header image
 

All posts in May, 2015

AMBISI PRIBADI: Harus Diremukkan!

 Baca:  Kejadian 41:37-57

“Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu.”  Kejadian 41:40

Rencana Tuhan bagi kehidupan Yusuf diawali-Nya dengan memberinya mimpi mengenai masa depannya.  Tetapi Tuhan tidak ingin impian yang besar itu terkontaminasi dengan ambisi pribadi Yusuf.  Itu sangat berbahaya!

Karena itulah Tuhan mengijinkan proses demi proses yang secara daging sangat menyakitkan terjadi dalam kehidupannya:  dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya dan dijual untuk dijadikan budak orang Mesir  (Kejadian 37:12-36);  saat berada di rumah Potifar harus mengalami fitnahan dari isteri Potifar sampai dijebloskan ke dalam penjara  (Kejadian 39:1-23);  akhirnya Yusuf  ‘lulus’  dalam setiap ujian yang harus dijalani dan Tuhan pun  “…membuat segala sesuatu indah pada waktunya,”  (Pengkotbah 3:11), sehingga hidup Yusuf dipulihkan dan dimuliakan, diangkat menjadi orang kedua dalam pemerintahan Firaun di negeri Mesir  (Kejadian 41:40-43).  Proses yang harus dijalani Yusuf bukanlah waktu yang singkat, ia harus mengalaminya selama 13 tahun sampai akhirnya mimpi itu tergenapi.

Yang patut kita teladani dari Yusuf:  ketika mengalami  ‘peremukan’  lewat berbagai ujian dan penderitaan Yusuf tidak berputus asa, ia terus membangun imannya, senantiasa mengandalkan Tuhan dan hidup berkenan kepada Tuhan.  Pada saat mengalami ujian dan penderitaan ini sesungguhnya Tuhan sedang meremukkan segala ego, mematikan segala kedagingan dan juga ambisi pribadi yang mungkin timbul dalam diri Yusuf setelah memperoleh mimpi tersebut, sehingga ia bisa belajar untuk bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan tidak lagi mengandalkan kekuatannya sendiri.  “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.”  (Efesus 2:10).  Karena kita adalah buatan tangan Allah sendiri, maka seberat apa pun proses pembentukan yang kita jalani takkan membuat kita hancur berkeping-keping, melainkan semakin dimurnikan dan akhirnya akan timbul seperti emas!  “Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat;”  (Ayub 5:18).

Proses diijinkan Tuhan supaya kita benar-benar bergantung kepada-Nya, mau menanggalkan manusia lama dan tidak lagi dikuasai oleh ambisi pribadi!

 

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup

BERSAKSI: Yesus Harus Makin Besar

 Baca:  Yesaya 44:1-8

“Kamulah saksi-saksi-Ku! Adakah Allah selain dari pada-Ku?”  Yesaya 44:8b

Kalau kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari ada berbagai macam karakter orang Kristen.  Ada orang Kristen yang bersikap cuek dan masa bodoh demikian:  “Yang penting sudah beribadah ke gereja setiap Minggu, itu sudah lebih dari cukup.  Urusan pelayanan di gereja dan persekutuan dengan saudara seiman lainnya aku tidak mau ambil pusing, emang gue pikirin.”  Ada pula orang Kristen yang sukanya hanya menuntut untuk dilayani dan diberi, namun ia sendiri tidak mau melayani dan memberi.  Lebih ekstrem lagi ada orang Kristen yang punya kebiasaan menjadi juri di gereja:  mengkritik sana-sini, menghakimi saudara seiman lainnya dan selalu mencari kelemahan hamba-hamba Tuhan, padahal ia sendiri tidak mau terlibat dalam pelayanan.

Syukur bagi Tuhan ada banyak orang Kristen yang menyadari akan panggilan hidupnya, memiliki roh yang menyala-nyala untuk melayani Tuhan dan menyenangkan hati Tuhan sehingga ia tidak bisa menahan bibir dan lidahnya untuk selalu bersaksi tentang  “…betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,”  (Efesus 3:18)  kepada setiap orang yang ditemuinya di manapun berada dan kapan pun waktunya.  Bagi sebagian besar orang Kristen istilah bersaksi tentu saja bukan hal yang asing lagi, namun tidak semua orang Kristen mau mempraktekkannya dengan berbagai alasan, padahal kesaksian hidup adalah manifestasi dari pengakuan iman kita sebagai orang percaya.  Kekristenan tanpa sebuah kesaksian hidup bisa dikatakan kekristenan yang imannya mati.  Dikatakan:  “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”  (Yakobus 2:17).

Sebagai umat yang telah ditebus, diselamatkan dan mengalami kasih Tuhan, kita memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai saksi-saksi-Nya di tengah-tengah dunia ini.  Yang dimaksud dengan bersaksi adalah menceritakan, memberitahukan dan mengabarkan kepada orang lain tentang segala sesuatu yang telah kita alami bersama dengan Kristus agar orang lain tahu dan dapat mengalami kasih seperti yang kita alami.  Karena kita ini adalah saksi Kristus, maka yang harus kita saksikan dan beritakan adalah pribadi Kristus dan karya-Nya, bukan diri sendiri yang dikedepankan dan dinomorsatukan.

“Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”  Yohanes 3:30

 

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup

The Blessed Family (Keluarga Yang Diberkati)

blessed fam

Efesus 5 : 22-33

Pembicara : Pdt.Dr.Agung Gunawan TH.M

Setiap pasangan suami istri mendambakan keluarganya diberkati.Keluarga yang diberkati bukan hanya secara materi tapi kebahagiaan.Kebahagiaan adalah hal yang terpenting dalam keluarga.Jika ada kebahagiaan dalam keluarga,maka banyak berkat akan mengalir dalam keluarga tersebut.Banyak keluarga yang tidak bahagia yang ditandai dengan : tidak saling bicara,saling melihat dan saling menyentuh.

Bagaimana menciptakan keluarga yang diberkati dengan adanya kebahagiaan ? Kita harus meneladani Kristus agar keluarga kita diberkati,dengan cara :

  1. Saling menerima (ayat 25 dan 26)

Hubungan suami istri dianalogikan dengan hubungan antara Kristus dan jemaat yang saling mengasihi.Kristus mengasihi jemaat dengan menerima jemaat apa adanya yang penuh dosa dan kelemahan.Untuk menciptakan kebahagiaan dalam keluarga maka suami istri harus mau belajar untuk saling menerima : kekurangan,kelebihan (janganlah bersaing dengan pasangan,tetapi salinglah melengkapi) dan perbedaan (hal ini seringkali menjadi sumber masalah,karena pasangan suami istri memaksakan untuk menjadi sama dengan diri mereka masing-masing,dan tidak bisa menerima perbedaan yang ada.Banyak orangtua juga sering membanding-bandingkan kekurangan masing-masing anak,yang sama dengan tidak mau menerima anak apa adanya).

Laki-laki dan perempuan diciptakan secara unik dan berbeda (Kejadian 1 : 26-31).

Laki-laki

Perempuan

Berpikir secara logika Menggunakan perasaan/emosi
Reaktif Tenang
Memberi perhatian secara umum (berbicara hanya 7rbu kata/hari) Memberi perhatian secara mendetail (berbicara sampai 21rbu kata/hari)
Gampang lupa akan suatu hal Susah melupakan

 

  1. Saling Mengampuni (Ayat 27)

Jemaat dikuduskan dan tidak bercela karena pengampunan Kristus.Kita harus menyadari bahwa diri kita dan pasangan tidak sempurna.Untuk itu kita harus tetap belajar dan meneladani Kristus dalam mengampuni,agar keluarga kita diberkati dengan kebahagiaan.

  1. Saling Menghargai (Ayat 28,30)

Tuhan Yesus mengasihi jemaat-Nya dengan cara menghargai jemaat-Nya.Untuk menciptakan kebahagiaan maka suami istri haruslah saling menghargai.Bagaimana agar suami istri bisa saling menghargai ?

Pria (mengharapkan )

Wanita (mengharapkan)

Istri atraktif (berpenampilan baik,khususnya saat berada dirumah) Suami supportif (dapat menghargai penampilan istri)
Rekan rekreasi (menemani dalam hobi suami,untuk menyenangkannya) Rekan komunikasi (istri butuh tempat curhat dan dukungan suami)
Kepercayaan (istri harus belajar mempercayai suami) Perhatian (Tidak adanya kepercayaan dari istri,salah satunya karena kurang perhatian dan kasih sayang)
Sanjungan(dibutuhkan kata-kata yang manis,sedap didengar.Wanita harus lah belajar dan senantiasa menjaga ucapannya) Kesetiaan (agar istri dapat berkata-kata manis dan sedap didengar,hendaklah suami berlaku setia)

 

  1. Menjaga Intimasi (ayat 32-33)

Kristus sangat menjaga hubungan yang intim dengan jemaat.Hubungan intimasi antara suami dan istri perlu dijaga agar tercipta kebahagiaan dalam keluarga.Intimasi suami istri dapat dijaga dengan melakukan : komunikasi (misalnya dinner talk/obrolan saat makan malam dan walk talk/obrolan sambil jalan-jalan),dating(kencan) serta sex dan affection (sentuhan-sentuhan mesra tanpa harus berakhir dengan sex).

Hubungan intim (dalam hal komunikasi dan tanggungjawab) dilakukan bukan hanya antara suami dan istri saja,tetapi juga antara anak dengan orangtua.Waktu merupakan hal yang penting dalam keluarga,untuk seluruh anggota baik suami istri maupun anak-anak.Anak juga butuh perhatian dan kasih sayang dari orangtua,bukan hanya butuh uang dan harta saja.Bekerja bagi anak dan keluarga memang penting untuk kelangsungan hidup dan masa depan,tetapi janganlah waktu kerja menyita waktu untuk kebersamaan dalam keluarga.Amin.

 

Tanya-Jawab ( Q & A ) :

  • Bpk.Paul

Q : Bagaimana menyikapi masalah anak yang mempunyai hubungan (berpacaran) dengan orang yang berbeda agama?

A : Anak harus diarahkan untuk mencari pasangan yang seiman (sesuai firman Tuhan dalam 2 Korintus 6 : 14 Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya.Sebab persamaan apakah yang terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan ? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?)

  • Bpk.Indra

Q : Bagaimana menghadapi konflik dalam keluarga ?

A : Jika ada konflik/masalah kecil janganlah dibesar-besarkan (seringkali melebar karena tidak fokus pada penyelesaian masalah yang sesungguhnya),jangan pula melibatkan orang lain dalam masalah,serta bersedia untuk mengampuni.

  • Sdra.Angki

Q : Dalam mencari pasangan,bagaimanakah caranya kita memandang pasangan yang terbaik dan bukan pasangan yang sempurna?

A : Memandang pasangan yang baik dapat dilihat dari segi keimanan (seiman),janganlah berbeda umur terlalu jauh (terutama untuk laki-laki haruslah lebih tua,jangan sebaliknya karena perempuan itu lebih cepat tua sehingga dapat menimbulkan ketimpangan fisik dan perselingkuhan).Harus juga dilihat latar belakang keluarganya,dll (detailnya dapat dibaca pada buku The Blessed Family,oleh Pdt.Dr.Agung Gunawan TH.M)

  • Bpk.Lulu

Q : Apa dampak konflik orangtua terhadap anak dan bagaimana harus bersikap kepada anak saat ada konflik antara orangtua ?

A : Sebagai orang percaya,haruslah menyelesaikan koflik dengan baik.Jangan mengeluarkan kata-kata yang menakutkan dan membuat anak merasa tidak aman (misalnya kata-kata perceraian,makian dan kata-kata kotor),dan jangan ada kekerasan (anak cenderung meniru perilaku kasar).

  • Aci Leang

Q : Apakah perlu melibatkan anak dalam masalah orangtua ?

A : Anak juga perlu tahu masalah orangtua (terutama saat anak beranjak remaja),asalkan dalam penyelesaiannya dilakukan dengan memberi penjelasan yang baik dan tanpa kekerasan.

  • Ibu Pdt.Anthonetha

Q : Sejauh mana orangtua dapat menyampaikan masalah yang sedang mereka hadapi kepada anak,dan masalah seperti apakah yang boleh dan tidak boleh disampaikan kepada anak.Serta bagaimana menghadapi pasangan yang cemburu buta ?

A : Untuk pasangan yang cemburu buta memang agak sulit menghadapinya,karena perlu pendalaman serta melihat latar belakang dari pokok permasalahan yang membuatnya bersikap seperti itu.

Adapun masalah yang boleh dibicarakan kepada anak,tergantung dari penilaian orangtua terhadap kedewasaan dan kesiapan anak itu sendiri.Adalah penting sebagai orangtua untuk bersikap selayaknya sahabat terhadap anaknya.Hal ini membuat anak tidak malu dan takut untuk berbagi terhadap orangtuanya.Dengarlah dan terimalah anak apa adanya serta tidak menjadi hakim atas mereka.

  • Ibu Mauboy

Q : Bagaimana dengan pasangan wanita yang lebih tinggi pendidikannya dibanding pasangan pria nya ?

A : Hendaklah pasangan tersebut sepadan,intinya harus dapat saling menerima ( laki-laki harus siap menerima hal tersebut,dan jika memungkinkan maka diusahakan setara dalam pendidikan nantinya)

  • Ev.Foera Era Hura,S.Th

Q : Bagaimana anak menghadapi orangtua yang menyuruh anaknya untuk menipu (menggelapkan uang dana proposal)?

A : Si anak harus taat terutama kepada Allah.Dalam hal ini anak haruslah diberi kekuatan oleh pendamping rohani untuk melawan perintah-perintah yang tidak benar dari orangtua dan jelas-jelas melawan kehendak Allah yang berarti dosa.

  • Ibu S.Guinta

Q : Dalam pernikahan beda agama dengan sebuah perjanjian antara suami dan istri untuk “membagi” anak agar mengikuti kepercayaan masing-masing,apakah anak tidak akan mengalami kebingungan nantinya seiring pertumbuhan mereka,dan apakah salah untuk mengajar dan mengajak anak A (yang dijanjikan ikut kepercayaan suami) beribadah sesuai kepercayaan istri /ibu? Catatan : suami tidak tinggal satu kota dengan istri dan anak-anak nya.

A : Janganlah merasa bersalah karena mengajar dan mengajak “anak perjanjian” untuk ikut kepercayaan ibu dalam pengenalan akan Kristus,karena ibu memiliki tanggungjawab tersebut kepada anak-anaknya.Apalagi suami tidak tinggal bersama-sama.

 

Profil Pembicara :

Pdt.Dr.Agung Gunawan Th.M saat ini adalah rektor pada STT Aletheia Lawang dan sekaligus dosen tetap bidang pastoral konseling STT Aletheia serta berfokus khusus melayani konseling keluarga.

Pendidikan :

  1. Institut Theologia Aletheia Lawang tahun 1987 dengan gelar S.Th.
  2. International Theological Seminary Los Angeles,USA tahun 1995-1997 dengan gelar M.A.
  3. Reformed Theologica Seminary di Jackson,USA tahun 1997-1999 dengan gelar M.Div.
  4. Calvin Theological Seminary tahun 1999-2001 dengan gelar Th.M
  5. Universitas Negeri Malang,2012 dengan gelar Dr.Pelayanan ; Ketua/Rektor STT Aletheia Lawang.

Keluarga :

Istri : Ev.Melani dan dikaruniai seorang putri bernama Grace dan seorang putra bernama Billy.

 

Data Ibadah :

  • MC : Ev.Ellen Amalo S.Th
  • Pemusik : Bpk.Edwin dan Ev.Foera Era Hura S.Th
  • Doa Pembuka : Pdt.Anthonetha Manobe S.Th
  • Doa Penutup : Pdt.Dr.Agung Gunawan Th.M
  • Moderator : Bpk.Laurensius Lulu
  • Jumlah kehadiran : L/P : 28 orang / 47 orang
  • Waktu : 17.00-19.30 wita
  • Panitia : Komisi Kaum Wanita
  • Penyambut Tamu & Multimedia : Komisi Remaja & Sdri.Laura Guinta

***

 

Oleh Karena Kasih Allah

Yohanes 6 : 39 Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku,yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang,tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.

Syalom Sahabat Agape…

Kehilangan sesuatu hal itu tentu sangat menyakitkan.Entah itu benda kesayangan,apalagi orang terkasih.Kita semua tentu pernah merasakannya.Kehilangan benda-benda yang begitu bernilai dan berarti dalam hidup kita,bisa membuat kita cukup depresi,misalnya surat berharga,emas yang dicuri,dompet yang hilang,bahkan jika itu hanya sebuah buku diari sekalipun,dan sebagainya.Kehilangan orang yang terkasih akan lebih berat lagi.Entah itu kehilangan karena dipisahkan oleh kematian,jarak tempat tinggal yang jauh serta komunikasi yang tidak memungkinkan untuk berhubungan (misalnya ditempat terpencil),bahkan kehilangan seseorang karena kesalahan diri sendiri (amarah,egois,gengsi).

Sahabat Agape,tidak demikian adanya dengan Allah.Allah sungguh mengasihi kita,sekalipun kita adalah manusia berdosa.Kita tetap berharga dimata-Nya.Begitu besar kasih Allah untuk kita,sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal (Yohanes 3 : 16 ).Ia tidak mau kehilangan kita sekalipun kita ini debu tanah ,Ia tidak mau kita menghadapi hukuman akhir.Ia sendiri telah kehilangan Anak yang begitu dikasih-Nya agar kita selamat,dengan cara kematian diatas kayu salib.Yang harus kita lakukan untuk mendapatkan keselamatan itu hanyalah dengan percaya pada-Nya.Bukankah seseorang yang telah berkorban demikian besar,bahkan nyawa-Nya sudah selayaknya untuk dipercayai? Jika kita kehilangan barang yang tidak berharga,tentunya tidak perlu berupaya untuk mendapatkannya kembali bukan ? Atau jika kita kehilangan teman yang berbuat curang dan menghianati kita,tentu kita tidak berharap ia kembali bukan ?

Tidak demikian adanya dengan kasih Allah.Ia sunggguh mengerjakan misi keselamatan itu untuk meraih kita kembali,sekalipun kita ini bisa diumpakan sebagai teman atau sahabat yang jahat,yang berbuat curang dan sering menghianati dia.Yang tidak pantas untuk diraih kembali.Jika handphone canggih kita jatuh kedalam selokan kotor,tentu kita akan berusaha meraihnya kembali,tetapi jika yang jatuh hanya sebuah pensil atau pena,tentu kita berpikir “ah..biarkan saja,tinggal beli yang baru..”.Kita adalah manusia berdosa yang tinggal dalam dunia yang penuh dosa.Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk masuk dalam dunia yang penuh dosa ini untuk meraih kita dan tinggal bersama-sama dengan Dia dalam kekekalan.Siapakah diantara kita yang siap kehilangan anak yang kita kasihi untuk menanggung kesalahan orang lain ? Renungkanlah..Amin.

 

Oleh Admin Sekretariat

Kataatan Tuhan Yesus pada waktu di utus dan bergumul akan hal itu

agape 4

Yohanes 3 :16

Pembicara : Kak Senny

Ada beberapa ketaatan Tuhan Yesus ketika datang sebagai manusia :

  1. Ketaatan Yesus kepada aturan/tradisi

Risal Busher mengatakan bahwa orang Yahudi harus membunuh Tuhan Yesus,karena jika ia tidak mati maka ia akan menghancurkan kebudayaan Yahudi.Sesungguhnya firman Tuhan mengatakan bahwa Yesus datang bukan untuk menghancurkan tradisi Yahudi,namun ingin menggenapi hukum taurat.Ada beberapa ketaatan Yesus terhadap aturan atau tradisi Yahudi,yaitu :

  • Ia disunat pada hari ke-8 (bandingkan dengan Imamat 12 : 3)
  • Ia merayakan paskah (Bandingkan dengan Keluaran 12 : 1-23)
  • Ia memulai pelayanan pada usia 30 tahun

Dalam pengajarannya Tuhan Yesus mengatakan dalam Matius 5 : 17 “Aku datang bukan untuk meniadakannya,melainkan untuk menggenapinya.”Yesus marah kepada orang Yahudi karena mereka menafsirkan hari Sabat yang dilakukan Yesus.Namun sesunguhnya dalam setiap aturan Yahudi dan Taurat,Tuhan Yesus tidak melanggar aturan sama sekali (LIHAT Matius 12 : 11-13).Mengapa Yesus mau taat pada semua aturan? Karena ketaatan adalah sebuah kebenaran yang harus dilakukan Yesus.Jadi setiap kita juga harus taat pada kebenaran.

  1. Ketaatan Yesus dengan otoritas Bapa

Bapa mengutus anak-Nya (Yohanes 3 : 16),Tuhan Yesus tunduk kepada otoritas Ilahi.Dalam ketaatan ini maka Tuhan Yesus mau mengambil rupa seorang hamba untuk menunjukkan ketaatannya ketika Bapa mengutus-Nya kedalam dunia.

  1. Ketaatan Yesus atas kehendak Bapa

Ditaman Getsemani Tuhan Yesus menunjukkan bahwa sesungguhnya Ia berkuasa untuk membuat cawan itu berlalu dari pada-Nya,namun dalam pergumulan itu Tuhan Yesus menyatakan bahwa biarlah kehendak Bapa yang jadi.Apa kehendak Bapa ? Kehendak Bapa adalah misi keselamatan manusia (Yohanes 6 : 39) ,artinya Darah Yesus harus tercurah diatas kayu salib.Amin.

 

Aplikasi :

Seharusnya kita sebagai orang percaya juga harus taat kepada kehendak Bapa,walaupun itu merugikan kita bahkan itu merupakan taruhan nyawa.Demi menyelamatkan manusia maka Bapa mengorbankan diri-Nya ; tetapi itulah keputusan yang diberikan Yesus kepada Bapa dalam ketaatan-Nya.Ketika Yesus berada dalam dunia ini maka untuk sementara dalam pandangan manusia,Ia direndahkan baik secara status maupun kemuliaan (seperti orang kaya yang dikenakan pakaian pengemis).Ada satu pertanyaan yang muncul bagi kita,mengapa Tuhan Yesus harus mati diumur 33 tahun ? Karena selain misi keselamatan Tuhan Yesus juga menunjukkan cara hidup yang benar kepada manusia untuk diteladani dalam kehidupan mereka sehari-hari.

 

MC : Sdri.Yolanda dan Shelly /Multimedia : Sdri.Laura Guinta /Pemusik : Sdri.Kristin,Rucita dan Sdra.Ricky / Jumlah kehadiran : 40 orang (L/P : 18/22)

 

For Faith to Faith

agape 3

Ibrani 11 : 1-13

Pembicara : Kak Ben Tarigan

Menjadi satu pertanyaan dan pergumulan bagi kita ketika ditanyakan Tuhan itu ada atau tidak ? Presaposisi orang Kristen adalah iman yang harus dimiliki oleh orang Kristen.Tatkala kita berpresaposisi,maka kita berapologetika dengan baik.Ibrani 11 : 1 menjelaskan bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu.Pembuktian tidak bisa membuat kita bertahan,namun iman bisa memberikan pembuktian dan ketahanan iman.Apa bukti dari iman?Jawabannya adalah iman itu sendiri.

  • Iman tidak anti rasio
  • Iman tidak mempedulikan kebenaran
  • Iman bukan sekedar menolak dan menerima segala sesuatu

Yesus adalah pribadi yang layak dipercaya.Dalam 1 Korintus 14 : 1-14 menjelaskan bahwa Yesus Kristus mati,bangkit pada hari ketiga dan kemudian naik kesurga.Kondisi jaman dulu dengan jaman sekarang berbeda,namun yang tidak berbeda adalah iman kita kepada Kristus ketika kita berjalan dalam keadaan apa pun.Melalui iman kita belajar beberapa hal :

  • Iman menyatakan pembuktian kepada orang percaya (tidak bisa dibalik)
  • Iman harus disertai dengan rasio
  • Iman membuat kita bertahan dalam pencobaan
  • Iman membuat orang percaya berani menghadapi segala sesuatu

Iman ini muncul ketika kita sungguh-sungguh disalam tubuh Kristus yang sempurna.Amin.Tuhan Yesus memberkati.

MC : Sdri Nona dan Putri /Multimedia : Sdri.Laura Guinta/Pemusik : Sdri Kristin dan Rucita /Jumlah kehadiran : 37orang (L/P : 16/21)

Yesus Teladan Orang Percaya

agape 2

Pembicara : Pdt.Esra A. Soru,S.Th,MPdk

Matius 14 : 13-21

Teladan adalah suatu sifat atau karakter dan nilai-nilai yang patut dicontohi.Dalam perenungan kita hari ini memberitahukan kepada setiap orang bahwa tidak semua yang Yesus lakukan harus kita teladani.Contoh : Ketika Yesus mengusir roh jahat di Gerasa,yang dilakukan Yesus disini adalah sebuah mujisat untuk menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu.Mujizat yang dilakukan Yesus disini merupakan suatu informasi bagi setiap orang beriman supaya mereka percaya bahwa Yesus adalah suatu Oknum dari Allah Tritunggal yang berkuasa diatas segala sesuatu.Jawaban paling simple untuk menjadi teladan adalah kita belajar untuk melakukan apa yang diajarkan oleh alkitab.

Cerita tentang memberi makan roti adalah satu-satunya mujizat yang diceritakan di injil sinoptik.Dengan kata lain bahwa cerita ini merupakan cerita yang sangat penting bagi orang percaya.Dalam pembacaan kita hari ini ada beberapa teladan yang perlu kita ikuti dalam kehidupan Yesus :

  1. Yesus menjadi teladan dalam pelayanan kita
  2. Yesus menjadi teladan dalam menyikapi berkat Tuhan (Yoh 6 : 9)

Lima roti dan dua ikan diberikan oleh anak kecil.Pertanyaan bagi kita adalah mujizat ini terjadi ditangan Yesus atau terjadi ditangan para rasul? Untuk mengetahui hal ini,mari kita lihat kronologisnya :

  1. Andreas membawa anak kecil yang memiliki lima roti dan dua ikan kepada Tuhan Yesus
  2. Tuhan Yesus mengambil lima roti dan dua ikan kemudian mengucap berkat kepada Tuhan
  3. Tuhan Yesus memberikannya kepada para rasul dan mereka membagi-bagikannya kepada orang banyak

Dalam kronologis ini kita bisa menyimpulkan bahwa mujizat ini sesungguhnya terjadi ditangan Yesus setelah mengucap berkat.Dalam menyikapi berkat,yang dilakukan Tuhan Yesus adalah mengucap syukur.Sesungguhnya firman Tuhan mengajarkan kepada kita untuk mengucap syukur dalam segala hal (1 Tes 5 :15-17).Mengucap syukur bisa melalui doa kepada Tuhan.Ketika kita mengucap syukur,maka dalam ucapan syukur kita tidak boleh melupakan orang-orang yang ada dibalik kisah itu.Misalnya kita berdoa untuk makan nasi dan orang yang ada dibalik nasi itu adalah para petani yang menanam dan lain-lain.

Sesungguhnya setiap orang yang mau makan berkat Tuhan harus dibawa dalam ucapan syukur dan doa kepada Tuhan.Seberapa banyak orang Kristen yang mau makan berdoa terlebih dahulu? Ketika berkat itu dibawa dalam ucapan syukur maka berkat itu menjadi halal bagi kita semua.Untuk itu marilah kita meneladani Yesus yang mau mengucap sukur dan berkat kepada Tuhan ketika memberikan makanan kepada orang banyak.Amin.Tuhan Yesus memberkati.

MC: Ibu Theresia Andrianto/Multimedia : Sdra.Okri/Pemusik :Team Musik (Ricky)/Kehadiran : 39 orang (L/P : 14/25)

Mencari Kesukaan Hati Allah

agape 1

Kisah Para Rasul 2 : 40-47

Dalam kehidupan jemaat mula-mula,mereka sungguh berbeda.Jumlah mereka semakin berkembang dari 120 orang menjadi 3000 orang,dikarenakan Roh Kudus ada dalam hidup mereka.Ada daya yang menular pada kehidupan dan hati orang lain.

Ketika kabar baik diberitakan,ada 2 respon yaitu respon yang baik dan respon yang buruk (Pasal2:13).Tetapi dalam kehidupan jemaat mula-mula,ada daya tarik yang membuat banyak orang datang.Adapun yang menjadi ciri khas kehidupan jemaat mula-mula yang dipenuhi Roh Kudus yaitu :

  1. Bertekun dalam ajaran dan doa (tekun belajar firman Tuhan berkali-kali).
  2. Hidup dalam persekutuan hati (Filipi 2 : 5 dan 46)
  3. Memiliki rasa peduli,tolong menolong dan tidak ego (Kisah Para Rasul 4 : 34a)

Hendaklah hidup kita menyukakan hati Tuhan dan biarkan hati Tuhan jatuh cinta dengan pesona iman kita.Amin.

 

Pembicara : Ibu Pdt.Desy Tatengkeng / MC : Aci Leang/Doa pembuka : Pdt.Anthonetha Manobe,S.Th/Pemusik : Sdri.Nikita Siung/Jumlah kehadiran : 30 orang (1 orang laki-laki)/Kolektor :Aci Wanny/Pimpin Pujian : Ibu Paulin Siaga/Kesaksian hidup : Aci Lili (pimpinan Tuhan untuk menjalani operasi yang akan datang serta kekuatan dalam menghadapi rasa takut) dan Aci Ema (Penyertaan Tuhan dalam menghadapi kedukaan)

Empat Obat Mujarab

Seorang anak muda. Ia telah berusaha memberikan dasar yang kokoh bagi keluarganya. Namun ia menemukan kekosongan di dasar sanubarinya. Ia dilanda kecemasan dan kehilangan arah hidup. Semakin hari situasinya semakin parah. Ia memutuskan untuk pergi ke dokter sebelum menjadi amat terlambat.

Setelah mendengarkan keluhannya, dokter memberikan empat bungkus obat sambil berpesan; “Besok pagi sebelum jam sembilan pagi engkau harus menuju pantai seorang diri sambil membawa ke empat bungkus obat ini. Jangan membawa buku atau majalah. Juga jangan membawa radio atau tape. Di pantai nanti anda membuka bungkusan obat sesuai dengan waktu yang tercatat pada bungkusannya, yakni pada jam sembilan, jam dua belas, jam tiga dan jam lima. Dengan mengikuti resep yang ada di dalamnya aku yakin penyakitmu akan sembuh.”

Orang tersebut berada di antara percaya dan ragu akan resep yang diberikan dokter. Namun demikian pada hari berikutnya ia pergi juga ke pantai. Begitu tiba di pesisir pantai di pagi hari, sementara matahari pagi mulai muncul di ufuk timur dan laut biru memantulkan kembali sinarnya yang merah keemasan itu, sambil deru ombak datang silih berganti, hatinya dipenuhi kegembiraan yang amat dalam.

Tepat jam sembilan, ia membuka bungkusan obat yang pertama. Tapi tak ia dapati obat didalamnya, cuma secarik kertas dengan tulisan: “Dengarlah”. Aneh bin ajaib, orang tersebut patuh pada apa yang diperintahkan. Ia lalu duduk tenang mendengarkan desiran angin pantai serta deburan gelombang yang memecah bibir pantai. Ia bahkan secara perlahan-lahan mampu mendengarkan setiap detak jantungnya sendiri yang menyatu dengan melodi musik alam di pantai itu. Telah begitu lama ia tak pernah duduk dan menjadi sungguh tenang seperti hari ini. Ia terlampau sibuk dengan usahanya. Saat ini ia merasa seakan-akan jiwanya dibasuh bersih.

Jam dua belas tepat. Ia membuka bungkusan obat yang kedua. Tentu seperti halnya bungkusan yang pertama, tak ada obat yang didapati kecuali selembar kertas bertulis, “Mengingat”. Ia beralih dari mendengarkan musik pantai yang indah dan nyaman itu dan perlahan-lahan mengingat setiap jejak langkahnya sendiri sejak kanak-kanak. Ia mengingat masa-masa sekolahnya dulu, mengingat kedua orang tuanya yang senantiasa memancarkan kasih di wajah mereka. Ia juga mengingat semua teman yang ia cintai dan tentu juga mencintainya. Ia merasakan ada segumpal kekuatan dan kehangatan hidup memancar dari dasar batinnya.

Ketika ia membuka bungkusan ketiga saat waktu menunjukan jam tiga tepat, ia menemukan secarik kertas dengan tulisan: “Menimbang dan menilai motivasi.” Ia memejamkam mata, memusatkan perhatiannya untuk menilai kembali niat pertama ketika ia membangun usahanya. Saat itu yang menjadi inspirasi utama ia membuka usahanya adalah secara gigih bekerja untuk melayani kebutuhan sesamanya. Namun ketika usahanya kini telah memperoleh bentuknya, ia lupa hal ini dan hanya berpikir tentang keuntungan yang bakal diperoleh. Keuntungan kini menjadi penguasa dirinya, ia telah berubah menjadi manusia yang egoistis, serta lupa memperhatikan nasib orang lain. Ia kini seakan telah mampu melihat akar penyakitnya sendiri, ia menemukan alasan yang senantiasa membuatnya cemas.

Ketika matahari telah hilang dan bentangan laut berubah merah, ia membuka bungkusan obatnya yang terakhir. Di sana tertulis: “Tulislah segala kecemasanmu di bibir pantai.” Ia menuju bibir pantai, lalu menuliskan kata “cemas”. Ombak datang serentak dan menghapus apa yang baru dituliskannya. Bibir pantai seakan disapu bersih, kata “cemas” yang baru ditulisnya hilang ditelan ombak.

Siapakah tokoh utama dalam kisah di atas??? Mungkin kita, mungkin pula anda. Pernahkah kita secara tulus mendengarkan bahasa batin kita sendiri? Atau pernahkah kita mengingat segala yang manis maupun pahit yang terjadi di masa silam namun telah membentuk siapa kita saat ini?? Apa yang menjadi motivasi utama hidup kita hari ini dan besok?? Dan apa kecemasan kita??

Mari kita meuliskan setiap beban dan kecemasan kita di atas salib kematian Yesus; Salib yang memberikan kekuatan. Sebab Ia sendiri pernah berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat 11:28)

Disadur dari Renungan Harian,Ceita Iman dan Kisah  Inspiratif

Nama Yesus Yang Terindah

Amsal 22 : 1 Nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar,dikasihi orang lebih baik daripada perak dan emas.

Syalom Sahabat Agape…

Alkisah pada suatu ketika, Angin, Air dan Nama Baik sedang mengadakan perjalanan bersama-sama. Angin, biasa datang terburu-buru seperti orang yang sedang marah. Bisa melompat di sini dan menendang debu di sana. Air berjalan dalam bentuk seorang putri. Ia selalu membawa kendi ditangannya, meneteskan beberapa air di atas tanah sekitarya. Nama Baik berwujud dalam seorang pemuda yang tampan dengan sikap-sikap yang baik, namun sedikit pemalu.
Mereka saling menyukai, meskipun mereka sangat berbeda satu sama lain. Ketika mereka harus berpisah, mereka bertanya, “Kapan kita bisa bertemu untuk mengadakan perjalanan yang lain lagi?”
Angin menjawab, “Engkau akan selalu menemukan aku di puncak gunung-gunung atau melompat-lompat di sekitar kakimu. Meniup debu ke mana kamu pergi.” Air berkata, “Aku juga akan selalu ada disekitarmu. Kamu bisa pergi ke laut atau sungai, bahkan ke dapur, untuk menemuiku.”
Nama Baik tidak mengatakan apa-apa. Angin dan Air bertanya, “Nama Baik, kapan dan dimana kita akan bertemu lagi?” Nama Baik menjawab, “Kamu tidak akan bertemu aku lagi di manapun. Siapapun yang telah kehilangan aku sekali saja, takkan pernah bisa mendapatkan aku lagi.”
Dari kisah pendek diatas,saya lalu berpikir bahwa memang benar kalau kita sekali saja kehilangan nama baik maka itu tidak akan pernah kembali lagi.Kemana pun kita pergi,yang orang pikirkan adalah perbuatan buruk dan kesalahan yang telah kita lakukan.Tidak peduli berapa banyak perbuatan baik yang kita kerjakan,tidak akan bisa membuat nama baik kita kembali lagi,karena orang-orang tidak akan pernah mempercayai kita lagi.Contoh nya para koruptor dan penjahat kriminal.Sekalipun mereka telah meninggal dunia,namun cerita tentang kehidupan mereka hanya akan berkisah tentang perbuatan buruk mereka yang berdampak pada kehidupan banyak orang.
Namun satu nama yang begitu luar biasa menggema di seantero dunia yaitu nama Yesus,tidak akan pernah pudar dimakan jaman.Bahkan nama tersebut semakin dikenal dengan baik.Nama Yesus memiliki kuasa yang sangat besar,bukan saja untuk memberkati dan menerima pengampunan (Kis 2 : 38),tetapi juga untuk mengusir setan ( “Aku memberikan engkau kuasa untuk mengusir setan demi namaKU” (Mrk 16:17; Luk 9:1; Luk 10:19) ).Sekalipun saat ini kita semua tidak pernah bertatap muka dengan Tuhan Yesus,tetapi kita dapat mengenalnya dengan baik lewat alkitab sebagai sumber firman Tuhan dan doa sebagai sarana berkomunikasi dengan-Nya.Marilah,datang secara pribadi untuk mengenal nama Yang Agung dan Mulia,nama Yesus Yang Terindah.Amin.
Oleh Admin Sekretariat
« Older Entries