header image
 

All posts in May 15th, 2015

Tempat : Lt.2 gedung GMIT Agape

Waktu :20.00-21.30 wita

Kehadiran : L/P : 0/16 orang

MC : Ev.oera Era Hura,S.Th

Pemusik : Bpk.Piter Kusuma,Bpk.Oni Nussy

Bacaan : Yohanes 20 : 24-29

Tema : Yesus menampakkan diri kepada Tomas

Pengkhotbah : Pdt.Desy Tatengkeng,S.Th

Pada tanggal 7 April 2015,seseorang bernama Mario yang berasal dari Sumatera naik pesawat,tetapi tidak duduk dalam kursi penumpang,melainkan masuk melalui roda pesawat dengan tujuan bertemu presiden Jokowi.Kisah yang sama juga pernah terjadi di tahun 1946,salah seorang warga NTT (asal Sabu)naik pesawat dengan cara masuk melalui tempat roda pesawat dengan tujuan pergi ke Australia.

Kisah diatas merupakan kisah yang menunjukkan betapa berbahayanya naik pesawat dengan cara tersebut,dan orang-rang yang melakukan hal itu telah menyia-nyiakan hidupnya sendiri,apalagi jika mereka adalah orang-orang Kristen yang hidup didalam Kristus.Berbeda dengan saat Kristus disalibkan untuk menyelamatkan manusia dari dosa.Namun masalahnya dalah saat kebangkitan Kristus,Tomas salah satu murid Yesus tidak percaya akan kebangkitan Yesus,hal ini dikarenakan ia ragu.Tomas adalah orang yang peragu atau skeptis.Namun ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari kisah Tomas,yaitu :

  1. Jangan menjauhkan diri dari persekutuan

Ketika Tomas kecewa dengan kematian Yesus,ia malah menjauhkan diri dari persekutuan.Namun karena kasih Tuhan Yesus kepadanya,ia mendapatkan kesempatan kedua.

  1. Jangan landasi iman dengan sesuatu yang nyata

Pernyataan iman dari Tomas ketika Yesus mengizinkannya untuk mencucukkan jari kebekas paku ditangan Yesus,justru Tomas tidak melakukan apa yang pernah ia ucapkan kepada murid-murid yang lain,bahkan ia mengatakan “Ya Tuhanku dan Allahku”.Kita kenal bahwa sikap Tomas adalah si peragu,namun sekali dia percaya maka dia langsung beriman kepada Tuhan Yesus sehigga ia mengalami transformasi diri yang sangat luar biasa.Berbeda dengan Yudas yang menyesal,kecewa dan langsung bunuh diri.

Aplikasi : Ketika kita kecewa terhadap sesuatu hal,pandanglah kepada Yesus.Jangan kepada manusia.Untuk itu,ketika kita diberikan kesempatan untuk beriman,maka jadilah orang yang sungguh-sungguh didalam iman itu.Sebuah keraguan bukanlah masalah,tetapi mendapat solusi yang salah itulah yang kemudian menimbulkan masalah.Karena firman Tuhan yang diberikan kepada kita adalah : berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.

Pertanyaan refleksi : Apakah iman kita harus percaya pada peristiwa-peristiwa yang akan dialami orang Kristen pada akhir jaman sekarang?

Amin.

Tempat : Lt.2 gedung GMIT Agape

Waktu : 18.00-19.30 wita

Kehadiran : L/P : 12/26 orang

MC : Sdri.Rucita,S.Pd

Pemusik : Sdri.Kristin Putu,S.Pd

Bacaan : Mazmur 100 : 1-5

Tema : Rendah Hati vs Percaya Diri

Pengkhotbah : EV.Imanuel M.Div

Berbicara mengenai rendah diri tida terlepas dari cara kita menilai diri dan menilai atau memperlakukan orang lain.Selama kita hidup didunia ini maka kita sadari bahwa karena manusia sudah jatuh kedalam dosa membawanya kepada sikap rendah diri atau terlalu percaya diri.Orang memperlakukan sesamanya seperti mesin,dan kemudian cenderung untuk merendahkan sesamanya manusia.Tanpa sadar sikap itu juga dilakukan oleh kita kepada sesama dan kepada diri sendiri.Seharusnya kita memperlakukan manusia secara manusiawai.Dalam hal ini,sikap manusia untuk menilai orang lain dapat dilihat dari beberapa jenis :

  1. Menilai orang secara ekonomi
  2. Menilai orang secara fisik
  3. Menilai orang dari jabatanyang dimilikinya
  4. Menilai orang dari asal suku
  5. Menilai orang dari karakter
  6. Menilai orang secara intelektual

Ketika kita memperlakukan dan menilai orang seperti itu maka tanpa sadar kita salah menilai diri kita sendiri dari sudut pandang materi,dan sebagainya.Orang juga bisa menilai sesamanya dari seks/kenikmatan,postur tubuh yang sesuai standar tertentu (menekankan unsur sensualitas),dan sebagainya.Rendah diri vs percaya diri harus ada dalam keseimbangan (Baca : Kejadian 1 : 26-27).Jika melihat penciptaan binatang maka firman Tuhan mengatakan “menurut jenisnya”,sedangkan manusia “menurut gambarNya”.

Alkitab mengisahkan bahwa proses penciptaan manusia baik adanya,artinya sama seperti Allah.Kalau kita melihat dan kagum akan ciptaan Allah (alam),maka sesungguhnya ada disekitar kita yang lebih indah yaitu manusia menurut gambar dan rupa Allah.Untuk itu kita sebagai manusia janganlah menghina sesama kita.Kita pun harus benar-benar menerima diri kita sebagai ciptaan Allah tanpa rasa rendah diri.Oleh karena itu perlakukanlah diri sendiri dan sesama manusia dengan baik. (Baca : Kejadian 2:25, 3 :7 ).

Persoalan dosalah yang membuat seseorang memperlakukan diri dan sesamanya menjadi rendah.Kita sebagai orang percaya sudah mendapat kasih karunia Allah,oleh sebab itu saat ini kita harus memandang diri kita sebagai manusia yang berharga,yang harus memiliki rasa percaya diri.Dalam kehidupan kita saat ini,jika Tuhan belum memberi kepada kita kekuatan,prestasi maupun materi walaupun sudah sekuat tenaga diusahakan,maka tetaplah percaya bahwa Tuhan tetap memandang kita berharga,karena memang itulah yang menjadi bonus bagi kita dari Tuhan.Buanglah rasa rendah diri dan kesombongan supaya kita bisa memperlakukan diri dan sesama dengan baik.Amin.

Pertanyaan Refleksi : Sebagai orang yang hidup dalam Kristus,apakah kita perlu merasa minder?Atau kita percaya diri namun merendahkan sesama?

“Nasi Sudah Menjadi Bubur”

 Baca: Ibrani 12:12-17

“…sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.” Ibrani 12:17

Kita pasti pernah mendengar orang berkata, “Seandainya aku dulu rajin olah raga dan memiliki pola makan yang benar aku pasti tidak akan mengalami sakit seperti ini.”; “Seandainya aku dulu rajin belajar dan tidak banyak bermain aku pasti lulus dengan nilai yang bagus.”; “Seandainya aku dulu rajin menabung pasti bisa membayar sewa rumah dan tidak berkekurangan seperti ini.”; “Seandainya waktu dapat diputar kembali aku tidak akan membuat kesalahan yang sama.” dan semacamnya. Kata seadainya di sini jelas mengandung unsur penyesalan dalam diri seseorang. Kita boleh menyesali apa yang telah berlalu, namun kenyataannya waktu terus berjalan maju, tidak mundur. Walaupun kita berusaha dengan mencucurkan air mata, bahkan air mata darah sekalipun, kita tidak akan pernah mampu memaksa waktu diputar kembali. Kini yang ada hanyalah rasa penyesalan. “Nasi sudah menjadi bubur”!
Rasa penyesalan yang dalam ini juga dialami Esau. Ia telah menjual hak kesulungannya kepada Yakub hanya demi semangkuk sup kacang merah. Akibatnya Esau harus kehilangan berkat yang seharusnya menjadi miliknya; ia tidak hanya kehilangan kesempatan/peluang, tapi juga tidak lagi beroleh kesempatan memperbaiki kesalahannya. Jangankan menarik kembali hak kesulungannya, untuk mendapat berkat yang tersisa saja tidak ada lagi kesempatan! Dalam hati Esau pasti terbersit pikiran ini: “Seandainya dulu aku bisa menahan laparku dan tidak pernah menjual hak kesulunganku kepada Yakub, maka tidak akan seperti ini.” Esau telah kehilangan hak kesulungannya karena ia memandang rendah hak kesulungan itu demi memuaskan keinginan dagingnya.
Sebagai anak-anakNya kita berhak mewarisi janji-janji Tuhan (berkatNya), namun untuk melangkah menuju berkat itu ada harga yang harus kita bayar; kita harus menjaga hidup agar tetap berjalan dalam kehendak Tuhan. Tanpa penyangkalan diri dan pikul salib kita akan kehilangan hak kesulungan kita yaitu berkat-berkat Tuhan. Oleh sebab itu mari kita gunakan kesempatan yang ada sebaik mungkin yaitu hidup dalam pimpinan Roh Kudus, bukan memuaskan keinginan daging.

Jangan tunda-tudan lagi sebelum semuanya terlambat. Penyesalan tiada guna!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup

Tuhan Kita Berkuasa

Baca: Mazmur 103:1-22

“TUHAN sudah menegakkan takhta-Nya di sorga dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu.” Mazmur 103:19

Kita patut berbangga karena kita memiliki Tuhan yang hidup dan berkuasa. Perihal kemahakuasaanNya dapat kita pelajari dalam Alkitab. Maka kita harus senantiasa menyukai firmanNya dan merenungkan itu siang dan malam sehingga kita makin mengerti bahwa tidak ada satu hal pun di dunia ini yang terjadi di luar pengetahuan dan kontrol Tuhan, bahkan “…tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang.” (Lukas 21:18).
Tidak ada alasan bagi kita untuk takut, kuatir dan putus asa menghadapi hari esok. Alkitab juga menulis: “Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.” (Lukas 12:6-7). Seringkali kita berpikir bahwa hal buruk yang terjadi dalam hidup kita tidak dapat dikendalikan  dan dihentikan sehingga kekuatiran dan kecemasan selalu menguasai hati dan pikiran kita hari lepas hari.
Ada beberapa kebenaran tentang Tuhan kita yang berkuasa: 1. Tuhan itu Mahahadir. Daud berkata, “Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?” (Mazmur 139:7). Tidak ada tempat di mana Tuhan tidak dapat hadir. Di saat kita merasa sendirian dan orang lain tidak ada yang menghiraukan kita, Dia hadir dan sesungguhnya berada di dekat kita. 2. Tuhan mengetahui segala sesuatu, seperti tertulis “TUHAN memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia; dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi.” (Mazmur 33:13-14). Dia sangat mengetahui keadaan kita, seburuk apa pun itu: saat dalam kesusahan, sakit-penyakit atau beban yang berat. Itulah sebabnya jangan sekali-kali menganggap Tuhan tidak pernah peduli terhadap kita, apalagi sampai menyalahkan Tuhan. Bukankah ini sering kita lakukan? Mengapa kita harus kuatir? Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi Dia yang memegang masa depan; Dia mengetahui apa yang akan terjadi; Dia tahu segala kebutuhan hidup kita. Adakah sesuatu yang mustahil bagiNya?

“Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.” Matius 19:26

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup

TUHAN YESUS: Jaminan Dan Pengharapan

Baca:  Yohanes 14:1-14

“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.”  Yohanes 14:1

Mengapa kita harus bersukacita menyambut hari kenaikan Yesus Kristus ke sorga?  Dengan naiknya Tuhan Yesus ke sorga orang percaya memperoleh jaminan yang pasti tentang keselamatan dan kehidupan yang kekal, karena Dia kembali ke sorga untuk menyediakan tempat bagi kita orang percaya.  “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.”  (Yohanes 14:2-3).  Yang mengatakan janji ini adalah Tuhan Yesus sendiri, dan apa yang dijanjikan Tuhan pasti tidak pernah diingkari-Nya.  Karena itu,  “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.”  (Ibrani 10:23).

Bagi orang yang percaya Yesus sebagai Tuhan Juruselamat, sorga itu bukanlah sekedar angan-angan tapi sebuah kenyataan, karena di mana Tuhan Yesus tinggal di situ pula kita akan tinggal.  Jadi keberadaan kita di bumi ini hanyalah sementara.  “…jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.”  (2 Korintus 5:1).  Naik ke sorga berarti Tuhan Yesus tidak lagi ada di tengah-tengah umat-Nya secara jasmani, namun  “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.”  (Yohanes 16:7).

Adalah baik jika Tuhan Yesus naik ke sorga, dengan demikian orang percaya akan menerima Roh Kudus yaitu Roh yang  “…lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.”  (1 Yohanes 4:4), yang diutus untuk menguatkan, menopang, menghibur dan memperlengkapi kita dengan kuasa-Nya yang dahsyat!  Melalui Roh-Nya, Tuhan Yesus tetap hadir untuk menyertai kita sampai kepada akhir zaman  (Matius 28:20b).

Pengharapan di dalam Tuhan Yesus tidak pernah mengecewakan, karena ada jaminan dan pengharapan yang pasti!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup