header image
 

All posts in May, 2015

UPAH KESABARAN DAN KETEKUNAN: AYUB DIPULIHKAN!

“Tetapi aku tahu:  Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.  Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah.”  Ayub 19:25-26

Selain kesabaan dan ketekunan petani yang harus kita teladani, Yakobus juga mengajar kita untuk meneladani hidup Ayub.  Dikatakan,  “…kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.”  (Yakobus 5:11b).  Semua orang Kristen pasti tahu tentang kisah hidup Ayub.  Membicarakan Ayub berarti pula membicarakan masalah dan penderitaan yang dialaminya.

Meski mengalami penderitaan yang hebat, Ayub tetap bersabar dan bertekun di dalam Tuhan.  Ia menderita, padahal ia adalah seorang  “…yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.”  (Ayub 1:8b).  Renungan:  apakah kita telah memiliki hidup yang jauh lebih baik dari Ayub?  Apakah penderitaan atau masalah yang kita alami selama ini sebanding dengan penderitaan yang dialami oleh Ayub?  Sebenarnya, penderitaan yang kita alami ini tidak ada apa-apanya dibanding dengan penderitaan yang Ayub alami, tetapi seringkali kita mengeluh, menggerutu, bersungut-sungut dan marah kepada Tuhan, padahal dari segala sisi kita masih lebih beruntung dari Ayub.  Seharusnya kita bisa lebih bersabar dan kuat karena kita masih memiliki keluarga atau rekan-rekan seiman yang senantiasa men-support kita, sedangkan Ayub kehilangan keluarganya, bahkan isterinya mencemooh dan meninggalkan dia.

Mengapa Ayub bisa kuat menghadapi penderitaan yang ada?  Karena Ayub tahu bahwa Tuhan yang dia sembah adalah Sang Penebus hidupnya.  Semua yang terjadi dalam hidupnya, seburuk apa pun jika itu seijin Tuhan, Tuhan pasti sanggup memulihkan…Karena itu Ayub masih bisa berkata,  “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?”  Dalam kesemuanya itu Ayub harus mengalami proses, ia yakin  “…akan timbul seperti emas.”  (Ayub 23:10).  Itulah sebabnya Ayub tetap mampu bertahan di tengah penderitaan yang dialaminya.

Akhirnya  “…Tuhan memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan Tuhan memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.”  Ayub 42:10

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup

 

 

 

MENCAPAI TAHAP SEBAGAI MEMPELAI KRISTUS!

“Karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.”  Efesus 5:23a

Alkitab menjelaskan eratnya hubungan Kristus dan jemaat sama seperti hubungan antara suami dan isteri.  Dikatakan bahwa  “…Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.”  (Efesus 5:25-27).  Ini adalah bukti nyata kasih Tuhan kepada kita, di mana Dia merawat jemaatNya seperti merawat diriNya sendiri.  Ituah sebabnya setiap orang percaya dituntut untuk terus bertumbuh dan makin dewasa rohaninya sampai pada tahap menjadi mempelai Kristus.  Kristus yang adalah mempelai laki-laki sebentar waktu lagi akan menjemput mempelai perempuanNya.  Sudah siapkah kita?  Yang menjadi mempelai Kristus pastilah orang Kristen yang dewasa, bukan orang Kristen yang masih  ‘kanak-kanak’  rohani.

Untuk mencapai tahap sebagai mempelai Kristus, beribadah secara umum saja tidakah cukup.  Kita harus merindukan Tuhan dan berjumpa denganNya secara pribadi setiap waktu.  Perjumpaan dengan Kristus secara pribadi inilah yang akan membangun suatu kerohanian yang dewasa sehingga pada akhirnya kita siap menjadi mempelai Kristus.  Menjadi mempelai bagi Kristus tidak berbicara mengenai seberapa besar gereja yang kita pimpin, seberapa terkenalnya kita menjadi hamba Tuhan, seberapa besar uang atau kekayaan yang kita miliki, atau pun seberapa tinggi jabatan kita, tetapi berbicara mengenai seberapa besar dan dalamnya kita hidup dalam kebenaran atau sebagai pelaku firman.  Tertulis:  “Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.”  (Yohanes 15:6).  Tinggal di dalam Tuhan berarti hidup dalam kebenaran firmanNya.

Jadi, memiliki kekariban dengan Tuhan itu sangat penting bagi orang percaya.  Tanpa keintiman dengan Tuhan sulit bagi kita untuk mengerti apalagi mengasihi Tuhan dan melakukan perintah-perintahNya.  Menjadi mempelai Kristus berarti menjadi pelaku firman dan mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidupnya.

Seorang Kristen yang dewasa adalah para calon mempelai wanita yang siap menyongsong kedatangan Sang mempelai laki-laki yaitu Tuhan Yesus Kristus!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup

 

 

FIRMAN TUHAN TIDAK BISA BATAL

“Ketahuilah sekarang, bahwa firman Tuhan yang telah diucapkan Tuhan tentang keluarga Ahab, tidak ada yang tidak dipenuhi, Tuhan telah melakukan apa yang difirmankan-Nya dengan perantaraan Elia, hamba-Nya.”  2 Raja-Raja 10:10

Yesaya 55:11 mengatakan,  “demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.”  Ini adalah penegasan bahwa firman Tuhan adalah ya dan amin.  Tidak ada perkataan firman Tuhan yang akan berlalu sia-sia.

Hal ini terbukti dan dialami oleh keluarga raja Ahab, di mana mereka harus menuai perbuatan jahatnya.  Penghukuman atas keluarga Ahab benar-benar terjadi karena Tuhan sendiri yang berfirman.  Jika Tuhan sendiri yang mengatakan maka semua pasti terjadi.  Juga tertulis:  “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal.  Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?”  (Bilangan 23:19).  Setinggi apa pun kedudukan seseorang dan sebesar apa pun kuasa yang dimilikinya tidak akan mampu menghindarkannya dari penghukuman Tuhan.  Begitu juga dengan Izebel, isteri Ahab yang sempat melakukan ancaman terhadap Elia sehingga Elia mengalami ketakutan.  Akhir hidupnya sangat tragis, mayatnya dimakan anjing seperti yang diucapkan Elia,  “Izebel akan dimakan anjing di kebun di luar Yizreel dengan tidak ada orang yang menguburkannya.”  (2 Raja-Raja 9:10a).  Sekali Tuhan mengucapkan sesuatu tentang hidup seseorang, hal itu pasti terjadi.  Izebel tidak bisa melepaskan diri dari perkataan Tuhan, apa pun usaha yang dilakukannya;  semuanya pasti akan sia-sia.

Dari pengalaman tragis yang dialami oleh keluarga Ahab ini kita bisa belajar bahwa firman Tuhan atau perkataan Tuhan itu sangat berkuasa.  Karena itu jangan menganggap sepele firman yang tertulis dalam Injil ini.  Sekali Tuhan berfirman, firmanNya itu mengikat diriNya sendiri sehingga Dia pun pasti akan melaksanakan apa yang diucapkanNya.  Jika sampai hari ini kita belum mengalami apa yang dijanjikan Tuhan, imani dan pegang janji firmanNya sebagaimana Tuhan menasihati Yosua untuk merenungkan firman Tuhan siang dan malam  (baca  Yosua 1:8).  Itulah yang menjadi kunci kemenangan dan keberhasilan hidup Yosua!

“Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana.”  Yesaya 14:24

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup

 

 

JANGAN MALAS, RAJINLAH!

“Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan.”  Amsal 21:5

Dalam Yeremia 17:7 dikatakan,  “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!”  Jadi hidup kekristenan haruslah hidup yang berserah kepada Tuhan dan senantiasa mengandalkan Dia dalam segala hal.  Namun demikian bukan berarti kita sebagai orang percaya boleh bersikap pasif, menunggu, masa bodoh dan tidak mau bekerja dan berusaha.  Arti berserah dan mengandalkan Tuhan dalam segala hal adalah memiliki keyakinan yang teguh bahwa Tuhan pasti turut campur tangan dalam segala hal melalui hidup kita.  Yeremia juga menambahkan,  “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan.”  (Yeremia 17:5).  Karena itu kita harus tetap mengerjakan bagian kita, melakukan apa yang menjadi tugas dan kewajiban kita, selebihnya adalah bagian dan wewenang Tuhan untuk mengerjakannya.

Tuhan telah menganugerahkan karunia dan talenta yang berbeda kepada setiap orang percaya yang harus dikobarkan dan dimaksimalkan dalam kehidupan nyata untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan.  Jika kita menyadari anugerah Tuhan yang besar ini kita tidak akan menjadi orang Kristen yang malas dan ogah-ogahan, sebaliknya kita akan memiliki semangat yang tinggi, do our best dan rajin mengerjakan segala sesuatunya.  Paulus menasihati,  “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor,…”  (Roma 12:11).  Alkitab menulis betapa besar dampak dan manfaatnya jika kita rajin:  “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.”  (Amsal 10:4).  Bukan itu saja.  Kerajinan dalam diri seseorang akan membawanya memegang kekuasaan dan juga diberi kelimpahan.  Namun sebaliknya,  “…kemalasan mengakibatkan kerja paksa.”  (Amsal 12:24).  dan  “Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah.”  (Pengkotbah 10:18).

Tuhan menghendaki agar setiap orang percaya menjauhi kemalasan!  Tuhan tidak suka terhadap orang Kristen yang malas!  Jadilah orang Kristen yang rajin, karena kerajinan pasti akan selalu mendatangkan hal-hal yang positif.  Adakah orang yang malas itu berhasil dalam hidupnya?

Orang yang rajin pasti akan mengalami keberhasilan dalam hidupnya, karena Tuhan senantiasa melimpahkan kasih dan kebaikanNya!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup

 

 

Kasih Seorang Sahabat

Amsal 17 : 17 Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu,dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.

Suatu waktu ada dua orang yang bersahabat karib.Si A dan si B.Mereka sudah bersahabat sejak masih duduk dibangku sekolah dasar,dan kini mereka telah menginjak usia dewasa.Sepanjang perjalanan hubungan mereka,keduanya tidak pernah menutupi apapun juga,dalam arti masing-masing sudah mengetahui pribadi nya dengan baik.Mereka menjadi teman curhat dan pendengar yang baik,dan kasih diantara mereka sudah seperti dua orang saudara saja.Suatu saat,mereka berjumpa dengan seorang laki-laki dan memiliki perasaan yang sama untuk laki-laki tersebut.Tetapi laki-laki itu hanya mencintai dan memilih salah satu dari mereka,yaitu si A.Sahabat nya yang lain,si B yang tidak terbalaskan cintanya merasa marah dan cemburu.Ia memutuskan hubungan persahabatan yang sebelumnya terjalin begitu indah bagai dua saudara kandung.Bahkan ia memilih untuk menyakiti dirinya sendiri dengan hal-hal yang negatif;pergi ke klub malam,tidak mengikuti ibadah dan persekutuan digereja seperti sebelumnya,bahkan mulai mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

Si A yang mengetahui perilaku sahabat nya itu,merasa sangat sedih dan kasihan dengan si B.Walau ia sangat mencintai kekasihnya,namun ia tidak ingin kehilangan sahabatnya.Akhirnya ia pun memutuskan hubungan dengan kekasihnya dan berusaha mambawa kembali sahabatnya si B kejalan yang benar,kembali ke persekutuan gereja,dan berhenti mengkonsumsi obat-obatan terlarang.Awalnya memang sangat sulit.Tetapi dengan doa dan ketulusannya,si A berhasil membawa si B kembali pada hubungan baik seperti dahulu,bahkan kali ini kasih sayang diantara mereka terjalin lebih erat dari sebelumnya.Keduanya belajar untuk bisa memberi dan melepaskan apa yang baik dan tidak baik demi kasih kepada sahabatnya.

Sahabat Agape,bukankah dalam hidup ini,kita seringkali meninggalkan Tuhan Yesus,hanya karena Ia belum memberi atau bahkan tidak memberi semua keinginan kita?Kita seringkali merasa marah dan cemburu pada apa yang orang lain dapatkan.Padahal kalau kita renungkan,begitu banyak berkat dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita,namun kita masih saja merasa kurang.Berhentilah menyakiti diri sendiri dengan semua tuntutan-tuntutan kedagingan kita,dan mulai melihat kehendak Tuhan dalam hidup kita masing-masing.Ia,Tuhan adalah Sahabat Sejati,yang tidak akan pernah membiarkan kita celaka.Ia akan selalu menuntun langkah kita,dan membawa kita kembali ke jalan yang benar,karena Ia Sahabat yang sungguh mengasihi kita.Amin.

Oleh Admin Sekretariat

 

    Newer Entries »