header image
 

All posts in April, 2015

Tema : Kepedulian Seorang Ibu

Nats Pembimbing : Markus 16 : 1-8

di kubur batu

Pembicara : Ev.Ellen Amalo,S.Pdk

Dalam firman Tuhan ini,dituliskan bahwa pagi-pagi benar,Maria Magdalena,Maria ibu Yakobus dan Salome pergi ke kubur Yesus dengan maksud untuk meminyaki mayat Yesus. Saat mereka datang,mereka memiliki hati yang yang sudah rela untuk “melepas” Dia.Inilah kasih yang terakhir,yang dapat mereka tunjukkan kepada Yesus yaitu dengan meminyaki mayat Yesus.Walaupun saat mereka menuju kekubur tersebut,mereka masih mempertanyakan siapakan yang akan menggulingkan batu kubur itu untuk mereka.Mungkin mereka hanya dapat meletakkan minyak rempah-rempah tersebut di depan batu kubur Yesus,tetapi mereka akan tetap pergi kesana.

Tetapi saat mereka tiba dikubur tersebut,mereka menjumpai batu kubur yang sudah terguling,dan kubur yang kosong,dimana Yesus telah bangkit.Hati yang sudah rela untuk melepaskan Yesus,ternyata diobati dengan kebangkitan-Nya.Tuhan tidak pernah membiarkan ada kepedulian dan hati yang terbuka menjadi sia-sia,tetapi akan selalu dipenuhi dengan keajaiban yang tidak pernah dipahami oleh pemikiran manusia.Mungkin manusia berpikir bahwa sesuatu yang dilakukan itu hanyalah kesia-siaan belaka (seperti pergi kekubur untuk meminyaki mayat Yesus,dan tidak tahu siapakah yang akan menggulingkan batu kubur).Tetapi Tuhan tidak pernah membiarkan kita untuk tidak mendapatkan sesuatu yang baik saat kita melakukannya.Wanita-wanita ini menjadi saksi akan kebangkitan Tuhan Yesus.

Walaupun demikian,wanita-wanita ini saat mengalami kubur yang kosong,dan pesan dari malaikat akan kebangkitan Tuhan Yesus,mereka malah lari karena gentar dan dahsyat menimpa mereka.Merka menjadi takut (ayat 8).Hal ini dikarenaakan mereka lupa akan janji Tuhan,bahwa pada hari yang ketiga Ia akan bangkit.Mereka hanya berpikir secara manusia.Kedagingan mereka lebih nampak daripada iman yang Tuhan taruh dalam diri mereka.Tetapi saat takut dan gentar itulah,Tuhan sendiri hadir untuk mereka.Tuhan menunjukkan kuasa-Nya kepada orang yang hanya berharap kepada-Nya.Ia memberi kekuatan dan peneguhan kepada mereka.

Karena itu,sebagai wanita,kita tidak boleh takut saat menjumpai masalah dalam hidup kita,karena Tuhan sudah memberi kekuatan lebih bagi kita untuk me-hal yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain.Tunjukkanlah kasih dan kepedulian kita untuk orang lain.Amin.

Janganlah ketakutan yang besar membuat kita tidak dapat melakukan apa-apa,karena Ia selalu punya cara untuk menunjukkan kehadiran dan pertolongan-Nya bagi kita.

Tempat : Lt.2 gedung GMIT Agape

Waktu   : 15.30-17.30 wita

 

Doa Pembuka : Sdri.Nuke

Kesaksian        : Aci Liani (kesembuhan dari sakit),Aci Ema (penyertaan Tuhan hingga ultah suami ke-71 tahun).

 

  Tuhan Tidak Pernah Berubah…

“Sebab Kristus adalah ‘ya’ bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan ‘Amin’ untuk memuliakan Allah.”  2 Korintus 1:20

Alkitab menegaskan bahwa setiap orang percaya disebut sebagai anak-anak Allah,  “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah,”  (Roma 8:17).  Mungkin saat ini Saudara sedang gelisah, galau, putus asa dan bertanya-tanya dalam hati,  “Berapa lama lagi, TUHAN, Kau lupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?”  (Mazmur 13:2).  Seringkali kita mempertanyakan janji-janji Tuhan yang berkenaan dengan:  pertolongan, pemulihan, pembelaan, kesembuhan, dan kemenangan.  Kita berpikir bahwa kita sudah melakukan bagian kita, tapi mengapa Tuhan belum juga menunjukkan tanda-tanda untuk menggenapi janji-Nya dalam kita.

Yosua menegur keras orang-orang Israel demikian,  “Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu?”  (Yosua 18:3).  Sesungguhnya Tanah Perjanjian sudah disediakan bagi bangsa Israel, tapi mereka tidak mau membayar harga untuk melangkah menduduki negeri tersebut.  Kemalasan, ketidaksabaran, ketidaktekunan, kekuatiran, ketakutan, keraguan, atau persungutan yang kita tunjukkan adalah hal-hal yang menjadi faktor penghalang bagi kita untuk mengalami penggenapan janji Tuhan, padahal janji Tuhan itu sudah disediakan bagi kita.  Nabi Habakuk pun mengingatkan kita,  “Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.”  (Habakuk 2:3).

Tidak ada janji yang Tuhan berikan kepada umat-Nya yang tidak Ia genapi.  Tuhan yang dahulu berjanji kepada Abraham atau Yosua adalah Tuhan yang sama yang juga berjanji kepada kita:  “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.”  (Maleakhi 3:6).  Di segala keadaan, sebab semua orang yang menantikan Tuhan takkan mendapat malu  (baca  Mazmur 25:3).

“Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.”  Ibrani 13:8.  AMIN!

Sebuah Alasan untuk Tersenyum

Sukacita, itu membuat orang-orang ingin tahu apa rahasia Anda. Namun, sukacita bukanlah merupakan rahasia bagi orang Kristen yang percaya. Ketika kita memilih untuk bertumbuh lebih dekat kepada Allah, tinggal dalam karakter dan ketetapan-Nya, sukacita akan ditumpahkan ke dalam hidup kita sehingga orang lain tidak dapat berbuat apa-apa selain memperhatikannya.

Apakah Anda ingin menjadi seseorang yang penuh dengan sukacita? Pertanyaan yang konyol, bukan? Kita ingin hidup di atas semua persoalan-persoalan kita. Atau, memiliki sikap yang sangat baik. Atau, banyak tertawa. Namun, sukacita melampaui semua hal itu. Mari kita belajar dari firman Tuhan mengenai aspek-aspek yang menarik dari sukacita:

  1. Sukacita adalah buah-buah dari Roh Kudus. Lebih dari sekadar perilaku yang hebat atau semangat pantang menyerah, sukacita berasal dari Allah (Galatia 5:22). Sukacita kita bertambah seiring kedekatan kita dengan Kristus. Dan ketika dosa menjauhkan kita dari hubungan tersebut, dosa juga merampas sukacita kita (Mazmur 51:8,12).
  2. Sukacita tidak bergantung pada keadaan. Paulus menulis surat yang sering kali disebut orang-orang Filipi sebagai “buku sukacita”, dari sel penjara. Ia dikritik, dibuat lelah, dan tidak dimengerti. Namun, dibanding membiarkan keadaannya yang mengerikan itu menghambat firman Tuhan dan Roh Kudus (seperti yang sering disebutkan dalam Markus 4:19), Paulus memilih untuk berfokus pada sukacita akan pengenalan Kristus (Filipi 2:17). Suatu saat jika Anda membaca Filipi, gambarkan sel penjara Paulus … dan wajahnya.
  3. Sukacita adalah sebuah pilihan. “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan.” (Yakobus 1:2) Beginilah kenyataannya, bacalah dengan hati-hati. Pencobaan-pencobaan yang menyakitkan dalam hidup memang tidak menggembirakan, namun ketika kita berjalan melaluinya, kita seharusnya dipenuhi dengan sukacita. Mengapa? Karena Allah yang baik sedang bertumbuh di dalam kita dan dalam situasi tersebut. Kita dapat mengalami sukacita yang sejati ketika kita berada dalam badai yang paling menakutkan, ketika kita mengisi hati dan pikiran kita dengan kebenaran tentang Allah.

Sukacita menjadi transaksi antara Anda dan Allah sehingga orang lain tidak dapat berbuat apa-apa selain melihatnya. Ini adalah kehidupan Allah yang meluap melebihi batas kehidupan Anda dan mengalir kepada kehidupan orang lain. Ketika Anda memercayai Kristus dengan segenap hidup Anda, Anda akan mengalami hidup-Nya dalam kelimpahan besar, dan hal itu tidak dapat berbuat apa-apa selain memberi Anda alasan untuk tersenyum.

 

Disadur dari Renungan Wanita Kristen

PRIBADI = FIGUR SEORANG AYAH…

Di Amerika Serikat

  • setiap tahunnya sekitar 28% penduduknya mengalami gangguan mental; termasuk di antaranya 7 JUTA anak-anak dan  remaja
  • 15% – 25% di antaranya adalah orang tua yang berusia 65 tahun ke atas.
  • kira-kira 30.000 orang mengakhiri hidup mereka setiap tahunnya=bunuh diri.
  • salah satu penyebabnya adalah retaknya keluarga( survey 1999 ).
  • AS memegang angka perceraian tertinggi di dunia dan satu dari tiga anak yang lahir di sana dilahirkan oleh ibu yang tidak menikah.
  • Saya tidak pernah menerima perlakuan seperti itu dari ayah saya.
  • Ayah saya juga jarang bercengkeraman dengan saya
  • dan ayah saya tidak tahu apa-apa tentang saya.

Tentu masalah ini mencengangkan kita semua dan membuat kita bertanya-tanya, apa gerangan yang membuat begitu banyak orang di sana hidup merana??????
Pribadi yang retak berasal dari keluarga yang retak dan sebaliknya, pribadi yang retak menciptakan keluarga yang retak pula. Keretakan keluarga bisa bersumber dari suami, istri, atau keduanya, namun fakta yang terungkap di sana ialah 40% anak-anak tinggal di rumah di mana tidak ada ayah mereka lagi. Penyebab keretakan pernikahan pasti beragam tetapi hasilnya tetap sama yaitu hilangnya figur ayah dari keluarga.
Saya mengamati di Indonesia pun masalah keluarga acap kali berhulu pada kurangnya peranan ayah dalam membesarkan anak. Terlalu lama kita-para ayah-dirantai oleh “budaya” yang mengatakan bahwa pria yang jantan adalah pria yang tidak mengurus anak. Kita menganggap memperhatikan anak merupakan tugas dan kewajiban istri sedangkan mencari nafkah adalah tugas dan kewajiban suami.
Saya tidak berkeberatan dengan hal prioritas dan pembagian tugas di antara suami dan istri. Seyogianyalah pria bekerja untuk menghidupi keluarganya dan oleh karenanya waktu yang dapat ia bagikan dengan keluarga menjadi terbatasi pula. Akibatnya, untuk mengkompensasikan kekurangan waktu itu, ibu akan lebih berperan serta terlibat dalam membesarkan anak.
Yang menjadi keprihatinan saya adalah, sebagian pria, masalah ini bukan lagi menjadi hal prioritas-yang mana harus didahulukan-melainkan sudah menjadi masalah pembagian tugas yang diyakini secara kaku. Begitu kakunya sampai-sampai kita menjadi takut dibebani “tugas” kewanitaan ini dan seakan-akan untuk menambah bukti kejantanan, kita semakin dipacu untuk lebih menjauh dari tugas membesarkan anak. Betapa kelirunya dan betapa besar dampak negatifnya pada anak-anak kita!
Sebagian dari kita-para ayah-merasa tidak mampu menjadi ayah yang baik. Mungkin kita berdalih :
Saya memahami bahwa ketidaktahuan akan apa yang harus dilakukan memang merupakan perintang bagi sebagian dari kita.

  1. PERAN SEORANG AYAH YANG BAIK BUKAN DITUNTUT KESEMPURNAAN; tetapi mau belajar ; ayah yang baik mengakui kesalahannya dan mencoba memperbaikinya. Sebaliknya, ayah yang tidak baik ;sukar mengakui kesalahannya dan tidak peduli untuk memperbaikinya. Ada satu prinsip berkeluarga yang saya pelajari: Ternyata bukan saja anak belajar dari orangtua, orangtua pun belajar dari anak. Sebetulnya tidak terlalu susah untuk belajar dari anak. Jikalau kita bersikap terbuka kepada anak, ia pun akan merasa bebas untuk memberitahukan kita hal-hal yang perlu kita koreksi. Tuhan Yesus pun bilang belajarlah dari anak2 ; mat 18:3 “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
  1. PERHATIKAN TINDAKAN KITA ; cara bicara ; Adakalanya kemarahan kita berubah menjadi penghinaan dan teguran , kita bukannya membangun tapi kita menjatuhkan dengan tuduhan yang berat sebelah. Kadang kekhawatiran kita yang berlebihan terlalu membelenggunya sehingga menghambat pertumbuhannya. Dengarlah tangisannya, kemarahannya, dan keluhannya. Semua sinyal ini membunyikan pesan yang penting untuk kita perhatikan. Evaluasilah dengan kepala dingin dan hati terbuka; jika kita keliru, akui dan kalau perlu, mintalah maaf kepada anak. Perbaiki agar kita tidak mengulang tindakan kita yang keliru itu.
  1. MENYADARI SEBAGAI MANUSIA KITA MEMPUNYAI KETERBATASAN ; kita tetap berpotensi berbuat kesalahan. Jika kita mengakui keterbatasandalam banyak hal,  mengapa justru dalam menghadapi anak, kita berpikir bahwa kita tidak pernah salah? Dalih bahwa kita melakukan segalanya untuk kebaikan anak, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam pelaksanaannya kita telah mengambil langkah yang keliru. Ayah yang baik adalah menyadari keterbatasan dan bersedia mengubah dirinya.
  1. AYAH YANG BAIK ADALAH AYAH YANG TEGAS DANMENGHARGAI ;  perasaan anak. Firman Tuhan memberi tugas sekaligus peringatan kepada  kaum ayah, “Dan kamu bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” Efs 6:4.  berkaitan dengan cara memberikan didikan kepada anak. Kita mungkin masih dapat mengingat betapa tidak nyamannya menerima teguran atau bahkan pukulan dari orangtua sewaktu kita masih kecil. Apalagi jika kita merasa bahwa orangtua telah memperlakukan kita secara tidak adil. Itu sebabnya sebagai ayah kita mesti berhati-hati dengan didikan yang kita berikan kepada anak. Adakalanya kita gagal mengerti perasaan anak sehingga terlalu memaksakan kehendak dan kita tahu betapa mudahnya kita, sebagai ayah, memaksakan kehendak pada anak. Janganlah lupa untuk menempatkan diri pada posisinya dan menyelami perasaannya sebagai anak.
  1. ALKITAB SANGAT MENARIK ; MENDIDIK bukan hanya tugas para ibu melainkan tugas ayah. Dengan kata lain, ayah seharusnyalah terlibat dalam urusan membesarkan anak. Firman Tuhan menambahkan agar ayah mendidik anak dalam “ajaran dan nasihat Tuhan.” Artinya medisiplin melalui ucapan, bukan kasar atau selalu menggunakan tangan untuk memukul anak. Tuhan meminta ayah untuk mendidik anak melalui perkataan dalam kerangka yang jelas yakni di dalam Tuhan.
  1. SEDIAKAN WAKTU YANG TEPAT ayah yang baik adalah ayah mempunyai waktu untuk anak. Andaikan Anda bertanya kepada saya, bagaimanakah kita dapat mengetahui berapa besarnya kasih kita kepada seseorang, jawaban saya ialah, tanyalah, berapa banyaknya waktu yang kita berikan untuk orang itu. Dengan kata lain, kita dapat mengukur kasih kita kepada anak dengan cara mengevaluasi berapa banyak waktu yang telah kita berikan kepada anak-anak kita.
  1. MEMANG BANYAK HAL YANG HARUS DIKERJAKAN SEORANG AYAH ; misalnya mencari nafkah, beribadah, atau menjalin relasi, dan semua itu menuntut waktu namun wajar. Yang tidak wajar adalah bekerja berlebihan melewati batas kebutuhan mencari nafkah; terlalu repot beraktivitas di gereja, atau terlalu sering keluar dengan teman-teman. Semua itu tidak wajar dan sudah tentu akan menyita waktu yang seyogianya kita dapat berikan untuk anak. Ayah yang baik adalah ayah yang memberikan waktunya untuk anak pada saat anak membutuhkannya. Adakalanya kita, sebagai ayah;

–         baru mau mendekati anak sewaktu anak sudah beranjak dewasa. Sering kali tindakan kita ini disambut dengan dingin karena pada dasarnya api jalinan antara ayah-anak tidak pernah menyala sedikit pun.

–         Pada masa anak membutuhkan kita untuk mengantarnya membeli keperluan sekolahnya, kita terlalu sibuk-atau letih-untuk melakukannya.

–         Pada saat ia ingin berbicara dengan kita, wajah kita terlalu serius dan membuatnya enggan mengganggu kita.

–         Pada waktu ia ingin bercanda dengan kita, bahasa tubuh kita mengkomunikasikan kepadanya bahwa kita sedang tidak mood.

Ingatlah, tidak selamanya anak membutuhkan kita dan tidak untuk seterusnya ia meminta waktu kita. Akan ada saatnya di mana ia berhenti berharap dan pada momen itu, apa pun yang kita lakukan untuk menyentuhnya tidak akan membuahkan hasil. Ikatan itu telah putus.

  1. AYAH YANG BAIK adalah ayah yang mempunyai minat terhadap apa yang dikerjakan oleh anak. Salah satu kelemahan pria sangat egois;  tidak lagi berminat pada apa yang dikerjakan oleh anak, namun lebih terserap oleh apa yang dikerjakan diri sendiri. Bertanyalah kepada anak sejak ia kecil tentang apa yang dilakukannya, terlibatlah dalam permainannya, perlihatkan bahwa kita tertarik dengan cerita atau permainannya. Anak akan merasa senang jika ia dapat bercerita kepada kita mengenai mainannya. bukankah kita pun merasa senang jika orang tertarik pada apa yang sedang kita kerjakan?. Sadari ini merupakan modal untuk kita berkomunikasi dengannya, sewaktu ia memasuki masa remaja;  ia akan membuka pintu komunikasi karena kita telah menjalin komunikasi dengannya.  Anak tidak akan membuka pintu komunikasi,  kalau menganggap bahwa kita hanya ingin “mengecek” perbuatannya. Karena anak-anak berharap kita sungguh-sungguh tertarik pada dirinya-apa yang disukainya dan apa yang dikerjakannya.

Amsal 18:19a berkata, “Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri daripada kota yang kuat.”  Anak akan merasa dikhianati bila ia tidak memperoleh apa yang seharusnya kita berikan kepadanya yakni perhatian, didikan, kasih, dan waktu-hal-hal yang tak tergantikan.  Anak-anak yang telah kita khianati sulit kita menangkan.

Disadur dari Renungan Kristen-oleh Ev.Sudiana

Jim Caviezel adalah aktor Hollywood yang memerankan Tuhan Yesus dalam Film “The Passion Of Jesus Christ”.

Jim Caviezel adalah seorang aktor biasa dengan peran2 kecil dalam film2 yang juga tidak besar. Peran terbaik yang pernah dimilikinya (sebelum the passion) adalah sebuah film perang yang berjudul ” The Thin Red Line”. Itupun hanya salah satu peran dari begitu banyak aktor besar yang berperan dalam film kolosal itu.

Dalam Thin Red Line, Jim berperan sebagai prajurit yang berkorban demi menolong teman-temannya yang terluka dan terkepung musuh, ia berlari memancing musuh kearah yang lain walaupun ia tahu ia akan mati, dan akhirnya musuh pun mengepung dan membunuhnya.

Kharisma kebaikan, keramahan, dan rela berkorbannya ini menarik perhatian Mel Gibson, yang sedang mencari aktor yang tepat untuk memerankan konsep film yang sudah lama disimpannya, menunggu orang yang tepat untuk memerankannya.

“Saya terkejut suatu hari dikirimkan naskah sebagai peran utama dalam sebuah film besar. Belum pernah saya bermain dalam film besar apalagi sebagai peran utama. Tapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah ketika tahu peran yang harus saya mainkan. Ayolah?, Dia ini Tuhan, siapa yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran Tuhan dan
memerankannya? Mereka pasti bercanda.”

Besok paginya saya mendapat sebuah telepon, “Hallo ini, Mel”. Kata suara dari telpon tersebut. “Mel siapa?”, tanya saya bingung. Saya tidak menyangka kalau itu Mel Gibson, salah satu aktor dan sutradara Hollywood yang terbesar. Mel kemudian meminta kami bertemu, dan saya menyanggupinya.

Saat kami bertemu, Mel kemudian menjelaskan panjang lebar tentang film yang akan dibuatnya. Film tentang Tuhan Yesus yang berbeda dari film-film lain yang pernah dibuat tentang Dia. Mel juga menyatakan bahwa akan sangat sulit dalam memerankan film ini, salah satunya saya harus belajar bahasa dan dialek Aramik, bahasa yang digunakan pada masa itu.

Dan Mel kemudian menatap tajam saya, dan mengatakan sebuah resiko terbesar yang mungkin akan saya hadapi. Katanya bila saya memerankan film ini, mungkin akan menjadi akhir dari karir saya sebagai aktor di Hollywood.

Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan resiko tersebut. Memang biasanya aktor pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain. Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood. Sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman.

Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan
padanya.

“Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan?”

Mel menggeleng setengah terperengah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan. Dia tidak tahu akan hal itu, ataupun terluput dari perhatiannya. Dia memilih saya murni karena peran saya di “Thin Red Line”.

“Baiklah Mel, aku rasa itu bukan sebuah kebetulan, ini tanda panggilanku, semua orang harus memikul salibnya. Bila ia tidak mau memikulnya maka ia akan hancur tertindih salib itu. Aku tanggung resikonya, mari kita buat film ini!”

Maka saya pun ikut terjun dalam proyek film tersebut. Dalam persiapan karakter selama berbulan-bulan saya terus bertanya-tanya, dapatkah saya melakukannya? Keraguan meliputi saya sepanjang waktu. Apa yang seorang Anak Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membingungkan saya, karena begitu banyak referensi mengenai Dia dari sudut pandang berbeda-beda.

Akhirnya hanya satu yang bisa saya lakukan, seperti yang Yesus banyak lakukan yaitu lebih banyak berdoa. Memohon tuntunan-Nya melakukan semua ini. Karena siapalah saya ini memerankan Dia yang begitu besar. Masa lalu saya bukan seorang yang dalam hubungan dengan-Nya. Saya memang lahir dari keluarga Katolik yang taat, kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga memang terus mengikuti dan menjadi dasar yang baik dalam diri saya.

Saya hanyalah seorang pemuda yang bermain bola basket dalam liga SMA dan kampus, yang bermimpi menjadi seorang pemain NBA yang besar. Namun cedera engkel menghentikan karir saya sebagai atlit bola basket. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena cedera itu, seperti hancur seluruh hidup saya.

Saya kemudian mencoba peruntungan dalam casting-casting, sebuah peran sangat kecil membawa saya pada sebuah harapan bahwa seni peran mungkin menjadi jalan hidup saya. Kemudian saya mendalami seni peran dengan masuk dalam akademi seni peran, sambil sehari-hari saya terus mengejar casting.

Dan kini saya telah berada dipuncak peran saya. Benar Tuhan, Engkau yang telah merencanakan semuanya, dan membawaku sampai disini. Engkau yang mengalihkanku dari karir di bola basket, menuntunku menjadi aktor, dan membuatku sampai pada titik ini. Karena Engkau yang telah memilihku, maka apapun yang akan terjadi, terjadilah sesuai kehendakMu.

Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya. Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan.

Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga.Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis.

Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu.

Saya berkata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini.
Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat di dalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya.

Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan ditanah sambil memaki orang yang mencambuk saya..

Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan. Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyekit kedinginan yang biasa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya. Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya.

Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwa-Nya.

Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, disamping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang. Dan sayapun tidak sadarkan diri.

Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak “dia sadar! dia sadar!”. “Apa yang telah terjadi?” Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.

Melihat dan merenungkan semua itu seringkali saya bertanya, “Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan”? Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan
apa yang harus kita lakukan. Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat padaNya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian.

Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. Oh? itu sangat luar biasa? mengagumkan? tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada disitu, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diriNya sendiri. Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya.

Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan. Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini.

Saya harap mereka yang menonton The Passion Of Jesus Christ, tidak melihat saya sebagai aktornya. Saya hanyalah manusia biasa yang bekerja sebagai aktor, jangan kemudian melihat saya dalam sebuah film lain kemudian mengaitkannya dengan peran saya dalam The Passion dan menjadi kecewa. Tetap pandang hanya pada Yesus saja, dan jangan lihat yang lain.

Sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda …

 

Disadur dari berbagai sumber

Berpacaran…

Halo sobat muda Kristus … masih ingatkah kamu dengan beberapa kisah romantis seperti: “Romeo and Juliet”, “Cleopatra”, “Cinderella”, dan beberapa kisah romantis lainnya? Ya, entah kamu memercayainya atau tidak, tapi fakta membuktikan bahwa kisah ini telah berhasil membius jutaan anak muda dan remaja di seluruh penjuru dunia. Bahkan, kisah “Romeo and Juliet” diakui sebagai kisah cinta paling romantis sepanjang masa.

Kisah-kisah di atas merupakan contoh kisah cinta “zaman dahulu”. Pada masa kini, kisah-kisah romantis tetap digandrungi anak muda. Buktinya, beberapa tahun terakhir ini, bioskop-bioskop di seluruh dunia telah dibanjiri oleh jutaan pasangan, hanya untuk menonton film “Twilight”. Sepertinya, kita harus mengakui bahwa anak muda dan cinta merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Di mana ada anak muda, di sana kita temukan “cerita cinta”.

Sebagai anak muda, merupakan hal yang wajar apabila kita memiliki ketertarikan kepada lawan jenis, atau mungkin menjalin hubungan dengan seseorang sebagai pacar kita. Tuhan menciptakan kita sebagai makhluk yang memiliki rasa saling mengasihi. Tujuannya adalah supaya kita dapat saling mengasihi, baik mengasihi Tuhan, keluarga, kerabat, teman, dan pasangan (pacar). Namun, ketika kita berpacaran, bukan berarti kita memiliki kebebasan untuk melakukan apa pun yang kita mau.

Saat ini, banyak anak muda yang salah mengartikan arti cinta dalam berpacaran. Saat ini, cinta sering dihubung-hubungkan dengan berpelukan, ciuman, bahkan melakukan hubungan yang sepantasnya dilakukan oleh pasangan suami istri. Akibatnya, tidak sedikit anak- anak muda yang jatuh dalam dosa percabulan. Lalu, bagaimanakah dengan kita?

Firman Tuhan dalam Efesus 5:2-3, 8 telah berbicara banyak kepada kita. Tuhan mengatakan bahwa sebagai manusia, kita harus saling mengasihi karena Yesus telah mengajarkan dan memberikan teladan kepada kita tentang kasih. Namun, ketika kita mengasihi seseorang sebagai pacar, kita harus bisa membedakan mana wujud kasih yang benar dan yang tidak benar menurut Alkitab. Orang-orang dunia yang tidak mengenal Yesus sering menghubungkan cinta dengan ciuman, pelukan, seks, dan hal-hal lain yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Namun, tidak demikian dengan kita. Alkitab mengajarkan bahwa kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, dan masih banyak lagi seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 13:4-7. Seperti itulah kasih yang diharapkan oleh Tuhan Yesus. Sebelum mengenal Yesus, kita memang merupakan anak-anak yang masih tinggal dalam kegelapan karena kita belum mengetahui tentang kebenaran. Namun sekarang, kita adalah anak-anak kudus oleh karena pengorbanan Yesus di kayu salib. Yesus ingin kita hidup sebagai anak-anak terang di dunia ini. Terang itu bisa kita tunjukkan melalui perbuatan kita sehari-hari, yaitu perbuatan yang sesuai dengan firman Tuhan ketika kita menjalin hubungan dengan lawan jenis. Melalui renungan ini, marilah kita mulai mengubah seluruh pola pikir kita yang salah tentang pacaran dan cinta. Marilah kita mulai kembali dari kebenaran Alkitab. Tuhan Yesus memberkati.

Hari Ulang Tahun

Syalom sahabat Agape,dalam hidup ini ada satu hari yang selalu menjadi hari yang istimewa dalam hidup masing-masing kita,yaitu hari ulang tahun.Lagu “Happy birthday to you” dan acara tiup lilin dengan kue ulangtahun serta doa dan permohonan dari yang berulang tahun menjadi hal yang wajib dilakukan  bagi setiap orang yang merayakan ultahnya,baik secara sederhana maupun dengan pesta yang meriah.Saya teringat beberapa hari sebelum hari ultah saya,suami berkali-kali menanyakan apa yang saya inginkan sebagai hadiah ulang tahun saya.Saya berpikir sesaat,dan ternyata tidak ada lagi yang saya butuhkan saat itu,selain daripada apa yang telah saya miliki.Keluarga,kesehatan,pekerjaan sekaligus pelayanan,sukacita,dan jawaban-jawaban doa terhadap tiap pergumulan saya.Semua itu merupakan hadiah terindah yang Tuhan berikan kepada saya.PenyertaanNya sungguh sempurna dan luar biasa.

Sahabat Agape,jika kita semua masih diberikan kesempatan untuk mengalami dan menikmati hari ultah kita masing-masing,bersyukurlah untuk segala penyertaan Tuhan bagi kita.Kita semua sesungguh nya telah menerima hadiah yang tak ternilai,yaitu kesempatan hidup didunia dan berbagi kasih untuk sesama.Apalah gunanya harta,karena saat kita “berpulang” kerumah Bapa di Surga,kita tidak membawa apa pun.Dan satu hal yang bisa kita renungkan di hari ultah kita masing-masing,adalah bahwa hidup kita ini sangat singkat.Seperti yang tetulis dalam kitab Mazmur 103 : 15-18 Adapun manusia,hari-harinya seperti rumput,seperti bunga dipadang demikianlah ia berbunga;apabila angin melintasinya,maka tidak ada lagi ia,dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.Tetapi kasih setia Tuhan dari selama-selamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia,dan keadilan-Nya bagi anak cucu,bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya.

Nah,Sahabat Agape,dengan demikian marilah kita isi hidup anugerah Tuhan Yesus ini untuk melakukan apa yang dikehendaki-Nya.Dengan demikian kasih,keadilan,dan penyertaan Tuhan akan selalu tinggal atas kita dan keturunan kita.Berbahagialah jika kita masih menjumpai hari istimewa itu.Tidak perlu selalu dengan pesta meriah,karena dengan cara apa pun ungkapan syukur kita,Tuhan akan selalu menyertai kita semua sampai saat Ia memanggil kita kembali pulang.Amin.

 

Oleh Admin Sekretariat

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus,karena seluruh jemaat GMIT Agape telah  melaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka Paskah,antara lain :

1.Jalan Santai (Lihat Foto)

Jalan santai yang berlangsung pada hari Sabtu,21 Maret 2015 yang bertujuan untuk membangun kebersamaan dalam bergereja dan menyehatkan tubuh.Jalan santai menempuh jarak ±10 km,dengan start dan finish di gedung GMIT Agape Kupang.Kegiatan berlangsung sejak jam 5.30 wita sampai dengan jam 9.00 wita.

Sebelum dan sesudah jalan santai,jemaat melakukan pemanasan dan pendinginan dengan melakukan olahraga ringan lewat tarian ja’i dan poco-poco yang bertempat dilapangan basket gereja.Olahraga ini dipimpin oleh Bpk.Paul Dima dan Ibu Dhewi.

Seusai jalan santai dan pendinginan,dilanjutkan dengan acara doorprize dan test drive motor matic dari salah sponsor yaitu Dinamika Motor.Sponsor berasal dari anggota jemaat sendiri.

Adapun hadiah-hadiah doorprize yaitu : Hadiah Utama Uang Tunai Rp.500.000,-

Vocher cuci mobil untuk 5 orang dari Oto Fashion,Voucher makan senilai Rp.75.000,- untuk 1 orang dari Indo Pizza,Vocher belanja senilai Rp.100.000,- untuk 3 orang dari Marbel Fashion,Voucher Service motor + jaket untuk 3 orang dari Dinamika Motor,Voucher makan senilai Rp.100.000,- untuk 10 orang dari Depot Manna,Voucher belanja senilai Rp.150.000,- dari SMES Juice,Voucher belanja senilai Rp.250.000,- untuk 1 orang dari Bliko Mart,Voucher Gym selama 1 bulan untuk 2 orang dari Madagaskar Gym,2 buah kaos dari Beta Galery untuk 2 orang,Tongsis dan Flashdisk 8GB dari Raja Printer,2 unit HP Samsung Keystone,1 unit wireless mose,2 unit setrika listrik maspion,1 unit setrika listrik Philips,2 unit dispenser Cosmos,2 unit penanak nasi Miyako,1 unit blender Miyako 3 in 1,1 unit kompor gas kecil,1 unit Hi-Fi Stereo headphones Nexia,1 unit USB HUB,1 unit silicone keyboard Buff Tech,1 unit notebook cooler K-8058F,1 unit stand fan Miyako,2 unit kipas angin meja Sanex,1 unit penanak nasi Maspion,1 unit HP Maxtron.

Total hadiah senilai 7jtaan.

2.Donor Darah bersama PMI Cabang Kupang yang berlangsung pada hari Minggu 22 Maret 2015 seusai ibadah Minggu,jam 11.00-13.00 wita,bertempat diruang sekolah minggu GMIT Agape Kupang (Lihat Foto).

3.Kuis Rangking 1 (Lihat Foto)

Kuis berlangsung pada hari Minggu 29 Maret 2015seusai ibadah minggu jam 11.00-13.00 wita.Kuis ini berhadiah uang tunai Rp.2.000.000,-.Dan dimenangkan oleh Pricilla Daud (Nona),yang berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan serta menyisihkan 40 peserta lainnya,dan membawa pulang hadiah uang tunai senilai Rp.1.450.000,-.Untuk kuis ini total ada 50 pertanyaan(bahan kuis diambil dari kitab Matius,Markus,Lukas dan Yohanes), ditambah 6 buah lagu yang diambil dari PPK (Puji-Pujian Kristen) & lagu-lagu persekutuan yang sering dinyanyikan.

4.Ibadah Refleksi Paskah dan Doa Puasa yang berlangsung pada hari Rabu,jam 19.00-21.00 wita

(Baca Renungan)

 

5.Ibadah Jumat Agung,Baptisan Kudus 4 orang anak dan Perjamuan Kudus (Lihat Foto)

Ibadah berlangsung pada hari Jumat,3 April 2015.Ibadah Jumat Agung dan Baptisan Kudus berlangsung pada jam 9.00-11.00 wita,dilanjutkan dengan buka puasa bersama.Sedangkan perjamuan kudus berlangsung pada jam 17.00-18.30 wita.

6.Pawai Paskah (Lihat Foto)

Pawai Paskah berlangsung pada hari Senin,6 April 2015 jam 14.00-00.00 wita.Start Jl.El Tari 1,finish di GMIT Talitakumi Pasir Panjang Kupang.Pawai di ikuti oleh peserta dari tiap-tiap komisi,dan mendapatkan tema Yesus Menyucikan Bait Allah.

 


“”

From Pawai Kemenangan,6 April 2015, posted by Ingrid Aprolyne Boesday on 4/11/2015 (132 items)

Generated by Facebook Photo Fetcher 2


Salibnya Pendek

Alkisah ada sekelompok orang saleh mengadakan ziarah sambil memikul salib. Perjalanannya sulit. Terdengar banyak keluhan dan rintihan. Salah seorang dari antara para peziarah itu merasa salibnya terlalu berat untuk dipikul. Oleh sebab itu, ia memotong sebagian salibnya sehingga menjadi pendek.

Setelah berjalan beberapa hari, para peziarah itu mendekati tanah perjanjian yang penuh dengan sukacita dan damai abadi dalam hadirat Allah. Tetapi, mereka masih menghadapi suatu rintangan yang harus diatasi. Ada sebuah jurang terbentang lebar di antara mereka dan sorga. Bagaimana mereka dapat menyeberanginya? Salah seorang di antara mereka dapat mengatasinya, yaitu bahwa setiap orang menggunakan salibnya sebagai jembatan. Ternyata ukuran salib mereka persis pas untuk menjembatani jurang itu. Maka, semua pemikul salib dapat menyeberangi dengan selamat sampai ke sorga, kecuali seorang yang telah memotong salibnya agar lebih ringan.

Menyangkal diri adalah bila kehendak diri sendiri berbenturan dengan kehendak Allah, maka kita memilih melakukan kehendak Allah.

 

« Older Entries     Newer Entries »