header image
 

All posts in July, 2015

AYAH PEMARAH (2)

Firman Tuhan yang saya angkat menjadi ayat bacaan hari ini memperingatkan para ayah agar jangan melupakan tugas mereka terhadap anak-anaknya dengan cukup keras. “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” (Efesus 6:4). Dalam bahasa Inggris (Amplified) bunyi ayat ini adalah seperti berikut: “Fathers, do not irritate and provoke your children to anger [do not exasperate them to resentment], but rear them [tenderly] in the training and discipline and the counsel and admonition of the Lord.” Wahai para ayah, berhentilah memprovokasi anak-anak dengan sikap yang keras dan kasar. Tetapi didik dan disiplinkan mereka dengan pengenalan akan Tuhan. Para ayah, jangan keliru mempergunakan otoritas anda. Jangan membuat anak-anak menjadi malas bertemu dengan anda. Jangan sampai mendengar suara mobil anda saja mereka sudah menggigil ketakutan dan berlari masuk ke kamar. Jangan sampai mereka langsung ciut dan rusak moodnya saat melihat anda datang, memandang anda bagai aura gelap yang memadamkan cahaya bahagia di rumah.

Apa yang seharusnya dilakukan para ayah? Kembali kepada ayat bacaan kita hari ini, disana dikatakan seorang ayah seharusnya memperlakukan anaknya dengan lembut, sedemikian rupa sehingga anda bisa mendidik mereka baik dalam hal etika, sopan santun, disiplin dan terlebih dalam pengenalan akan Tuhan. Itu yang seharusnya menjadi tugas ayah. Tidak peduli seberat apapun kita bekerja untuk mencari nafkah di luar sana, masih ada tugas-tugas kita sebagai suami dan ayah yang harus dijalankan dengan benar dalam keluarga.

Dalam surat lainnya kita kembali menemukan peringatan untuk ayah, yaitu dalam Kolose. Disana dikatakan: “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” (Kolose 3:21). Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan “Fathers, do not provoke or irritate or fret your children [do not be hard on them or harass them], lest they become discouraged and sullen and morose and feel inferior and frustrated. [Do not break their spirit.]”. Kali ini Paulus menyinggung soal tawar hati yang bisa dimiliki oleh anak-anak melalui figur ayah yang tidak dijalankan dengan baik atau otoritas yang diartikan secara keliru. Tawar hati ketika dijabarkan sesuai versi Inggrisnya menjadi kehilangan kepercayaan diri, murung, pahit, rendah diri, patah semangat bahkan frustasi. Berawal dari berbagai perasaan negatif ini mereka bisa timbul menjadi pribadi-pribadi yang bermasalah. Tentu tidak ada satupun orang tua yang ingin hal ini terjadi bukan? Oleh karena itu, kita sebagai para ayah baik yang sudah memiliki anak atau yang kelak menjadi ayah harus memperhatikan hal ini.

Anak-anak butuh dikenalkan kepada firman Tuhan sejak dini. Hanya menyerahkan kepada para guru sekolah minggu atau pendidikan formal tidaklah cukup, sebab firman Tuhan secara jelas menyatakan sebagai orang tua “haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ulangan 6:7). Lebih daripada itu orang tua pun harus pula menjadi teladan terhadap ketaatan akan firman Tuhan yang kita ajarkan. (ay 9-10). Anak-anak akan selalu mencontoh bagaimana sikap orang tuanya, oleh karena itulah kita juga harus benar-benar memperhatikan cara hidup kita disamping mengajarkannya berulang-ulang kepada mereka.

 

Disadur Dari Renungan OnLine

 

 

AYAH PEMARAH (1)

Ayat bacaan: Efesus 6:4
=================
“Fathers, do not irritate and provoke your children to anger [do not exasperate them to resentment], but rear them [tenderly] in the training and discipline and the counsel and admonition of the Lord.”

Saya masih ingin mendasarkan renungan hari ini pada film “The Angriest Man in Brooklyn”. Kali ini saya akan lebih fokus kepada salah satu hubungan yang ingin diperbaiki oleh sang tokoh utama, yaitu antara dia dan anaknya. Ia sempat marah besar terhadap sang anak karena menolak untuk melanjutkan firma milik ayahnya dan lebih memilih untuk menekuni karir sebagai penari profesional. Si ayah memaksakan kehendaknya dan mengamuk habis-habisan. Ia kemudian mengusir anaknya dan membuang semua kartu nama yang sudah ia bikin ke jalan dari jendela atas. Ketika ia menyadari bahwa umurnya tinggal sebentar lagi, ia pun berusaha keras untuk memperbaiki hubungan. Sebuah adegan pemulihan yang digambarkan lewat adegan ayah yang berdansa dengan anaknya sangat mengharukan. Si anak memaafkan anaknya dan kembali merajut hubungan yang erat seperti saat ia masih kecil dengan ayahnya dan berada di sisi sang ayah hingga ajal menjemput.

Ada banyak hubungan antara ayah dan anak yang rusak di dalam keluarga. Ada yang beruntung masih sempat dipulihkan seperti kisah film tadi, tapi tidak sedikit pula yang terlambat atau sama sekali tidak pernah pulih. Benar, ada kalanya anak-anak bersikap buruk, bandel dan melawan sehingga hukuman memang kerap harus diberikan. Tetapi seringkali seorang ayah menjalani otoritasnya terlalu berlebihan. Para ayah ini bersikap terlalu keras dan kasar terhadap anaknya. Dengan alasan agar anak tidak menjadi besar kepala, mereka tidak mau memuji setiap perbuatan atau pencapaian baik dari si anak, tetapi akan marah habis-habisan kalau anaknya gagal menampilkan performa terbaik mereka. Gampang protes, mudah marah, tapi sulit memuji. Dan itu seringkali melukai hubungan antara ayah dan anak yang seharusnya bisa membuat si anak tumbuh menjadi lebih bijaksana dan tidak mengalami kerusakan gambar diri.

Seorang pendeta bercerita dalam konseling-konseling yang ia lakukan ia menemukan sebuah kesimpulan bahwa rata-rata dari mereka yang bermasalah ternyata berawal dari kehilangan figur ayah dalam hidup mereka. Itulah akar permasalahan yang paling sering ia temukan. Akarnya satu, yaitu kehilangan figur ayah, namun outputnya bisa timbul dalam bentuk masalah yang berbeda-beda. Ada yang bermasalah dengan kepribadian seperti menjadi tertutup, suka menyendiri atau menjadi orang yang selalu haus perhatian, mencari kebahagiaan lewat obat-obatan terlarang, terlibat pergaulan yang salah bahkan ada pula yang terjebak dalam seks bebas karena mereka selalu haus akan kasih sayang. Ada yang kemudian menjadi orang yang bersifat kejam dan banyak lagi bentuk-bentuk deviasi atau penyimpangan yang kemudian terbentuk pada diri seseorang bermula dari ketidakadaan figur seorang ayah dalam masa lalu mereka.

Banyak ayah yang dengan mudah menyerahkan tanggung jawab mengurus anak kepada ibu. Mereka mengira bahwa sebagai kepala rumah tangga tanggung jawab mereka hanya satu, yaitu cari uang. Mereka lupa peran sebagai suami dan ayah di rumah. Mengapa tidak, saya kan bekerja dari pagi sampai malam, sementara istri hanya diam di rumah? Wajar dong kalau saya tidak lagi punya waktu dan berminat untuk mengurusi perihal anak. Itu alasan yang sudah sangat umum dikemukakan oleh banyak ayah. Yang lebih memprihatinkan, ada banyak pula diantara para ibu yang juga melemparkan tanggung jawab ini kepada orang lain, baby sitter atau pembantu misalnya, karena mereka tidak mau repot. Jika hilang figur ayah saja sudah berat, apalagi hilang dua-duanya. Hal seperti ini jelas akan mengganggu pertumbuhan kepribadian mereka yang dapat berakibat fatal bagi masa depan anak-anak.

Mari kita kembali fokus kepada figur ayah, Alkitab berulang kali menyatakan betapa pentingnya bagi seorang ayah untuk berperan aktif secara langsung dalam pertumbuhan anaknya sejak kecil hingga beranjak dewasa. Meski peran ibu teramat sangat penting, figur ayah pun tidaklah kalah pentingnya. Anda bisa lihat bagaimana perilaku banyak anak yang tumbuh dibesarkan hanya oleh ibu tanpa ada figur ayah. Bagaimana jika kita sebagai ayah sudah terlalu capai bekerja? Itu tidak cukup sebagai alasan, karena biar bagaimanapun kita masih harus bertanggung jawab terhadap masa depan anak-anak yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Bayangkan jika kita menjadi ayah-ayah yang kaku, kasar, tidak mau tahu terhadap mereka, terlalu keras bahkan ringan tangan, apa akibatnya nanti masa depan mereka?

(bersambung)

 

Disadur Dari Renungan Harian OnLine

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ibadah dalam bentuk PA-Rabu 24 Juni 2015

???????????????????????????????

Pimpin diskusi & Nara sumber : Ev.Immanuel Meok,M.Div (Perkantas)

Ayat diskusi :

  1. Kisah Para Rasul 18 : 1-5
  2. 2 Korintus 11 : 7-9
  3. 1 Korintus 9 : 14-15
  4. 1 Korintus 4 : 11-12
  5. Kisah Para Rasul 20 : 31-35
  6. 1 Tesalonika 2 : 9
  7. 2 Tesalonika 3 : 6-10

Pertanyaan & Jawaban (Q & A) :

  1. Q: Menurut anda,apa yang dimaksud dengan pelayanan pemberitaan injil ? A : Pelayanan pemberitaan injil adalah pekerjaan untuk memberitakan/bersaksi tentang Yesus sebagai Juruselamat,Anak Allah yang hidup untuk menebus dosa-dosa manusia.
  2. Q : Apa yang menyebabkan orang ingin terlibat dalam pelayanan (gerejawi) ? (Sebutkan 3-5 kemungkinan motivasi yang salah dan benar). A : Motivasi yang salah : Mencari ketenaran diri sendiri,sebagai pelarian karena berbagai-bagai hal duniawi,mencari keuntungan material,dll.Motivasi yang benar : Untuk kemuliaan nama Tuhan,sebagai wujud ucapan syukur,sebagai wujud kasi kepada Tuhan dan sesama.
  3. Q : Apa yang dilakukan rasul Paulus dalam mendukung pelayanannya? A : Bekerja keras dan tekun sebagai pembuat dan penjual kemah (tenda) kulit.
  4. Q : Bagaimana sikap Paulus dalam mengerjakan pekerjaan tangannya itu ? A : Ia bekerja keras & berat siang malam.
  5. Q : Apa yang menjadi alasan rasul Paulus untuk bekerja keras dengan tangannya,ketika dia sedang melakukan pemberitaan injil ? A : Untuk memberikan teladan bagi semua orang,membantu rekan-rekan seperjalanan dan agar tidak menjadi beban bagi orang lain.
  6. Q : Apakah ada tanda-tanda bahwa rasul Paulus menggantungkan segala keperluan hidupnya dari jemaat ? A : Tidak ada,karena ia tidak mau menjadi beban bagi siapapun (kecuali pada saat ia menerima bantuan untuk pelayanan dari jemaat di Makedonia).
  7. Q : Apa pandangan rasul Paulus mengenai hak-hak seorang pemberita injil ? A : Bahwa seorang pemberita injil berhak hidup dari injil itu sendiri (dalam hal menerima upah,walaupun ia sendiri tidak mengambil haknya ; karena baginya lebih baik memberi daripada menerima).
  8. Q : Menurut Anda,apa perlu orang-orang yang terlibat dalam pelayanan pemberitaan injil ditunjang hidupnya secara finansial ? Mengapa ya ? Mengapa tidak ?A : Ya,perlu.Agar supaya dalam pekerjaannya untuk pelayanan pemberitaan injil dapat dilakukan secara maksimal.
  9. Q : Apakah anda sebagai pelayan/aktivis gereja juga berhak mendapatkan upah dalam pelayanan ? Mengapa ya?Mengapa tidak ? A : Seorang pelayan atau aktivis gereja berhak untuk mendapatkan upah atas pekerjaan pelayanannya jika ia memang sepenuhnya bekerja untuk pelayanan itu sendiri sesuai dengan haknya.Tetapi jika memang ia sudah tercukupi untuk kebutuhan hidupnya (dan keluarganya)sehari-hari,dan bila ia ingin memberikan kembali hak atas upahnya untuk pelayanan gereja lainnya,maka itu lebih baik (kembali lagipada ayat tersebut).
  10. Q : Sebutkan minimal 3 teladan yang dapat anda ikuti dari sikap Paulus dalam pelayanan ! A : Teladan Paulus : rendah hati,gigih,berani,tidak putus asa,bekerja keras dan bertanggungjawab bukan hanya pada diri sendiri tetapi juga pada rekan-rekan sepelayanan,dan Paulus selalu bersungguh-sungguh dalam pelayanan pemberitaan injil.
  11. Q : Tindakan konkrit apa yang dapat anda lakukan berkaitan dengan mendukung pengembangan pemberitaan injil ? A : Tindakan konkrit yang dapat dilakukan adalah memberikan semua sumber daya yang kita punya untuk pengembangan pemberitaan injil.Sumber daya tersebut adalah sumber daya material (misalnya uang persembahan) dan non material,yaitu diri,waktu dan tenaga kita untuk dipakai sebagai kesaksian yang hidup.

Amin.

 MC : Sdri.Pricilla Daud / Multimedia : Sdri.Laura Guinta / Pemusik : Kak Edwin / Singer : Ibu Thres Adrianto / Kehadiran : L/P : 13/27 orang/Tempat : Lt.2 gedung GMIT Agape / Waktu : 18.00-20.00 wita

 

 

 

???????????????????????????????

Tema : Bertahan Dalam Pencobaan

Pembicara : Ibu Linda Kisek

Bacaan : Yakobus 1 : 12-18

Nats Renungan : Yakobus 1 : 12

Kesuksesan seseorang selalu diawali dengan berbagai kesulitan dan pencobaan.Bagaimana sikap kita sebagai orang percaya dalam menghadapi pecobaan?Biasanya ada dua sikap yang menunjukkan siapa diri kia yang sesungguhnya,yaitu :

1.Semakin dekat dengan Tuhan dalam menghadapi pencobaan

2.Semakin jauh dari Tuhan

Yakobus berkata bahwa kita harus bertahan dalam menghadapi pencobaan,yaitu tidak mundur sampai titik darah penghabisan,tetap pada posisi kita,menahan diri dari berbagai cobaan,tidak menyerah,bertahan sesuai waktu yang ditetapkan Tuhan.

Kita dapat bertahan dalam pencobaan dengan cara beriman (bergantung pada Allah yang berkuasa atas pencobaan→Efesus 6 : 16).Bertahan berarti tetap berada pada jalan kebenaran dan bukan dengan jalan pintas.Orang yang bisa bertahan adalah orang yang sungguh-sungguh percaya pada Tuhan.Amin.

MC : Aci Wanny/Kehadiran : 32 orang

IMG_2782

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BERSERAH KEPADA ALLAH

Kalimat ini sangat sering kita dengar diucapkan orang-orang beriman dalam percakapan mereka sehari-hari, baik di gereja maupun di luar gereja, di pasar- pasar, di mal-mal, di jalan atau di tempat-tempat lain. Kadang orang mengucapkan perkataan ini tidak memahami maknanya secara jelas, karena “berserah” sering rancu dengan “pasrah”. Padahal bila kita mau menyelidiki maknanya akan kita temukan perbedaan yang cukup jauh, sehingga dalam memahami kalimat “Berserah kepada Allah” mempunyai pengertian yang tepat dan jelas sesuai dengan yang dimaksud dengan pengajaran Tuhan Yesus.

Berserah adalah kata kerja aktif yang bermakna menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah karena percaya, bahwa Allah akan memeliharanya dan memberikan yang terbaik kepadanya. Sedangkan Pasrah adalah kata kerja pasif yang bermakna menyerahkan segalanya kepada Allah karena ia sudah tidak berdaya lagi, atau telah menyerah kalah, tidak dapat melawan lagi. Didalam kerohanian jelas sekali perbedaannya, berserah adalah tindakan iman yang mempersilahkan Tuhan untuk campur tangan dalam hidupnya, sedangkan pasrah adalah ungkapan yang mencerminkan keputus-asaan, bukan karena iman.

Pengajaran Tuhan Yesus mengenai “Berserah“ dapat kita ketemukan dalam Injil, yang pada dasarnya dapat kita bedakan menjadi dua prinsip, yaitu:

Prinsip pertama adalah Hidup Menurut Roh.

Mat.11:28-30 Marilah kepadaku , semua yang letih dan lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikulah kuk yang kupasang dan belajarlah pada Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.

Ini adalah perkataan Tuhan Yesus yang dengan terbuka mengajak kita untuk datang dan menyerahkan hidup kita kepadanya, dengan janji akan diberikan kelegaan dan ketenangan hidup. Tetapi yang datang kepadaNya akan diberi beban atau kuk, yaitu pelajaran untuk memikul salib atau pelajaran untuk mengendalikan diri sehingga dapat hidup menurut Roh. Adalah suatu beban yang tidak berat bila kita mau datang dengan sukarela dan percaya kepadaNya. Jiwa kita akan menjadi tenang, karena semua persoalan hidup sudah dipercayakan kepada Tuhan dan  percaya bahwa Tuhan akan mengatur segalanya.. Maka tidak ada lagi perasaan kuatir dalam hati dan tidak ada ambisi untuk melakukan segala sesuatu yang diluar kemampuan diri sendiri. Sehingga mampu hidup dengan mengikuti aliran nasib yang telah ditentukan Tuhan. Dalam hal ini bukan berarti bisa bermalas-malasan dan hanya menerima nasib saja, melainkan sebaliknya harus aktif dan rajin bekerja serta mengusahakan pekerjaan itu sebaik-baiknya dan memandang pekerjaan yang kita lakukan itu sebagai suatu persembahan yang memuliakan nama Tuhan Yesus.

Jiwa yang tenang adalah hati yang dipenuhi sukacita damai sejahtera, yang berarti pula telah menemukan harta yang terpendam dan mutiara yang berharga di dalam perumpamaan Tuhan Yesus (Mat.13:44-46), atau menemukan kebenaran Kerajaan Allah (Mat.6:33).

Prinsip ke dua adalah Hidup Sehari Saja.

Mat.6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.

Dengan perkataan ini Tuhan Yesus mengajarkan agar tidak berpikir melantur tentang segala sesuatu yang belum diketahui. Bilamana menemukan suatu masalah atau kesulitan haruslah berpikir cukup pada masalah itu saja dan mencari penyelesaiannya, tidak perlu memperpanjang dengan pengandaian-pengadaian menurut imajinasi sendiri, karena bagaimana yang akan terjadi besok kita tidak tahu dan tidak mempunyai kuasa untuk mengaturnya. Setelah mendapatkan penyelesaian yang terbaik maka harus dilaksanakan dengan maksimal, kemudian menunggu hasilnya dan besok harinya baru dipikirkan lagi bila memang masalahnya belum selesai.

Banyak orang yang tertipu oleh pikirannya sendiri dan seringkali memperumit suatu masalah, sehingga mengorbankan banyak waktu, biaya dan pikiran yang tidak perlu. Dengan hidup sehari demi sehari maka suatu perkara yang sangat besar akan dapat terselesaikan, prinsip seperti ini  yang digunakan oleh orang lemah yang berusaha memindahkan barang yang sangat berat, yaitu dengan cara memindahkan barang itu sebagian demi sebagian, sehingga dengan ketekunannya barang dapat dipindahkan tanpa kesulitan yang berarti. Demikian pula halnya dengan persoalan hidup, orang yang bersangkutan akan melihat betapa berat persoalan hidup yang dihadapinya, tetapi bila ia mau mengerjakannya dengan prinsip ini maka pada waktunya nanti persoalan itu dapat terselesaikan dengan baik.
Banyak orang beriman mengucapkan “Berserah kepada Allah” namun mereka tidak melakukan dua prinsip diatas, sehingga semakin hari menjadi semakin jauh dari Tuhan dan tidak jarang pula yang jatuh ke dalam jerat setan. Mereka meninggalkan Tuhan, bersekutu dengan setan, bahkan ada yang putus-asa dan bertindak nekat membunuh dirinya sendiri. Berserah kepada Tuhan bukanlah sekedar teori atau olah pikir tetapi harus melalui pergumulan iman di dalam praktek kehidupan, dimana seorang beriman setelah mengalami pergumulan itu akan mengerti, memahami dan menghayati apakah makna dari berserah yang sesungguhnya. Jadi untuk mendapatkan pengertian “berserah” yang dimaksud Tuhan, orang beriman harus mengalami dan merasakan dahulu di dalam hidupnya. Adalah sangat mudah untuk mengucapkan kalimat itu, tapi mengucapkannya dengan  mengerti makna yang benar membutuhkan banyak pengorbanan, baik uang, waktu dan perasaan .

Orang beriman yang demikian adalah juga orang telah menemukan kebenaran Kerajaan Allah, maka ia akan selalu dipenuhi dengan sukacita damai sejahtera dalam hatinya, dimanapun ia berada dan pada situasi apa saja .

Disadur dari Renungan Sharing Iman Kristen

ONTA DAN LOBANG JARUM

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.  Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Mat.19:23-24)

Bila kita mendengar atau membaca pernyataan Tuhan Yesus di atas maka yang terbayang adalah bahwa yang bisa masuk ke dalam Kerajaan Sorga adalah hanya orang-orang miskin saja, sedang orang kaya tempatnya adalah di neraka. Sebenarnya maksud perkataan Tuhan itu tidak demikian, karena semua orang mempunyai hak yang sama untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Yang dimaksudkan dengan perkataan di atas adalah bahwa orang yang berpikiran duniawi akan sangat sulit masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Apakah berarti mereka (yaitu orang yang kaya) tidak dapat memasukinya ? tentunya tidak demikian, karena bagi orang kaya yang berpikiran duniawi memang sangat sulit, tapi bila mereka mau berusaha untuk berubah dan bertobat tentu saja mereka dapat memasukinya walau dengan susah payah. Keadaan ini digambarkan oleh Tuhan Yesus dengan  seekor onta dan lobang jarum. Bagi pendengar pada waktu Tuhan Yesus hidup dan pembaca Injil pada abad pertama yang hidup di Timur-Tengah ungkapan Tuhan itu tentu dapat dimengerti dengan jelas. Tapi bagi pembaca Injil pada masa sekarang dan yang berasal diluar Timur-Tengah menjadi suatu ungkapan yang sulit dimengerti. Karena bagaimana mungkin seekor onta yang mempunyai ukuran lebih besar dari kuda dapat masuk melalui lobang jarum yang semut saja tidak bisa melewatinya. Adanya pikiran seperti itulah yang kemudian menjadikan perkataan Tuhan Yesus tidak mudah dipahami orang Kristen pada masa sekarang.

Istilah ‘lobang jarum’ adalah pintu kecil yang terdapat pada pintu gerbang kota Kerajaan pada masa itu. Dan pintu gerbang kota bila malam hari ditutup rapat untuk menahan dan menghambat pasukan musuh yang hendak menyerang kota. Bagi orang luar yang hendak memasuki kota atau orang yang hendak keluar kota pada malam hari, mereka harus melewati pintu kecil yang dijaga prajurit bersenjata dan diperiksa dengan ketat. Pada masa kini pintu kecil seperti itu sering dijumpai pada pintu-pintu gerbang rumah atau bangunan yang besar. Dimana pintu kecil dibuat pada satu bagian dari pintu gerbang yang besar itu, agar bila ada orang yang akan masuk atau keluar rumah tidak perlu membuka pintu gerbang. Pintu kecil seperti ini yang dimaksudkan Tuhan Yesus dengan ‘Lobang jarum’.

Jadi sebenarnya bukanlah hal yang mustahil bagi seekor onta untuk memasuki pintu yang demikian, karena seekor onta mempunyai kemampuan untuk merunduk, yaitu merendahkan tubuhnya dengan menekuk kaki depannya dan memasuki pintu kecil itu.  Demikian pula dengan seorang yang kaya,  bukanlah hal yang mustahil baginya untuk memasuki Kerajaan Sorga bila ia dapat meniru perbuatan onta yang menekukan kakinya itu. Ia juga harus mau merendahkan dirinya dihadapan Tuhan, mau bertobat dan tidak mengandalkan pada kekuatannya sendiri. Karena banyak orang yang berpikiran duniawi beranggapan bahwa mereka dapat melakukan segalanya dengan uang/ kekayaan yang mereka miliki; beranggapan segalanya dapat dibeli dengan uang, beranggapan segala masalah dapat diselesaikan dengan uang, beranggapan kebenaran dapat dibeli dengan uang, beranggapan kehormatan dapat dibeli dengan uang, bahkan beranggapan orang pun bisa dibelinya dengan uang.

Tuhan Yesus menyatakan bahwa ‘orang kaya sangat sulit masuk  kedalam Kerajaan Sorga’ bukan berarti bahwa orang miskin mudah masuk Kerajaan Sorga.  Orang kaya dan orang miskin  keduanya dapat masuk Kerajaan Sorga bila mereka dapat melakukan  kehendak Tuhan, yaitu mau bertobat dan hidup menurut tuntunan Roh. Karena masing-masing mempunyai keberatannya sendiri, baik yang kaya maupun yang miskin mempunyai kekuatirannya sendiri. Yang kaya kuatir hartanya berkurang, sedangkan yang miskin kuatir akan hidupnya. Jadi baik orang yang kaya maupun orang yang miskin sama sulitnya untuk masuk Kerajaan Allah bila mereka masih berpikiran duniawi.

Disadur dari Renungan Sharing Iman Kristen

Manusia Baru Yang Berbuah

Galatia 5 : 22-23 Tetapi buah Roh ialah : kasih,sukacita,damai sejahtera,kesabaran,kelemahlembutan,penguasaan diri.Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Syalom Sahabat Agape

Puji Tuhan kita sudah memasuki hari yang baru di bulan Juli tahun 2015 ini.Sudah begitu banyak hal-hal yang kita lalui di bulan yang lalu.Ada suka,ada duka,ada tawa dan airmata,ada sukses dan ada kegagalan.Semua nya menjadi bagian dari hidup kita.Tetapi ada  satu hal yang selalu kita alami dan rasakan,tetapi tidak boleh menjadi bagian dari diri dan hidup kita,yaitu akar kepahitan.Akar kepahitan ini adalah hal-hal yang tidak menyenangkan ,yang kita alami dalam hidup kita dan membuat kita sakit hati,malu,rendah diri dan sebagainya.Akibatnya hal-hal tersebut bertumbuh dan membuat kita tidak bisa melangkah menjadi pribadi yang baik karena apa yang kita rasakan selalu hal-hal yang tidak enak saja.

Tentu kita tidak mau merasakan hal-hal yang seperti ini kan ? Lalu kenapa masih juga menyimpan hal-hal tersebut dalam hati kita ? Kita pasti ingin hidup bahagia,bisa melakukan banyak hal dengan gembira dan bersemangat,bukan sebaliknya.Kalau memang demikian,buanglah semua hal-hal yang tidak enak tersebut.Jika Tuhan saja memberikan kemampuan kepada binatang tertentu untuk berganti kulit,menanggalkan kulit lamanya,dan melanjutkan hidup dengan kulit yang baru,maka adalah lebih besar lagi Ia yang menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya,memberikan kita kemampuan untuk dapat menanggalkan “manusia lama” kita beserta segala kepahitan didalamnya,agar kita menjadi manusia baru yang menghasilkan banyak buah.Serahkanlah hidup dan permasalahan kita kemarin,hari ini dan esok ke dalam tangan Tuhan Yesus.Maka percayalah,segala sesuatu yang tidak mengenakkan dalam hidup kita,akan dipulihkan-Nya.Amin.

Oleh Admin Sekretariat

Patah Hati ??

Mazmur 147 : 3 Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;

Syalom Sahabat Agape…

Suatu saat saya menyaksikan sebuah film yang mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis yang mengalami gangguan kejiwaan akibat putus cinta.Ia menjadi gila karena ditinggalkan oleh kekasihnya setelah banyak hal yang dilalui bersama,dan banyak pengorbanan yang dilakukan gadis tersebut untuk kekasihnya itu.

Sahabat Agape,apa yang di alami oleh gadis dalam cerita diatas,juga tentu pernah dialami dan dirasakan oleh muda-mudi yang sedang dalam tahap pacaran.Putus sambung adalah hal yang biasa dalam hubungan pacaran.Suka dan duka serta banyaknya pengorbanan yang dirasa sudah dilakukan oleh tiap orang yang sedang jatuh cinta untuk pasangannya,bukan lagi menjadi hal yang baru.Tetapi jika kita menjadi depresi,dan kemudian gila karena putus cinta,apakah hal ini menjadi sepadan?

Tuhan Yesus juga tentunya tidak menginginkan bila anak-anak Nya sampai mengalami hal yang demikian.Ia memberikan rasa cinta kepada kita agar kita mampu mencintai dan mengasihi sesuai teladan-Nya.Kita dapat belajar dari teladan Yesus,antara lain sabar menghadapi oran-orang yang tidak dapat menerima Dia,mengampuni,berkorban bukan untuk mendapatkan balasan yang sama tetapi karena kasih,dan masih banyak lagi.

Sahabat Agape,jika saat ini ada diantara kita yang sedang mengalami putus cinta,merasa orangtua pilih kasih,teman mulai menjauh,difitnah rekan kerja yang kita percayai,yakinlah bahwa Yesus adalah satu-satunya Sahabat yang tidak akan pernah meninggalkan kita untuk jatuh.Ia selalu ada untuk kita,Ia tidak akan membiarkan kita hilang arah,namun tangan-Nya akan selalu menuntun kita untuk mengasihi tanpa syarat dan berjalan dalam kebenaran.Amin.

Oleh Admin Sekretariat

Pengendalian Diri

Mazmur 25 : 8-12

TUHAN itu baik dan benar;  sebab itu Ia menunjukkan  jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran  bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya  dan peringatan-peringatan-Nya.Oleh karena nama-Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu.Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan  yang harus dipilihnya.

Syalom Sahabat Agape..

Bagi sebagian orang yang sudah cukup umur untuk mengantongi surat ijin mengemudi,tentunya masih bisa mengingat dengan baik saat pertama kali belajar mengendarai kendaraan,baik mobil,motor,dan sebagainya.Tentu kita seringkali mengalami kesulitan untuk mengendalikan kendaraan tersebut baik pada saat latihan mengemudi,maupun saat mengendarai nya di jalan yang ramai dan padat lalu lintas untuk beberapa saat pertama.Tidak sedikit yang pernah mengalami kecelakaan baik ringan mau pun berat karena tidak dapat mengendalikan laju kendaraan nya,atau bahkan tidak menaati rambu-rambu lalu lintas.Kecelakaan yang terjadi pun tidak hanya berakibat fatal bagi diri dan keluarga,mau pun pengguna jalan lainnya.

Sahabat Agape,kehidupan orang Kristen juga dapat digambarkan seperti cerita diatas.Kita semua adalah “pengendara-pengendara” yang berada dijalan menuju ke rumah Bapa di Sorga.Kita belajar tentang kehendak Allah,apa yang di kenan-Nya dan apa yang tidak.Dan perjalanan kita dituntun dengan “rambu-rambu” firman-Nya,agar kita lebih waspada dan tahu bahaya apa yang ada di depan kita.Ia ingin agar kita anak-anak Nya selamat sampai ditujuan,yaitu rumah yang kekal,yang sudah disediakan-Nya bagi kita semua.Yang perlu kita lakukan hanyalah belajar untuk mengendalikan diri kita,yaitu kemarahan,keegoisan,iri hati,dendam,dan semua hal-hal buruk yang ada didalam diri kita.Perhatikan selalu firman Tuhan agar kita mampu melakukan apa yang dikenan Allah dalam hidup kita.Amin.

 

Oleh Admin Sekretariat

 

    Newer Entries »