header image
 

All posts in April 28th, 2015


From Paskah ASM GMIT Agape,12 April 2015, posted by Ingrid Aprolyne Boesday on 4/25/2015 (30 items)

Generated by Facebook Photo Fetcher 2


GEREJA: Tempat Untuk Bertumbuh

Baca:  Efesus 4:1-16

“Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, –yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota–menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.”  Efesus 4:16

Bayi yang baru lahir akan bertumbuh dan berada dalam sebuah keluarga baru yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.  Demikian pula Tuhan menempatkan setiap orang yang  ‘lahir baru’  berada dalam satu keluarga rohani yang secara bersama-sama hidup dalam sebuah persekutuan yang karib, saling berkomitmen dan bertumbuh bersama di dalam Tuhan dengan menempatkan Kristus dan ajaran-Nya sebagai teladan utama.  Di dalam gereja yang berfungsi keluarga inilah terjadi proses  ‘saling’  guna terwujudnya keluarga yang utuh dan sempurna.

Agar kita mengalami pertumbuhan rohani yang sehat tidak ada jalan lain selain kita harus berada dalam suatu keluarga, dengan cara bergabung dan tertanam dalam gereja lokal sebagai tempat mempraktekkan gaya hidup sorgawi secara efektif, kontinyu dan konsisten.  Di gereja lokal inilah kita mengalami Kristus bersama-sama, membangun hubungan dengan dasar kasih Tuhan, terikat komitmen dan dapat berperan sebagaimana mestinya.  “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.”  (Efesus 2:19-22).

Namun banyak orang Kristen tidak mau tertanam di gereja lokal sehingga keberadaan mereka tidak lebih dari seorang simpatisan, suka sekali berpindah-pindah gereja dan hunting pengkhotbah sesuai dengan selera hati.  Karena suka berpindah-pindah akhirnya mereka tidak punya komitmen apa pun.  Padahal dalam sebuah keluarga ada rasa saling:  saling mengasihi, saling melayani, saling memperhatikan, saling menopang, saling menguatkan, saling menghibur dan sebagainya.

Jika kita tidak mau memiliki komitmen dan tertanam di sebuah gereja lokal sebagai bagian dari keluarga, sampai kapan pun kita tidak akan bertumbuh!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup

Cinta Yang Tak Berkesudahan…

Ada seorang pria yang memiliki kekasih yang sangat dicintainya dengan sepenuh hati. Apapun dilakukan demi menunjukkan rasa cintanya pada permata hatinya ini. Suatu saat, pria ini berkata kepada kekasihnya, “Kekasihku, aku akan memberikan apapun yang kamu minta, asalkan aku menilai hal itu baik buatmu. Karena aku tidak ingin melihat engkau kecewa dengan pilihanmu yang salah”.

Hari demi hari berlalu mengiringi perjalanan cinta mereka. Pria ini tak pernah memalingkan hatinya atau melupakan kekasihnya. Sementara sang wanita merasa berbahagia memiliki pria ini. Hingga suatu hari, wanita ini meminta sesuatu dari kekasihnya. Dia menginginkan sebuah kalung dengan berlian pada liontinnya. Ketika pia ini mendengar permintaan kekasihnya, dia menolak. Dia berkata, “Kekasihku, bukannya aku tidak mau atau tidak bisa membelikanmu kalung itu. Tapi sangat berbahaya bila engkau memakai kalung itu. Bila ada orang yang gelap mata, dia akan merampas kalung itu dan kalau itu terjadi, bukan hanya kamu yang celaka, aku juga akan sangat menderita melihatmu seperti itu. Aku hanya tidak mau kamu mendapat celaka”. Tapi kekasihnya terus meminta kalung itu dan tidak mau mendengar nasehatnya. Akhirnya kalung itu pun dibeli dan dipakai oleh sang wanita.

Selang beberapa hari, apa yang ditakutkan oleh pria ini benar-benar terjadi. Ada 2 orang penjahat yang merampas kalung itu saat kekasihnya sedang mengendarai motor. Kalung itu pun terampas dan wanita ini terjatuh dari motornya. Mendengar berita ini, si pria langsung menemui kekasihnya, membawanya pulang dan mengobati lukanya. Dengan menangis, pria ini berkata, “Mengapa engkau tidak mau menuruti kata-kataku? Engkau mendapat celaka seperti ini, aku merasa sepuluh kali lebih sakit daripadamu”. Wanita ini menangis, dia menyesal dan berkata, “Maafkan aku, aku bersalah padamu karena tidak mendengar perkataanmu dan menuruti keinginanku sendiri. Aku menyesal. Maukah engkau memaafkan aku?”. Dengan penuh cinta kasih pria ini memeluk kekasihnya dan berkata, “Aku memaafkanmu sejak tadi. Aku bahagia karena aku bisa memelukmu dalam keadaan engkau masih hidup. Mulai sekarang, turutilah perkataanku karena aku tidak pernah akan membiarkanmu celaka”. Kekasihnya mengangguk dan mereka menangis bahagia…

SOBAT.. Bukankah cerita itu mirip dengan hidup kita sehari-hari yang kita lewati bersama TUHAN? Tuhan adalah pria itu dan kita adalah sang wanita. Ketika awal kita mengenal DIA, kita berkobar-kobar dan melalui setiap detik dalam hidup dengan bahagia. Tetapi dengan berjalannya waktu, saat kita menginginkan sesuatu dan memohon padaNYA, seringkali permohonan kita tidak sesuai dengan kehendak TUHAN. Tapi kita terus memaksa dan merengek seperti anak kecil. Saat TUHAN benar-benar mengabulkan permohonan kita, belum tentu itu baik buat kita. Malah bisa-bisa kita kecewa karena menuruti keinginan kita sendiri. Saat itu terjadi, barulah kita ingat padaNYA, kita menyesal dan minta ampun.

Beruntunglah karena kita memiliki ALLAH yang Maha Pengampun. Dia tidak pernah menolak bila kita memohon ampun atas semua kesalahan dan kekerasan hati kita.

TUHAN tidak pernah meninggalkan kita. Tetapi seringkali kita yang meninggalkanNYA. Dan apa yang DIA lakukan? Denga sabar DIA menunggu kita kembali padaNYA.

SOBAT, ingatlah :

Saat kita berhenti melangkah jauh dariNYA, maka DIA tersenyum…
Saat kita menoleh padaNYA, maka DIA tertawa…
Saat kita berbalik padaNYA, maka DIA membuka kedua tanganNYA…
Saat kita melangkah 1 Langkah ke arahNYA, maka DIA akan BERLARI 1000 LANGKAH MENGHAMPIRI KITA….
Sungguh cintaNYA pada kita takkan pernah berkesudahan..

Disadur dari Renungan Harian

Benang Emas Anak Kecil…

Matius 18:1, 4; 2 Korintus 5:7

Suatu kali murid-murid datang kepada Yesus dan bertanya, Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga? Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan berkata, Barangsiapa … menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dunia selalu mengajarkan kita untuk beralih kepada kedewasaan yang penuh untuk dapat meraih kesuksesan hidup. Jadi apakah yang hebat dari hal menjadi seorang anak kecil dalam pengajaran Yesus ini? Apakah benang emas yang dapat kita ambil untuk menyambungkan hal menjadi seorang anak kecil dan hal menjadi terbesar dalam Kerajaan Sorga? Benang emas dari kehidupan seorang anak kecil adalah kemampuan mereka untuk memercayai seseorang dan menggantungkan diri mereka sepenuhnya kepada orang yang mereka percayai. Anak-anak tidak menuntut bukti dari perkataan seseorang untuk dapat menjadi percaya, namun hanya dengan ucapan kata-kata saja mereka dengan mudah dapat memercayai orang tersebut. Sementara orang dewasa menuntut sebuah bukti ataupun tanda untuk dapat memercayai seseorang. Kehidupan yang dijalani seorang anak kecil bertentangan dengan model kehidupan Thomas – melihat lalu percaya, juga kehidupan Farisi dan Saduki – meminta tanda lalu percaya. Kehidupan seperti inilah yang biasanya dijalani banyak orang, sehingga Yesus mengambil contoh seorang anak kecil untuk mengajarkan kita sebuah kebenaran penting dan sangat mendasar untuk hidup kekristenan kita, yaitu hidup karena percaya bukan karena melihat. Belajarlah dari kehidupan seorang anak kecil, yaitu kehidupan yang memercayai janji-janji Tuhan dan menggantungkan kehidupan kita sepenuhnya kepada Tuhan. Kitab Ibr 11 menguraikan panjang lebar tentang orang-orang besar dalam Kerajaan Sorga karena keberhasilan iman mereka kepada Tuhan yang tanpa syarat. Tetap memercayai Tuhan di tengah kabut kelam (Yusuf), tetap memegang teguh prinsip kebenaran Tuhan sekalipun diperhadapkan pada situasi tanpa jalan keluar (Sadrakh, Mesakh, dan Abednego), tetap memegang janji-janji Tuhan di tengah situasi yang tanpa harapan (Abraham dan Sara), tetap memercayai kemampuan Tuhan untuk menyatakan mukjizat di tengah kemustahilan (Musa dan Laut Merah). Bagaimana dengan kita? Sejauh manakah kepercayaan kita kepada Tuhan dan seberapa dalamkah penyerahan kita kepada Tuhan? Anak kecil memerlukan orang dewasa yang dapat mereka percayai untuk membuat mereka tinggal nyaman. Demikian kita pun memerlukan Seseorang yang dapat kita andalkan dan percayai dalam melewati dunia yang penuh air mata dan kepedihan. Dunia membuat kita berkecil hati tapi iman kepada Tuhan membuat kita tinggal nyaman. Ada begitu banyak hal dalam dunia yang membuat kita menjadi takut, tetapi masih ada jauh lebih banyak dalam iman kita untuk membuat kita menjadi tidak takut.

Disadur dari Renungan Harian Manna Sorgawi

Orang Ketiga Terkaya Didunia…

Pengkhotbah 9:10; 11:1

Nama Amancio Ortega Gaona mungkin masih terasa asing di telinga kita. Namun pada Maret 2014, ia dinyatakan sebagai orang terkaya ke-3 di dunia, setelah Bill Gates dan Carlos Slim Helu. Kekayaan Ortega diperkirakan mencapai 56 miliar dollar. Ortega dikenal sebagai pendiri Zara, sebuah merek fashion terkenal. Di belahan bumi lainnya, di Paris, Milan, New York, bahkan Jakarta, Ortega berhasil membangun kerajaan fashion yang menjangkau lebih dari 80 negara. Akan tetapi, tidak ada yang menyangka bahwa orang terkaya ke-3 di dunia ini berasal dari pelosok, dari keluarga yang miskin! Ortega lahir di Busdongo de Arbas, sebuah dusun berpopulasi 60 orang di Spanyol, pada tahun 1936, ketika Perang Saudara meletus di Spanyol. Ayahnya bekerja sebagai pekerja kereta api, sementara ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ketika Ortega masih kecil, keluarganya pindah ke La Coruna. Di sana, rumahnya tidak lain adalah sebuah rumah petak yang berbatasan dengan rel kereta api, yang sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat tinggal para pekerja rel kereta api.
Memasuki usia remaja, Ortega menemukan pekerjaan sebagai pelayan toko untuk pembuat baju lokal. Pada usia 16 tahun, Ortega menyimpulkan bahwa uang bisa didapatkan dengan cepat ketika dia bisa memberikan kepada pelanggan apa yang mereka inginkan. Maka, dia harus mencari tahu apa yang benar-benar diinginkan orang lain, kemudian membuatnya. Ortega kemudian menemukan lingkungan yang ideal: Galicia. Di kota itu ada ribuan laki-laki yang melaut. Mereka meninggalkan istri mereka berjuang sendirian di rumah. Lalu, Ortega mulai mengorganisir ribuan perempuan membentuk korporasi menjahit. Setelah memiliki uang tunai yang cukup, Ortega membuka toko pertamanya di tahun 1975, dua blok dari tempat kerja di masa remajanya. Dia menamakannya Zara. Butuh waktu 10 tahun bagi Ortega untuk mendirikan perusahaan induk, Inditex, dan membuka gerai internasional pertamanya di Portugal, yang mana sumber daya manusianya lebih murah daripada Spanyol. Sekarang, ada 46 toko Zara di Amerika Serikat, 347 di Tiongkok, dan 1.938 di Spanyol!
Ortega membangun bisnisnya pada dua aturan dasar, yaitu memberikan pelanggan apa yang mereka inginkan dan memberikan lebih cepat daripada orang lain. Kedua prinsip inilah yang menjadi salah satu rahasia sukses Inditex. Di samping itu, tekad yang kuat juga menjadi pemicu kesuksesan Ortega. “Kemiskinan jelas membentuk siapa dia. Ada rasa lapar akan kesuksesan di sana,” kata Blanco, penulis biografi Ortega.
Apa pun latar belakang kita, bagaimanapun keadaan kita saat ini, kita tetap bisa mewujudkan cita-cita kita untuk menjadi orang yang berhasil. Kuncinya adalah kita harus mempunyai tekad yang kuat untuk berhasil serta memberikan pelayanan yang terbaik kepada orang lain.

Disadur dari Renungan Harian Manna Sorgawi


From Ibadah Jumat Agung & Baptisan Kudus,Jumat 3 April 2015, posted by Ingrid Aprolyne Boesday on 4/16/2015 (60 items)

Generated by Facebook Photo Fetcher 2