAN YANG SEHAT

Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya” Lukas 14-28-30

Menghadapi kenaikan harga barang setelah harga BBM naik menyebabkan kita harus berpikir ekstra dalam mengatur keuangan, baik itu untuk pribadi, keluarga, bahkan dalam wadah yang lebih besar lagi. Besar pasak daripada tiang merupakan hal yang harus dihindari. Jangan sampai pengeluaran lebih besar dibanding pemasukan. Jika hal ini terjadi, maka peluang untuk berhutang akan terbuka. Semakin banyak hutang, maka keuangan akan semakin berantakan.

Firman Tuhan mengajarkan agar kita tidak berhutang (Rom 13:8), bahkan dalam kitab Lukas kita diajarkan untuk membuat perincian anggaran keuangan kita. Ini diperlukan agar seluruh kebutuhan hidup kita, misal untuk kebutuhan selama satu bulan, dapat terpenuhi semuanya.

Beberapa hal yang perlu diingat dan dilakukan :

  1. Berdoa dan mengucap syukur untuk berkat yang sudah Tuhan berikan (Mar 6:41).

Sebesar atau sekecil apapun berkat yang kita terima patut disyukuri.

  1. Kembalikan persepuluhan, karena ini adalah milik Tuhan (Mal 3:10-11)

Belajar memprioritaskan persepuluhan ketika kita menerima berkat dariNya.

  1. Belajar untuk memberi (Luk 6:38)

Memberi adalah salah satu kunci berkat. Jadilah saluran berkat bagi orang lain juga.

Berikut beberapa tips untuk mengatur keuangan Anda :

  1. Buat anggaran kebutuhan

Buatlah anggaran semua kebutuhan Anda untuk periode 1 minggu atau 1 bulan (sesuaikan dengan periode pemasukan/gaji Anda). Jangan membuat anggaran yang melebihi dari pemasukan, supaya tidak besar pasak dari tiang.

  1. Pangkas setiap pengeluaran yang tidak perlu

Setiap pengeluaran yang dilakukan harus sesuai dengan anggaran yang dibuat. Jangan membuat pengeluaran di luar anggaran Anda.

Ingat bahwa kebutuhan berbeda dengan keinginan. Kita harus belajar untuk mengesampingkan keinginan dahulu agar keuangan kita dapat dipulihkan. Anda akan tetap hidup jika keinginan tidak terpenuhi. Akan ada waktunya dimana keinginan Anda akan diberikan oleh Tuhan.

  1. Catat setiap pengeluaran

Ini mungkin hal yang sepele. Tetapi ketika hal ini dilakukan, maka kita dapat memantau setiap sen dari pengeluaran kita. Akan banyak hal-hal yang tidak kita sadari dapat terungkap melalui catatan tersebut. Seringkali ditemukan bahwa ternyata pengeluaran yang kecil-kecil dapat menghabiskan anggaran kita.

  1. Evaluasi pengeluaran

Lakukan evaluasi tiap akhir bulan untuk pengeluaran-pengeluaran yang telah dilakukan. Ada beberapa pengeluaran yang tidak penting yang dapat kita pangkas, misal jalan-jalan atau rekreasi, cukup satu kali dalam sebulan, jangan berlebihan.

Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar Luk 16:10a. Marilah kita belajar untuk menjadi orang yang dapat dipercaya oleh Tuhan. Setiap harta kekayaan yang kita miliki adalah titipan Tuhan bagi kita, dan Dia ingin agar kita dapat mengelolanya dengan baik. Jika kita setia, maka Tuhan akan senantiasa mempercayakan perkara yang jauh lebih besar lagi.

Disadur dari Renungan Harian Pelita Hdup

« Older Entries     Newer Entries »