header image
 

All posts in May 20th, 2015

Hidup dan Tinggal Dalam Terang Kristus

Matius 5 : 16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapa-mu yang di sorga.

Syalom sahabat Agape…

Apakah yang akan kita lakukan jika tiba-tiba berada dalam kegelapan? jika tiba-tiba sumber cahaya yang kita miliki padam?Tentunya kita akan berusaha mencari sumber cahaya yang baru.Entah itu dengan menyalakan  lilin,korek api,lampu emergency,bahkan sumber cahaya dari handphone kita.Semua itu kita lakukan,karena kita tidak mau terus berada dalam kegelapan.Jika hidup dalam kegelapan,kita tidak mungkin melakukan berbagai aktivitas.Semuanya akan tertunda hanya karena tidak memiliki sumber cahaya itu.Sebaliknya,jika kita berada dalam ruangan atau di tempat yang terang,kita akan mudah melihat sekeliling kita & melakukan berbagai aktivitas.Bayangkan jika saat berada di tengah hutan atau alam terbuka dimalam hari (mungkin saat camping) dan tiba-tiba sumber cahaya kita padam,tentunya kita akan menjadi takut.Takut karena tidak dapat melihat bahaya di sekitar(binatang buas),takut setan,dan bahkan ada yang phobia dalam kegelapan.

Sahabat Agape,dunia ini adalah dunia yang penuh kegelapan.Bukan kegelapan seperti yang kita rasakan jika hari sudah malam,tetapi kegelapan yang dimaksudkan disini adalah kegelapan karena perbuatan-perbuatan jahat,tipu muslihat,ketidaksetiaan,dan berbagai macam perbuatan yang tidak berkenan dihadapan Allah.Kita semua hidup dalam kegelapan,dan untuk bisa mendapatkan cahaya kehidupan yang abadi,hanya satu sumbernya yaitu terang Kristus.Cahaya yang akan menuntun kita untuk melakukan banyak perbuatan baik,untuk melihat musuh-musuh disekeliling kita,bahkan menjadi terang bagi orang-orang disekitar kita.Memang tidak mudah,karena itu berarti kita harus menjadi teladan,sebab cahaya yang menyinari kehidupan kita akan membuat kehidupan kita begitu jelas terlihat oleh banyak orang.

Jika kita mau tetap berada dalam terang,kita harus tinggal dalam sumber terang itu,yaitu Yesus Kristus.Kita harus mengikuti Terang itu,mengikuti teladan Kristus,dan bercahaya untuk banyak orang.Niscaya semua ketakutan,kekuatiran dan kehidupan lama kita akan dihapus dengan cahaya kasih dari Allah Bapa kita.Maukah sahabat semua hidup dalam Terang dan menjadi terang untuk kemuliaan-Nya? Amin.

 

Oleh Admin Sekretariat

KETIKA IMAN DIUJI

Ayat bacaan: Daniel 1:5
===================
“Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya. Mereka harus dididik selama tiga tahun, dan sesudah itu mereka harus bekerja pada raja.”

ketika iman diujiLulus atau tidak, itu menjadi hasil dari sebuah ujian. Untuk berhasil tentu diperlukan ketekunan dan keseriusan dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian. Sebaliknya jika kita menyepelekannya, maka kemungkinan untuk gagal pun akan besar. Dalam kehidupan ini, ada kalanya iman kita pun harus melewati ujian. Bisa jadi lewat tekanan atau bahkan ancaman dari orang-orang sekitar kita, baik di lingkungan atau pekerjaan. Perasaan takut dikucilkan, takut ditolak, takut tidak naik jabatan, diperlakukan tidak adil dan sebagainya seringkali membuat sebagian orang menyembunyikan identitas dirinya dari segi keimanan. Jatuh hati kepada seseorang pun sering menjadi penyebab lunturnya keimanan. Ada banyak orang yang akhirnya berkompromi demi mendapatkan pujaan hatinya, bahkan memilih untuk meninggalkan Kristus. Ironi seperti ini banyak terjadi di tengah masyarakat. Memang tidak mudah hidup sebagai minoritas di tengah mayoritas. Namun sesungguhnya pada saat-saat seperti itulah iman dan ketaatan kita akan Kristus tengah diuji. Lulus atau tidak, itu semua tergantung keputusan kita sendiri. Apakah kita mau berkompromi mengorbankan Tuhan yang telah begitu mengasihi kita dan menebus dosa-dosa kita, mengganjar kita yang sebenarnya tidak layak ini dengan keselamatan kekal, atau memilih untuk terus setia apapun resikonya. Ada banyak pahlawan iman yang tercatat dalam Alkitab, sebagian di antaranya harus rela mengakhiri hidupnya di dunia sebagai martir. Hari ini saya rindu mengajak teman-teman melihat kisah Daniel, Hananya, Misael dan Azarya.

Kisah Daniel dibuka dengan kekalahan bangsa Yehuda di tangan bangsa Babel, bangsa penyembah berhala. Layaknya bangsa yang kalah, harta dan kehidupan Yehuda pun dirampas masuk ke dalam bangsa yang menang. Pada saat itu, raja Babel memerintahkan kepala istana untuk mengambil sebagian orang Israel yang berasal dari keturunan raja dan bangsawan untuk dilatih mengenai bahasa, budaya dan cara hidup Babel sampai identitas mereka sebagai orang Yehuda bisa terkikis habis. “Lalu raja bertitah kepada Aspenas, kepala istananya, untuk membawa beberapa orang Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan, yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim.” (Daniel 1:3-4). Ini termasuk mengenai makanan. Mereka harus makan dari makanan yang sama yang dipersiapkan bagi anggota keluarga raja. Mereka juga harus siap dilatih selama 3 tahun dan dipersiapkan untuk bekerja bagi raja. “Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya. Mereka harus dididik selama tiga tahun, dan sesudah itu mereka harus bekerja pada raja.” (ay 5). Dari kriteria ini, terdapatlah 4 orang pemuda Yehuda, yaitu Daniel, Hananya, Misael dan Azarya. (ay 6). Nama mereka pun diganti. “Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Azarya dinamainya Abednego.” (ay 7). Tapi meski nama mereka diganti, dan mereka diwajibkan untuk menjalani proses pencucian identitas sebagai bangsa Yehuda, ternyata hati mereka tidak berubah sedikit pun. Ujian yang mereka alami tidaklah mudah. Mereka menghadapi ancaman kematian dengan cara mengerikan jika masih terus mempertahankan iman mereka dan menolak menyembah berhala-berhala Babel dan rajanya. Menghadapi ancaman, Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (3:16-18). Sadrakh, Mesakh dan Abednego menolak menyembah berhala-berhala yang menjadi tuhan bangsa Babel, dan akibatnya merekapun dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Daniel pun sama. Ketika ia dijebak dari ketaatannya menyembah Allah setiap hari sebanyak tiga kali, ia pun diancam untuk mati dengan cara dilempar ke dalam gua singa. (6:16). Ini ujian iman yang sungguh tidak main-main. Tapi apa yang terjadi? Kita tahu Sadrakh, Mesakh dan Abednego disertai malaikat dan tidak cedera sedikitpun. Apa yang mereka alami bahkan menjadi kesaksian luar biasa akan kuasa Tuhan yang mereka sembah. (3:24-30). Mengenai Daniel, kita tahu pula bagaimana Daniel selamat dari gua Singa tanpa kekurangan suatu apapun lewat penyertaan malaikat pula. “Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan.” (6:22). Ujian iman yang berat dilalui oleh Daniel, Hanaya (Sadrakh), Misael (Mesakh) dan Azarya (Abednego) dengan gemilang.

Adakah hari ini di antara teman-teman menghadapi pergumulan mengenai iman? Mungkin ditolak atau diusir dari keluarga karena mengikuti Kristus, mungkin disingkirkan oleh lingkungan, bahkan mungkin pula mengalami ancaman atau aniaya, mendapatkan berbagai penderitaan, dan sebagainya. Seperti halnya Daniel dan ketiga pemuda lainnya, itu semua mungkin kita alami juga di hari-hari yang sulit seperti sekarang ini. Adalah penting bagi kita untuk terus setia meskipun apa yang kita hadapi mungkin sungguh berat. Setiap saat kita harus mampu memastikan bahwa diri kita tetap ada bersama dengan Kristus. Paulus mengingatkan demikian: “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.” (2 Korintus 13:5). Dalam kesempatan lain, Yakobus justru berkata bahwa kita seharusnya malah merasa beruntung jika kita mengalami berbagai macam cobaan. “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,” (Yakobus 1:2). Mengapa demikian? “sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” (ay 2-3). Lihatlah ada buah yang matang yang akan kita petik sebagai hasil jika kita lulus dari ujian iman itu. Petrus mengatakan hal yang sama. “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu–yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api–sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” (1 Petrus 1:6-7). Ingatlah bahwa tujuan iman adalah keselamatan jiwa.(ay 9). Keteguhan dan kesetiaan iman kitalah yang akan menentukan seperti apa kita kelak di kehidupan selanjutnya. Apakah keselamatan kekal atau kebinasaan kekal yang kita peroleh sebagai hasil, itu tergantung dari keseriusan kita dalam menjaga kesetiaan kita pada Yesus. Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego telah membuktikan kesetiaan mereka dan lulus dengan gemilang. Menghadapi hari-hari yang mungkin kurang lebih sama, penuh tekanan, ancaman dan bahkan aniaya, mampukah kita memiliki iman seperti mereka?

Jangan pernah tergoda untuk meninggalkan Kristus dalam menghadapi berbagai tekanan dan ujian

Disadur dari Renungan Harian One Worship

JEJAK PETUALANG

II TIMOTIUS 3 : 10-17

PEMBICARA : Ev.Foera Era Hura,S.Th

 

Jejak dalam kamus bahasa Indonesia ada beberapa arti antara lain tapak kaki atau bekas langkah seseorang ditanah atau tanda-tanda yang ditinggalkan dan juga bisa diartikan sebagai tingkah laku yang telah dilakukan (teladan/nilai-nilai yang patut dicontoh orang lain).Sedangkan petualang berasal dari kata tualang,yang artinya berkeliaran,mengembara kemana-mana sehingga orang tersebut tidak tentu tempat tinggalnya (bisa juga diartikan sebagai orang yang suka mencari pengalaman yang sulit-sulit dan berbahaya).Biasanya orang yang mengembara atau berpetualang adalah orang-orang yang sudah dilengkapi banyak hal dalam petualangannya.

Akhirnya kita dapat menyimpulkan bahwa arti dari jejak petualang adalah suatu tanda atau nilai positif yang ditinggalkan oleh seseorang untuk dapat diketahui dan diikuti oleh orang lain setelah dia.Sebagai pengikut Kristus,kita juga harus dapat dikatakan sebagai petualan iman yang sejati dan kita harus bisa meninggalkan jejak itu kepada orang lain disekitar kita,termasuk untuk generasi kita dimasa yang akan datang.Firman Tuhan yang kita baca ini membuktikan kepada kita bahwa Paulus adalah seorang petualang iman yang sejati,karena ia berhasil mencapai garis akhir dalam pelayanannya,dan setiap orang percaya harus bisa meneladani sikap Paulus.

Untuk dapat mencapai garis akhir dan dikatakan sebagai petualang iman sejati,marilah kita belajar 3 sikap dari Paulus dalam pelayannannya :

  1. Tetap mengetahui arah (tujuannya adalah pendirian iman,kesabaran,kasih dan ketekunan)
  2. Tetap fokus pada arah (baca Kisah Para Rasul 13 :14-14 :20)
  3. Tetap melihat petunjuk arah (lewat firman Tuhan dalam kitab suci)

Kesimpulan : Jadilah petualang Kristen dan tinggalkanlah jejakmu dimana engkau berada supaya dikemudian hari ada generasi yang akan datang dan mereka masih melihat jejakmu dan akan mengikuti kemanapun engkau pergi.Tunjukkanlah sebagaimana Tuhan memakai kamu untuk menggenapkan rencana-Nya,karena itu akan menjadi sebuah rekaman untuk disaksikan oleh generasi yang akan datang.Menjadi petualang iman,tidak hanya bersaksi kepada orang-orang yang ada disekitar kita saat ini,tetapi untuk semua generasi.Rasul Paulus bukan hanya melayani jemaat,tetapi dia juga memberikan teladan untuk diikuti.Dia tidak puas bila jemaat yang dilayaninya hanya mengerti apa yang diajarkannya,tetapi dia menghendaki agar jemaat yang dilayaninya melakukan apa yang diajarkannya.

Amin

 

 

Perbudakan dan Perdamaian

Surat Filemon terbagi atas beberapa bagian :

  • Filemon 1-3 :

Salam,kepada Filemon,Apfia dan juga Arkhiupus

  • Filemon 4-7 :

Ucapan syukur,karena ia melihat akan kehidupan Filemon dan beberapa rekan kerjanya menjadi orang beriman kepada Tuhan,dan didalam iman itu mereka bisa memiliki sikap untuk taat dalam firman Tuhan,mengasihi orang lain bahkan mereka juga bisa menghibur orang-orang yang seiman dengan mereka.

  • Filemon 8-20 :

Permohonan untuk Onesimus

  • Filemon 21-25 :

Penutup

Saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus,kalau kita melihat sekilas surat ini maka banyak orang akan berpendapat bahwa Paulus membicarakan tentang masalah pribadi antara Filemon dan Onesimus,supaya Filemon bisa mengampuni Onesimus.Namun lebih daripada itu,Paulus juga menuliskan surat ini bertujuan untuk menyangkut ke jemaat karena adanya ketidakadilan diantara mereka.Kenapa saya katakan demikian karena latar belakang dari permasalahan antara Filemon dan juga Onesimus berawal dari sikap Onesimus yang melarikan diri dari Filemon.Bahkan lebih daripada itu Onesimus tidak hanya melarikan diri melainkan Onesimus juga dikatakan “ sudah merugikan atau berhutang kepada Filemon”.Bahkan ada beberapa pendapat mengatakan bahwa Onesimus melarikan diri dengan membawa lari harta dari Fileomn.Sejak melarikan diri,status Onesimus dalam pemerintahan Romawi adalah sebagai buronan dan berhak untuk mendapatkan hukuman mati disaat tertangkap.

Ketidakadilan yang Paulus maksudkan dlaam suratnya adalah berbicara mengenai status.Justru latar belakang masalah Filemon dan Onesimus diawali dengan status Onesimus sebagai budak dan Filemon sebagai tuan.Dalam kamus bahasa Indonesia budak artinya golongan manusia yang bekerja keras dan pekerjaannya selalu dikontrol oleh tuannya.Sedangkan dalam bahasa Yunani budak memakai kata Doulos,yang memiliki arti :

  1. Servant (Observant) : Pelayan,abdi rakyat,pegawai pemerintah (mereka ini disebutkan adalah orang-orang yang taat setia dan suka memperhatikan).Dan mereka ini menjadi hamba untuk Tuhan.
  2. Slave (Slav) : Bekerja keras,membanting tulang.Merujuk kepada bangsa Slavia yang banyak ditangkap dan dijadikan budak saat peperangan pada abad pertengahan.Budak dalam pengertian slave disini berasal dari perbudakan,hutang,mereka dibeli,hukuman atas kejahatan,perbudakan terhadap tawanan perang,penelantaran anak.Walaupun mereka bekerja keras namun mereka tidak digaji oleh tuannya dan tidak memiliki hak azasi manusia.

Berbicara mengenai status budak dan tuan,maka ada beberapa perbedaan yang mereka miliki :

1.Budak adalah tulang punggung dari tuannya.

2.Secara politis budak akan dihukum mati jika melarikan diri dari tuannya.

Posisi Onesimus sebelum menjadi orang percaya adalah budak dalam pengertian slave,dan ketika dia melarikan diri,ia memiliki status sebagai budak dan juga buronan,dan sudah selayaknya Onesimus akan mendapatkan hukuman mati dari pemerintah Romawi.Dlam bagian ini tidak dijelaskan bahwa Paulus menentang perbudakan pada waktu itu.Mengapa dikatakan demikian,karena justru ketika Onesimus lari,Paulus mengembalikannya kepada Filemon,hanya saja yang Paulus tekankan bahwa ia harus diperlakukan dengan adil,selayaknya ia diperlakukan sebagai manusia.

Dijaman alkitab tidak semuanya yang memiliki status sebagai budak adalah dijaikan budak seumur hidup.Contohnya : Yusuf,Musa,Feliks.Baik Kekristenan maupun secara hukum sangat menentang yang namanya perbudakan.Karena perbudakan hanya ditunjukkan kepada orang-orang yang tidak memiliki hak atas diri mereka sendiri.Namun tanpa disadari,masih banyak orang-orang yang memperlakukan sesamanya sebagai budak.Orang yang diperlakukan sebagai budak adalah : orang-orang yang direndahkan,dianiaya,diperlakukan semena-mena dan tidak manusiawi.

Memiliki status sebagai pembantu tidak sama seperti budak.Karena budak itu diperlakukan semena-mena dan tidak memiliki hak asasi.Selain Paulus meminta kepada Filemon untuk diampuni kesalahannya,maka Paulus meminta juga kepadanya untuk memperlakukan Onesimus selayaknya untuk kedepannya.

Kesimpulan : Betapa pentingnya untuk dibawa kedalam persekutuan orang yang percaya,termasuk mereka yang bekerja dengan kita,untuk mengenal Tuhan.Ketika mereka mengenal Tuhan,maka mereka juga akan memiliki sikap yang jujur dan taat setia dengan apa yang mereka kerjakan.

Catatan : Diabad pertama Masehi,perbudakan merupakan suatu hal yang wajar.Dalam hal ini Paulus tidak bermaksud untuk menghilangkan konsep perbudakan yang sudah ada.Namun Paulus ingin menekankan hubungan antara tuan dan hamba.Menurutnya hubungan antara tuan dan hamba adalah sebagai saudara didalam Kristus.Seorang tuan harus memberikan kemerdekaan atau kebebasan bagi hambanya.Paulus memohon kepada Filemon untuk memberi kebebasan dan menerima Onesimus kembali lebih dari sekedar hamba,tetapi saudara.

Amin

 Ringkasan khotbah oleh Ev.Foera Era Hura,S.Th