header image
 

All posts in July 23rd, 2015

Kesombongan Rohani

Pengkhotbah 7 : 1-22

Pembicara Sdra.Timotius Haryono

???????????????????????????????

Sombong adalah merasa bangga pada dirinya,merasa lebih besar dari orang lain,dan yang paling parah adalah sombong pada pencipta dengan menolak kebenaran dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan.Dalam kitab ini,kita dapat melihat bahwa hikmat diperoleh melalui kedukaan (ay 2 & 4 ).Rumah duka memberi gambaran hidup dan refleksi agar kita dapat memikirkan kembali apa arti hidup kita ini.Kita diajarkan untuk tidak sombong dan hidup takut akan Tuhan,karena semua da kesudahannya.

Tuhan menjadikan hari baik dan buruk,agar manusia tidak mengandalkan diri sendiri,tetapi selalu mengandalkan Tuhan.Jika kita memiliki pola hidup dan pola pikir didalam Tuhan,maka apapun yang kita hadapi,kita akan tetap bertahan karena iman didalam Kristus.Lee Kuan Yew berkata “Orang sombong itu ibarat seseorang yang berdiri diatas gunung.Ia melihat semua dibawahnya kecil,tetapi ia tidak sadar kalau orang-orang dibawahnya pun melihat ia begitu kecil.”

Kesombongan rohani itu tersembunyi dan tidak dapat dilihat secara langsung.Tetapi dapat diketahui dari cara seseorang meresponi banyak hal.Bahkan kita juga sering tidak menyadari kalau kita telah menjadi orang yang sombong.Kita harus belajar melihat diri kita,dalam pelayanan kita agar tidak menjadi sombong rohani dan yang paling penting tidak merasa lebih tinggi dari Allah.Tetapi hendaklah kita selalu menyadari bahwa Allah lah yang berada diatas segala-galanya.

Jadilah wanita-wanita yang menjadi terang dalam segala aspek hidup kita,sehingga banyak orang diselamatkan dan diberkati.Mintalah dan miliki lah hikmat yang dari Allah saja.Amin.

Doa syafaat :

Pimpin doa : Ibu Ingrid Hamatara-Boesday / Doa penutup : Sdra.Timotius Haryono

Ibadah :

MC : Aci Emma /Pemusik : Sdri.Nikita Siung /Kolektor : Ibu Lomi /Doa Pembuka : Ibu Dewi / Doa Penutup : Pdt.Anthonetha Manobe,S.Th/Kesaksian : Aci Sisca (mengenai jambore perempuan) & Ibu Dewi (mengenai ret-ret sekolah minggu) / Kehadiran : 44 orang (2 laki-laki).

GAGAL?

Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.

(Rom. 7:15)

Ibu Henny adalah seorang yang baru saja mengenal Kristus. Ia nampak begitu bersemangat mengikuti kegiatan di gereja. Namun ada kalanya semangatnya meredup. Mengapa? Ibu Henny berkata, “Saya kadang merasa malu, masih banyak gagal dalam memperbaiki hidup saya. Saya tahu Tuhan mengampuni saya, tetapi ternyata sulit bagi saya mengubah banyak kelemahan saya. Seringkali saya jatuh dalam kesalahan atau dosa yang sama. Meski saya berniat baik, tetapi apa yang saya lakukan adalah yang sebaliknya. Saya tidak tahu harus bagaimana!”

Paulus juga bergumul dengan hal yang sama. Ia ingin melakukan apa yang baik, tapi yang ia lakukan justru hal yang jahat. Paulus jadi makin memahami betapa kasih Tuhan amat besar kepadanya. Tuhan tidak mempermasalahkan segala kegagalan kita. Ia memahami dan memperhatikan niat serta usaha kita untuk bangkit menjalani hidup baru. Apakah kita pernah terjebak dalam perasaan bersalah seperti yang dialami oleh Ibu Henny? Janganlah kegagalan itu membuat kita makin jauh dari Tuhan; sebaliknya sadarilah Ia begitu mengasihi kita. Kembalilah kepada Tuhan dan ulurkan tangan kita supaya Tuhan saja yang membimbing kita.

Disadur dari Renungan Harian Lansia-Jendela Hati

 

PENGABDIAN

Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”(Yoh. 4:34)

“Semoga sukses!” adalah kalimat yang sering diucapkan kepada orang yang sedang mulai melakukan suatu pekerjaan. Banyak orang berharap untuk menjadi orang sukses. Apakah itu salah? Tentu saja tidak. Semua orang boleh mengejar kesuksesan. Tidak ada larangan untuk menjadi sukses. Hanya, itu menjadi salah bila kesuksesan dijadikan hal yang utama atau yang paling penting dalam hidup. Pertanyaan yang lebih penting adalah: “Setelah sukses, lalu mau apa?” Ada orang yang setelah sukses justru tidak bahagia, merasa kosong dan hampa, dan akhirnya bunuh diri.

Tujuan utama hidup kita seharusnya adalah untuk mengabdi kepada Tuhan. Kesuksesan yang kita raih harus kita gunakan untuk melayani Tuhan. Albert Einstein pernah mengatakan “Strive not to be a success, but to be a value” (Jangan berusaha untuk menjadi sukses, tapi untuk menjadi bernilai). Tuhan Yesus mungkin tidak dipandang sebagai orang sukses oleh dunia, tapi Ia “sukses” melakukan kehendak Bapa-Nya, yaitu melakukan pekerjaan baik yang ditugaskan kepada-Nya. Bagaimana dengan sobat lansia? Mungkin dalam pandangan dunia kita bukan orang sukses, tapi jika kita mengabdi kepada Tuhan, kita akan menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan-Nya kepada kita.

Disadur dari Renungan Harian Lansia-Jendela Hati

 

SEPERTI MAU MATI RASANYA

“Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.”

(Mat. 26:38)

Bu Tina sangat sedih. Sudah lima tahun ia menantikan kehadiran bayinya. Kini ia mengandung 7 bulan, namun dokter menemukan jantung bayi dalam kandungannya bocor, sehingga harus dikeluarkan secara operasi. Bu Tina dan segenap keluarga serta sahabat-sahabatnya menaikkan doa syafaat agar bayinya dapat tertolong. Namun bayinya meninggal dunia sesaat setelah persalinan. Bu Tina hancur hati, ia sungguh-sungguh sangat sedih. Apakah sahabat lansia pernah sangat sedih?

Tuhan Yesus pernah sangat sedih, bahkan seperti mau mati rasanya. Mengapa demikian? Karena sudah terbayang penderitaan-Nya demi memikul dosa manusia serasa ditinggalkan oleh Bapa-Nya. Agaknya tidak seorang pun mampu mendalami rasa “seperti mau mati” itu. Namun, Tuhan Yesus tidak menyerah. Ia bersujud dan berdoa. Kekuatan menghadapi derita salib yang bakal dijalani-Nya melibatkan Sang Bapa. Yesus percaya penuh bahwa kehendak Bapa-lah yang terutama. Dengan berserah kepada Bapa-Nya Ia akan mendapat kekuatan. Nah, bukankah kita patut belajar dari sikap Tuhan Yesus? Jika kesedihan melanda kita, datanglah kepada Bapa di surga dalam doa. Bersama-Nya kita dikuatkan dan mohonlah kepada-Nya, kehendak-Nya yang terjadi.

 

Disadur dari Renungan Harian Lansia-Jendela Hati

 

BERAKAR

… sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.

(Ef. 3:17)

Bu Lika sungguh sangat terpukul. Anaknya yang baru lulus SMA meninggal karena kecelakaan. Tak lama kemudian suaminya pun tutup usia. Memang masih ada dua anak lagi. Tetapi berpisah dari dua orang yang dikasihinya sungguh sangat menyakitkan. Dunia seakan runtuh. Ia sedih, kecewa dan marah. Tetapi imannya yang telah berakar di dalam Kristus membuatnya dapat tetap bertahan dan terus menguatkannya. Sehingga dengan berlalunya waktu, ia dapat melihat rancangan damai sejahtera seperti yang dijanjikan Tuhan untuk masa depannya.

Untuk dapat bertumbuh, sebuah pohon membutuhkan air. Bagaimana pohon yang ditanam di padang gurun dapat tumbuh? Semua itu tergantung pada bagaimana menanamnya. Untuk menanam biji kurma, orang harus menggali sedalam 2–3 meter dulu, setelah itu baru ditimbun dengan batu. Akar pohon itu akan bertumbuh jauh ke dalam tanah untuk mencari air. Dan semakin dalam akar itu, semakin kuat pohonnya. Sehingga walaupun ditempa cuaca dan derita ia akan tetap menghasilkan buah yang manis, segar dan menguatkan. Begitulah, Sahabat Lansia, iman yang berakar serta berdasar di dalam kasih Kristus, pasti manis buahnya.

 

Disadur dari Renungan Harian Lansia-Jendela Hati

PORNOGRAFI

Ayat Emas :
Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
(1 Kor. 6:18).

 

Seorang Bapak sedang berada dalam ruang konseling. Pernikahan yang ia jalani selama 30 tahun terancam berakhir. Usut punya usut ternyata itu akibat kecanduan pornografi. Sedihnya, banyak juga keluarga yang berakhir dalam perceraian karena masalah ini. Anak-anak jadi korban dan kehidupan menuju kehancuran. Bapak itu bercerita, kecanduan pornografinya dimulai sejak umur 13 tahun. Oh astaga..!

Bagi kebanyakan anak laki-laki, pornografi menawarkan efek yang lebih besar dibanding dengan anak perempuan. Mungkin pertamanya itu semacam gaya bercanda dan untuk lucu-lucuan. Tapi dengarkan ini, boys..! Pornografi itu seperti racun mematikan yang manis di awal, mematikan di akhir. Bahkan beberapa penelitian menemukan bahwa kecanduan pornografi lebih mengikat daripada kecandauan narkoba paling parah.

Zaman sekarang sangat mudah menemukan pornografi. Satu klik mudah melalui internet membuka dunia ini. Majalah yang mempertontonkan tubuh juga marak di mana-mana. Kita hidup di kolam yang keruh dengan pornografi alias percabulan.

Anak-anak Tuhan, jagalah dirimu ! Katakan TIDAK dan segera palingkan wajahmu pada kesempatan pertama pornografi itu mengintai hidupmu. Jika kalian sudah terlanjur menyukainya, carilah pertolongan pada kakak rohani/gembalamu/orang tuamu. Ini masalah serius yang bisa menghancurkan masa depanmu. Berjuanglah !

Belajar berkata TIDAK bisa menyelamatkan masa depanmu. Katakan TIDAK pada pornografi.

 

Disadur dari Renungan Teenz

 

 

PROFESSOR X

Ayat Emas:
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
(Flp. 4:8)

Professor Charles Francis Xavier (dikenal dengan Professor X) adalah karakter dalam film fiksi X-Men yang diambil dari komik serial keluaran Marvel. Ia dikenal sebagai penemu X-Men, sekumpulan para mutan. Digambarkan bahwa ia adalah seorang lumpuh yang mempunyai kemampuan pikiran yang kuat, yang bahkan bisa membaca, mengatur dan mempengaruhi manusia lain. Wow, hebat !

Kita sebagai anak Tuhan sudah diberi tips untuk menguasai pikiran kita seperti Prof X. Kalau tidak dikendalikan, pikiran ini bisa liar ke mana-mana, apalagi saat menganggur.

Setiap waktu, kita harus memeriksa pikiran kita karena iblis bisa memasukkan pikiran-pikiran kotor yang salah dan menipu. Selalu cross-check dengan Firman Tuhan hari ini. Jika yang kamu pikirkan itu TIDAK benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan dan patut dipuji…, itu harus di-STOP saat itu juga. Kita harus bisa mengendalikan pikiran kita sendiri. Harus tegas berkata TIDAK jika itu tidak sesuai dengan Firman Tuhan.

Mengendalikan pikiran itu butuh latihan sesuai Firman. Butuh berkali-kali jatuh bangun dalam melakukannya, tapi jangan menyerah ! Jadikan cross-check pikiran itu sebagai suatu kebisaaan maka kamu akan heran menemukan dirimu begitu damai dan terkendali.

Pikiranmu bisa menjadi sahabat terbaik jika kamu bisa mengendalikannya. Tapi akan menjadi musuh terburuk jika ia mengendalikanmu. –Nora P. Goodman

 

Disadur dari Renungan Teenz

 

 

 

Benjamin Button

 Ayat Emas :
Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
(Luk. 2:40)

Ada sebuah film Hollywood yang berjudul “The Curious Case of Benjamin Button”. Film itu mengisahkan tentang kehidupan seseorang yang siklus hidupnya terbalik. Biasanya bayi baru lahir memiliki wajah kanak-kanak dan tumbuh menjadi dewasa dan tua. Tapi Benjamin Button lahir dengan wajah orang-tua. Badannya kecil, tapi wajah, kemampuan tubuh, seperti orang yang sudah tua renta. Semakin dewasa ia semakin muda hingga pada akhir hidupnya ia tampak sebagai seorang anak-anak.

Yah, ini adalah kisah fiksi saja. Tapi pelajarannya adalah, setiap manusia hidup pasti berubah, bertumbuh. Yesus pun bertumbuh dari bayi, anak-anak hingga dewasa. Di Alkitab ditulis, Yesus bertambah besar, kuat, penuh hikmat dan kasih karunia. Raja Daud bertumbuh dari seorang gembala domba menjadi Raja, dan itu bukan masa-masa yang mudah untuk dilewati.

Bagaimana dengan kita ? Setiap kita bertumbuh, bergerak ke suatu arah. Pilihannya hanya dua. Jika kita tidak bergerak maju, berarti kita mengalami kemunduran. Apalagi di bidang rohani. Jika kita tidak bertumbuh ke arah Tuhan dan kebenaranNya, kita sedang ditarik menjauh menuju ke arah rencana iblis.

Hari demi hari kita lalui. Pastikan kita mengalami pertumbuhan yang baik. Beri makan otak dan pikiran kita dengan hal-hal yang baik. Pengetahuan-pengetahuan baru. Beri makan rohani kita dengan Firman Tuhan setiap hari. Belajar puasa doa, belajar masuk dalam pelayanan di gereja. Belajar melayani sesama.

Jika tidak bertumbuh ke arah yang lebih baik, berarti kita bertumbuh ke arah sebaliknya.

 

Disadur dari Renungan Teenz

Ted Bundy

 Ayat Emas:
Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.
(Ef. 4:19)

Sebagian besar kakek nenek kita pasti tahu tentang seorang pembunuh bernama Ted Bundy. Ia menjadi terkenal karena diketahui membunuh 30-36 wanita di kurun waktu 1970an. Tidak saja membunuh, tapi ia menculik dan memperkosa juga. Dari hasil interview, ia mengakui kalau ia kecanduan pornografi mulai dari remaja. Kecanduannya itu tidak teratasi. Ayah tirinya sudah berusaha membawanya ke lingkungan rohani tapi ia menolaknya. Ia memilih hidup dengan fantasi liarnya. Ketika pornografi normal tidak bisa memuaskan fantasinya, ia mencari fantasi lain. Semakin ngawur, semakin gelap, semakin kejam. Akhirnya,fantasi untuk membunuh benar-benar dilakukan. Selanjutnya ia kecanduan membunuh dengan kejam sehingga ia menjadi salah satu pembunuh berantai yang paling terkenal di Amerika.

Boys, jangan anggap remeh godaan pornografi. Jika sudah kecanduan, kalian tidak akan semudah itu melepaskan diri. Kecanduan itu artinya, kalian ingin lihat terus menerus. Dari sebulan sekali jadi seminggu sekali, kemudian setiap hari. Belum lagi kegiatan lain yang mengikutinya. Segeralah cari pertolongan pada pembimbing rohani yang benar-benar bisa dipercaya. Ini bukan hal yang iseng atau remeh. Ini bisa berakibat bagi masa depanmu.

Girls, hati-hatilah pada teman cowok yang nyata-nyata senang dengan hal-hal yang berbau pornografi. Menjauhlah dari mereka, jangan bergaul dekat dengan mereka, apalagi pacaran. Bisa-bisa kalian menjadi korban. Berdoalah supaya mereka disadarkan Roh Kudus sambil meminta perlindungan pada diri kalian sendiri.

Iblis mengelilingi kita seperti singa, jangan bukakan celah sekecil apapun atau ia akan mencabik-cabik kita

 

Disadur dari Renungan Teenz

 

 

 

Bersabarlah
Amsal 16:16-33

“Orang-orang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasahi dirinya, melebihi yang merebut kota .”
(Amsal 16:32)

Aku pernah membaca berita di internet, ada seorang murid di jepang yang bunuh diri karena dia melihat dirinya sebagai “pecundang”. Nilai-nilainya jelek di sekolah dan akhirnya frustasi. Lain cerita neh, ada seorang pria perfeksionis yang sering stress, kerena mempunyai prinsip hidup,”Semuanya Harus Sempurna”. Dia meminta nasihat dari temannya dan temannya bilang,” Kalo ada hal-hal yang nggak baik itu terjadi dalam hidupmu, itu nggak papa….”

Ternyata neh, ada orang-orang yang sangat terobsesi pada kesempurnaan, sampe-sampe mereka gak bisa mentoleransi satu pun kegagalan dalam hidupnya. Mereka menganggap, semuanya harus sempurna, semuanya harus terbaik. Apa sih yang membuat mereka tuh pengen jadi the best, nggak mau gagal, gampang putus asa?

Oooh….ternyata mereka adalah orang-orang yang nggak bisa sabar! Nggak sabar pengen cepet-cepet meraih keberhasilan. Nggak sabar pengen cepet-cepet menjadi orang yang pandai dan perfect!!! Ayat renungan kita hari ini menegaskan, bahwa Tuhan tuh mau kita menjadi orang yang sabar dan dapat menguasai diri.

Perumpamaan tentang ilalang di antara gandum (Matius 13:24-30), menggambarkan kenyataan akan adanya hal-hal yang baik dan nggak baik. Apa yang kita pelajari dari kisah itu???? Kesabaran terhadap keterbatasan dan kekurangan kita adalah, karakter yang dibutuhkan untuk bisa hidup di dalam dunia yang nggak sempurna ini. Kalau sobat mengalami hal-hal yang nggak baik, jangan kecewa. Itulah sebabnya Tuhan membuat hari esok, supaya kita mempunyai kesempatan untuk terus belajar dan memperbaiki kesalahan-kesalahan kita. Tuhan aja bersabar dengan kita semua. Kenapa kita juga nggak mau belajar terhadap diri kita sendiri dan orang lain???mau kan ?

 

Disadur dari renungan BUUM

 

« Older Entries