header image
 

All posts in July 27th, 2015

BERGUMUL DENGAN DOSA

Roma 7:15 – 24

Siapakah yang tidak bergumul dengan dosa? Semua orang pasti bergumul dengan dosa. Sejak dosa masuk melalui satu orang (Adam) dan masuk ke dalam dunia (Roma 5:12), maka manusia harus berada di dalam problematik kehidupan yang serius mengenai pergumulan daging atau Rohani (Galatia 5:16 – 26). Selama orang percaya berada di dalam dunia dan dunia belum mencapai kesudahannya, maka dia akan terus bergumul dengan dosa.

Hal ini juga dialami oleh seorang Rasul besar seperti Paulus. Di dalam surat Roma 7:15 – 24 ini, ia menulis secara jelas bahwa hal bergumul dengan dosa juga ia alami. Setidaknya berulangkali ia mengaku bahwa bukan hal yang baik yang ia kehendaki yang ia perbuat, melainkan yang jahat yang tidak dikehendaki yang diperbuat. Ini menunjukan suatu pergumulan di dalam dirinya melawan kuasa dosa itu sendiri.

Pergumulan dengan dosa bukanlah sebuah pergumulan biasa. Ini adalah sebuah pertempuran. Alkitab seringkali menyebutnya sebagai Peperangan Rohani (Spiritual Warfare). Billy Graham menyebutnya sebagai Harmagedon-harmagedon dalam hidup. Entah apapun istilahnya, tapi makna tersirat yang pasti mengenai pergumulan dengan dosa adalah sebuah masalah yang serius. Hal ini serius oleh karena pada dasarnya dosa hanya mengakibatkan kematian. Bagaikan seekor burung yang mau terbang tinggi, tetapi kakinya terikat oleh tali, maka sekuat apapun ia mencoba terbang, ia tidak akan bisa terbang tinggi. Dan lama kelamaan burung itu lelah dan berakhir pada kematian.

Maka, pertanyaan yang penting untuk dipertanyakan bukanlah mengenai “Mengapa saya harus bergumul dengan dosa”, akan tetapi mengenai, “Bagaimana saya dapat mengalahkan pergumulan dosa itu?” dua sikap penting yang harus dilakukan oleh orang percaya dalam melawan dosa adalah, 1) Butuh Yesus; dan 2) Hidup berjaga-jaga. 1) Butuh akan Yesus adalah mengenai suatu kesadaran bahwa kita tidak lagi mampu berbuat benar karena dosa dan hanya Kristus yang mampu menyelamatkan kita dari hal ini. Dan selanjutnya bertanya pada diri sendiri bahwa apakah dalam hidup ini saya sudah serius mengikuti Kristus atau tidak? Dan, 2) hidup berjaga-jaga adalah hidup dengan kesadaran penuh tentang membedakan mana hal yang memuliakan Kristus dan mana hal yang tidak memuliakan Dia. Kita harus selalu waspada bahwa Iblis bagaikan singa yang berjalan berkeliling mengamati siapa lawannya yang tidak berjaga-jaga dan dapat diterkam olehnya (I Pet 5:8). (Josua J. Sengge)

Syalom Sahabat Agape..Puji Tuhan kita sudah selesai melaksanakan salah satu kegiatan dalam rangka memperingati HUT GMIT Agape ke-46,yaitu games berhadiah yang berlangsung pada hari Minggu,26 Juli 2015 jam 16.00-18.00 wita bertempat di lapangan basket gereja Agape.Peserta games berasal  dari jemaat Agape sendiri.Bersyukur untuk sukacita yang Tuhan tambahkan dalam kehidupan pelayanan dan berjemaat.Kiranya kegiatan-kegiatan lainnya dalam rangka memperingati HUT GMIT Agape yang ke-46 ini,bisa dilaksanakan dengan baik sesuai jadwal yang direncanakan.Tuhan memberkati…

 

Games Berhadiah :

1.Pesan Berantai (tebak tokoh) ; tiap kelompok dari tiap komisi yang terdiri dari 10 0rang peserta.Pemenang dari Komisi Wanita.

2.Lomba balap karung pria dan wanita.Pemenang kategori  pria : sdra.Ricky,sdra.Necky Guinta & sdra.Jimmy.Sedangkan pemenang kategori wanita adalah : sdri.Atri,sdri.Imel dan Aci Wanny.

3.Lomba Tarik Tambang ; Pemenang kategori wanita dari kelompok 1 & 4,sedangkan pemenang kategori pria dari kelompok 1 & 3.

Penyerahan hadiah berupa uang tunai kepada para pemenang tunggal (balap karung),dan kelompok (perwakilan dari masing-masing kelompok) :

CINTA BERKAT ATAU SUMBER BERKAT

Yakobus 4:4 “hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.”

Pertanyaan, “cintai berkat atau sumber berkat?” pertanyaan yang mudah bagi seorang Kristen untuk menjawabnya. Tentu jawabannya adalah mencintai sang “sumber berkat”, namun apakah di dalam praktek kehidupan, hal ini telah demikian terlaksana?

Kenyataannya, banyak didapati tidak demikian. Terlalu mudah mengatakan “Tuhan itu baik” ketika berkat-berkat Tuhan melimpah di dalam kehidupan seorang Kristen, tetapi tidak mudah mengatakan pernyataan di atas ketika masalah krisis ekonomi, hutang yang semakin banyak dan sebagainya mulai terjadi dalam kehidupan. Seorang Kristen kecenderungannya akan memaki-maki Tuhan, mengatakan “Tuhan jahat” dan tak jarang juga seseorang meninggalkan imannya daripada Tuhan. Hal ini terjadi sebagai bukti banyak orang Kristen lebih mencintai berkat Tuhan daripada Tuhan sang sumber berkat itu sendiri. Istilah kiasannya adalah memperlakukan Tuhan seakan “ada uang abang(Tuhan) disayang, tak ada uang abang(Tuhan) ditendang”.

Banyak juga orang Kristen yang salah memahami cinta akan Tuhan. Mereka tidak mecintai Tuhan dengan prinsip “apa adanya”, sebaliknya cinta mereka berdasarkan pada alas an “ada apanya?.” Banyak orang memilih percaya kepada Kristus karena menginginkan surga. Alasannya memilih Yesus bukan karena kesadaran bahwa dirinya adalah manusia berdosa dan membutuhkan sang juruselamat. Tanpa sadar, cintanya akan surga lebih besar daripada cintanya kepada Tuhan. Pertanyaannya adalah bagaimanakah jika surga dan neraka ternyata tidak ada, masihkah kita memilih dan mengasihi Tuhan? Orang Kristen yang berpikir seperti ini sebenarnya telah menghidupi iman yang lebih mencintai berkat daripada mencintai sang sumber berkat.

Pertanyaannya adalah, “mengapa seorang Kristen dapat lebih mencintai berkat dan bukan sang sumber berkat?” jawabannya adalah karena hilangnya kesadaran diri dalam menempatkan siapa dirinya dan siapa Tuhan di dalam kehidupannya. Singkatnya adalah “lupa diri”. Lupa diri membuat seseorang lupa bahwa sebenarnya kehidupannya yang baik adalah karena berkat daripada Tuhan dan dirinya tidak akan mengalami kehidupan yang baik jikalau bukan Tuhan yang memberikannya.

Lirik lagu ciptaan Jonathan Prawira yaitu “hati sebagai hamba” adalah pujian yang memberikan kesadaran kepada manusia untuk menyadari hal diatas. “ku tak membawa, apapun juga, saat ku datang ke dunia, ku tinggal semua, pada akhirnya, saat ku kembali ke surga.” Memberikan suatu makna bahwa manusia tidak lebih dari makhluk miskin yang datang dengan tangan kosong dan akan kembali pada akhir hidupnya juga dengan tangan kosong. Untungnya manusia adalah makhluk yang memiliki Tuan yang baik yang memberinya kehidupan sejahtera.

Seharusnya Firman Tuhan di dalam Matius 6:33, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranya, …” adalah Firman Tuhan yang berbunyi kuat ditelinga orang Kristen di dalam pencaharian hidupnya. Oleh sebab pencaharian harta disurga bersifat fana dan pengumpulan harta disurga lebih penting dan kekal maknanya (Matius 6:19-20).

Seorang Kristen selakunya harus memiliki hidup dengan prinsip “tangan terbuka”. Prinsip “tangan terbuka” memberikan beberapa indikasi penting, yaitu: 1) bergantung kepada Tuhan; 2) Terbuka untuk memberi, karena alasan berkat Tuhan tercurah juga adalah demi membantu sesama yang kesusahan; 3) siap melepas berkat Tuhan itu ketika dikehendaki Tuhan untuk diambil kembali olehNya. Berbeda kisahnya dengan orang yang hidup dengan prinsip “tangan tertutup”. Orang Kristen yang hidup dengan prinsip tangan tertutup adalah orang yang tidak membutuhkan pertolongan Tuhan, tidak terbuka membagi berkatnya pada orang lain, lantas juga tangan tertutup akan kesulitan untuk menerima berkat daripada Tuhan dan seorang yang akan sulit memberikan kembali berkat yang ia terima dari Tuhan ketika hal itu harus diambil daripadanya. Prinsip “Tangan Terbuka” dan “Tangan Tertutup” adalah dua perbedaan orang yang mencintai sumber berkat dan mencintai berkat. (Josua J. Sengge,mahasiswa semester 7 STT Amanat Agung Jakarta)