header image
 

All posts in February, 2015

Belas Kasih..

Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Matius 24 : 12

 Bacaan : Matius 10 : 16 – 33

Ketika kamu membaca berita, hampir setiap hari akan kamu temui berita mengenai anak tega membunuh orang tuanya, orang tua tega menghamili anak kandungnya sendiri, orang tua berzinah dengan anaknya, suami tega membunuh istrinya atau orang tua tega membunuh anaknya dengan berbagai motif. Macam – macam saja alasan mereka, ada yang alasan ekonomi, hasrat seksual, harta benda, atau tak mampu menahan emosi. Apapun alasan mereka, menurutmu apa alasan mendasar mereka tega melakukan itu semua? Tidak adanya kasih. Semua agama di dunia mengajarkan kasih, namun kalau setiap manusia, termasuk orang Kristen, tidak memiliki kasih dalam hatinya maka kedurhakaanlah yang kita perbuat.

Sebagai seorang Kristen, apakah Anda hanya diam saja melihat keadaan ini atau Anda melakukan suatu aksi? Tuhan tak ingin Anda diam berpangku tangan dan menganggap ini memang tanda-tanda akhir jaman, bisa apa saya? Tuhan mau kita waspada dan memiliki kasih, karena kalau tidak kita sama seperti mereka dan bukan hal yang mustahil suatu saat kita bisa melakukan tindakan keji seperti di atas. Lalu bagaimana cara sederhana untuk kita mengetes diri apakah kasih kita masih panas atau dingin? Lihatlah reaksi hati Anda. Apakah Anda akan langsung menolong saat ada orang kecelakaan atau menganggap itu bukan urusanku? Apakah hati Anda langsung tersentuh dan berempati melihat seorang anak miskin di tolak masuk RS saat sakit dan terpaksa menginap di tempat-tempat/sarana umum atau Anda menganggap itu lumrah terjadi? Orang Kristen identik dengan kasih. Sudahkah Anda mempraktekkan kasih hari ini di tengah dunia yang jahat? Mari kita mengasihi satu sama lain dengan tulus selagi masih ada waktu.

 

 Disadur dari Renungan Harian Breakthrough

 

Kasih yang Sempurna..

Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Roma 5 : 8

 Bacaan : I Korintus 13 : 1 – 13

Jika seseorang yang Anda kasihi mendapatkan kecelakaan dan seluruh tubuhnya luka-luka, terbakar dan cacat, apakah Anda tetap mengasihi orang itu? Saat suami yang Anda kasihi mendadak bangkrut atau di diagnosa dokter menderita penyakit yang mematikan, tetapkah Anda mengasihinya? Cukup sulit untuk menjawab pertanyaan ini. Namun kalau kita sungguh-sungguh mengasihi, kita tentu tidak akan ragu untuk tetap mengasihinya apapun yang terjadi.

Kasih yang sempurna pernah dilakukan seorang ibu dari suatu jemaat . Ibu ini melahirkan anak yang menderita down sydrome. Anda semua tentu tahu, bukan perkara yang mudah mengasuh seorang anak down syndrome. Ibu ini kerap menangis dalam hati saat orang-orang melihat dengan pandangan aneh ketika dia mengajak anaknya berjalan-jalan ke mall saat mulai beranjak besar, ia harus sabar mendengar omongan negatif dari beberapa orang, dan luar biasa sabar mengajarkan anaknya karakter dan kebiasaan yang positif. Walaupun berat, ibu ini percaya rencana Tuhan tetaplah yang terbaik walaupun manusia memandang itu tidak baik. Kegigihan sang ibu membesarkan anaknya tak sia-sia. Kini anak tersebut tumbuh menjadi anak yang berprestasi dan hebat dalam memainkan sebuah alat musik.

Renungan hari ini mengajak kita bertanya pada diri sendiri, sudahkah kita mengasihi dengan sempurna? Apakah kita hanya mengasihi saat mendapat timbal balik? Apakah kita tetap mengasihi walaupun orang yang kita kasihi mendukakan hati? Kasih yang sempurna sudah Tuhan lakukan untuk kita, hendaknya kita pun membalas kasih Tuhan dengan mengasihi orang-orang yang menderita, kesusahan dan mengalami masalah, yang Tuhan ijinkan datang dalam hidup kita.

 Disadur dari Renungan Harian Breakthrough

 

Ren Min Ai Wu..

“Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.” Matius 15 : 32

 Bacaan : Matius 15 : 32 – 39

Shang Tang adalah pendiri Dinasti Shang (Sekitar 1600 – 1100 SM) yang mencintai kebajikan. Dia sangat peduli pada rakyatnya dan menunjukkan perikemanusiaan bahkan terhadap hewan. Pernah pada suatu hari ketika berkeliling negeri bersama para pengawalnya, dia mendapati seorang pemuda yang bekerja sebagai penangkap burung. Dengan jaring yang di tempatkan di sekeliling pepohonan, pemuda ini berhasil menangkap berbagai burung besar maupun kecil. Melihat kejadian ini, Shang Tang menegor pemuda ini namun tidak menghukumnya. Shang Tang lalu menyarankan pemuda ini membuat tiga lubang di setiap sisi jaring dan membiarkan sisi lainnya tetap utuh. Dengan membuat tiga lubang di jaring-jaringnya, maka hanya burung yang tidak peka saja yang akan terperangkap. Cerita Shang Tang membuat tiga lubang pada jaring-jaring untuk membebaskan burung menjadi legenda sampai hari ini. (*Sumber : Buku Values For Success – Kindness, Elex Media Komputindo).

Cinta pada sesama manusia dan hewan, itulah judul renungan kita. Kebaikan yang Anda tabur selama hidup akan membuat sesama terus mengingat Anda walaupun sudah ratusan tahun lalu Anda mati. Yesus sudah memberikan teladan cinta kasih kepada kita semua, namun sudahkah Anda mempraktekan cinta kasih pada sesama manusia dan hewan dalam hidup? seperti apakah Anda ingin di kenang setelah mati? Apakah Anda ingin di kenang sebagai seorang yang selalu kerja dan kerja atau orang selalu rajin ke gereja dan menjadi aktivis gereja, namun tak pernah menabur kebaikan? Tuhan tentu tak ingin Anda hanya sekedar hidup dan beraktifitas, namun Tuhan ingin Anda mempraktekkan kasih walaupun kelihatan sangat kecil. Anda mungkin tidak bisa memberi makan empat ribu orang seperti yang Yesus lakukan, namun Anda bisa memberi segelas teh hangat untuk orang yang berteduh di halaman rumah Anda saat hujan lebat atau memberikan tempat duduk untuk ibu hamil saat Anda naik bus kota. Sudahkah Anda mencintai sesama?

 

 Disadur dari Renungan Harian Breakthrough

Semangkuk Bakmi.

Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?” Yunus 4 : 11

Bacaan : Yunus 4 : 1 – 11

Di suatu desa, tinggalah seorang gadis bersama ibunya. Suatu hari, keduanya bertengkar dengan hebat dan akhirnya sang ibu dengan marah menggusir anaknya agar pergi keluar rumah. Dengan berlinang air mata, gadis ini lalu berjalan dan terus berjalan sampai akhirnya tiba di suatu kota. Gadis ini akhirnya merasa lapar dan ingin mengisi perutnya dengan semangkuk mie di sebuah warung mie yang berada tepat didepannya. Apa daya dompetnya tertinggal dirumah saat dia pergi tadi. Dalam kebingungan, sang pemilik warung mie keluar dan bertanya kepadanya mengapa dia kelihatan sedih dan hanya diam di depan warung mie-nya. Gadis ini lalu berkata bahwa dirinya lapar dan ingin sekali makan, namun tak membawa uang. Pemilik warung mie yang baik ini lalu berkata kepada gadis itu untuk masuk saja dan makan, semuanya itu gratis khusus untuknya.

Saat menunggu mie selesai di buat, gadis ini kembali menangis karena ternyata masih ada orang baik. “Kenapa kamu menangis?” tanya pemilik warung mie dengan hati-hati, takut menyinggung perasaannya saat dia mengantarkan semangkuk mie lengkap dengan segelas minuman. “Ah, tidak apa-apa. Saya merasa terharu dengan sikap Anda. Anda sama sekali tidak mengenal saya, namun begitu mudah menolong saya. Sedangkan orang tua saya hanya karena masalah kecil memarahi dan menggusir saya” ucap gadis itu sambil mengusap air matanya. “Jangan begitu. Jangan melebih-lebihkan kebaikan saya hanya karena satu perbuatan baik. Orang tuamu jauh lebih baik daripada saya karena mereka pasti sudah tak terhitung banyaknya memberikan kamu makanan dan perhatian sejak kamu lahir sampai sekarang,” ucap pemilik warung dengan bijaksana. Ucapan pemilik warung mie itu mendadak menyadarkan gadis itu bahwa dirinya keliru memandang orang tuanya. Dia lupa akan segala kebaikan ibunya hanya karena satu pertengkaran kecil. Setelah menghabiskan mie dan mengucapkan terima kasih, bergegas dia kembali pulang. Setelah berjam-jam berjalan akhirnya dia sampai di depan rumahnya dan mencium bau harum masakan. Ketika ibunya melihat dirinya masuk, ibunya lalu berkata dari dapur “Kemarilah nak, ibu sedang memasak mie kesukaanmu.” Gadis itu sambil menangis lalu memeluk ibunya dan keduanya bertangis-tangisan.

Tanpa kita sadari, seringkali kita bersikap seperti gadis itu kepada Tuhan atau orang tua kandung kita. Hanya karena masalah kecil atau hanya karena Tuhan tak mengabulkan salah satu permintaan kita, kita ngambek kepada Tuhan. Kita merasa Tuhan kok tidak adil, kok Tuhan lebih mengasihi orang yang tidak percaya kepada-Nya, kok Tuhan tidak mau mengabulkan permintaan saya padahal saya sudah hidup taat sesuai firman-Nya, kenapa Tuhan malah memberikan saya berbagai cobaan dan penderitaan sedangkan orang lain yang seenaknya jatuh dalam dosa selalu diberkati? Kita menjadi lupa diri bahwa sejak kita lahir sampai sekarang, tak terhitung banyaknya kasih Tuhan yang kelihatannya tak nampak karena setiap hari kita menikmatinya. Kita setiap hari bisa bernafas dengan mudah tanpa perlu membeli tabung oksigen, ginjal kita bisa bekerja dengan baik sedangkan banyak orang harus cuci darah supaya bisa tetap hidup, kita masih bisa bekerja sedangkan banyak orang di luar sana menjadi pengangguran, kita masih bisa berjalan ke sana ke mari dengan kedua kaki kita sedangkan banyak saudara kita hidup diatas kursi roda, dan masih banyak lagi.

Tuhan selalu mengasihi kita semua dan pasti ada rencana yang indah di balik setiap penderitaan yang Tuhan ijinkan menimpa Anda. Tuhan yang kita sembah hari ini adalah Tuhan yang sama ketika dia mengasihi dan mengampuni orang-orang Niniwe. Tak hanya mengasihi manusia yang jahat, Tuhan juga mengasihi ternak mereka. Ternak yang banyak, kata-kata mengharukan itu masih mendengung ketika Yunus kembali kenegerinya dengan penuh rasa malu. Kita seharusnya malu seperti Yunus kalau selalu lemah rohani hanya karena gesekan-gesekan kecil. Mari kita belajar mengucap syukur dan memandang dengan positif hidup ini karena hidup ini indah dan kasih Tuhan selalu ada untuk Anda dan saya kemarin, hari ini dan sampai selama-lamanya.

Disadur dari Renungan Breakthrough

 

Tegar dan Setia.

Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya. Amsal 12 : 4
Bacaan : Rut 1 : 1 – 19

Pernahkah Anda membayangkan harus mendampingi suami yang sedang sakit parah seperti kanker atau mengalami kasus pidana yang sangat berat? Mungkin Anda sangat berharap hal itu tidak akan pernah terjadi dalam keluarga Anda, namun kalau Tuhan menguji kesetiaan Anda melalui masalah suami, apakah yang akan Anda lakukan? Novarina, isteri Wiliardi Wizard dan Ida Laksmi, isteri Antazari Azhar menjadi buah bibir beberapa waktu lalu karena kasus yang menimpa suami-suami mereka. Kita tidak akan membahas apakah benar atau salah kasus suami mereka, namun kita akan lihat ketegaran dan kesetiaan seorang isteri.

 

Sebagai seorang isteri, tentu perasaan kita sangat tertekan kalau suami kita mengalami masalah berat dan banyak orang membicarakan atau menekan keluarga kita. Kita bisa stress, pingsan atau memilih mengurung diri. Sebagai wanita biasa, mereka memberikan kita teladan untuk tetap setia dan tegar dalam suka dan duka. Kisah yang sama namun sedikit berbeda juga di contohkan Rut. Walau suaminya sudah mati dan dirinya masih muda, Rut memilih ikut Naomi apapun yang terjadi karena Rut tegar dan setia. Rut tak tega membiarkan Naomi yang tua dan sebatang kara, pulang sendirian ke Betlehem. Berkat akhirnya turun kepada Rut, bahkan Yesus lahir dari garis keturunannya (Matius 1 : 5).

 

Rut, Novarina dan Ida Laksmi hanya isteri biasa seperti kita semua, namun mereka menjadi isteri luar biasa dan menjadi inspirasi banyak orang karena begitu tegar dan setia mendampingi suami. Bagaimana dengan Anda? Isteri yang setia adalah saluran berkat Tuhan. Jadilah isteri yang tegar dan setia sehebat apapun badai hidup menghantam keluarga Anda.

 

Di Sadur Dari : Renungan Harian Spirit Woman

 

 

 

Suatu hari seorang penceramah terkenal membuka seminarnya dengan cara yang unik.

Sambil memegang uang pecahan Rp. 100.000,00.- ia bertanya kepada hadirin,”Siapa yang mau uang ini?”

Tampak banyak tangan diacungkan. Pertanda banyak minat.

“Saya akan berikan ini kepada salah satu dari Anda sekalian,tapi sebelumnya perkenankanlah saya melakukan ini.”

Ia berdiri mendekati hadirin. Uang itu diremas-remas dengan tangannya sampai berlipat2.

Lalu bertanya lagi, “Siapa yang masih mau uang ini?”

Jumlah tangan yang teracung tak berkurang.

“Baiklah,” jawabnya, “Apa jadinya bila saya melakukan ini?” ujarnya sambil menjatuhkan uang itu ke lantai dan menginjak-injaknya dengan sepatunya.

Meski masih utuh, kini uang itu jadi amat kotor dan tak mulus lagi.

“Nah, apakah sekarang masih ada yang berminat?”

Tangan-tangan yang mengacung masih tetap banyak.

“Hadirin sekalian, Anda baru saja menghadapi sebuah pelajaran penting. Apapun yang terjadi dengan uang ini, anda masih berminat karena apa yang saya lakukan tidak akan mengurangi nilainya. Biarpun lecek dan kotor, uang itu tetap bernilai Rp. 100.000,00.-

Dalam kehidupan ini kita pernah beberapa kali terjatuh, terkoyak, dan berlepotan kotoran akibat keputusan yang kita buat dan situasi yang menerpa kita. Dalam kondisi seperti itu, kita merasa tak berharga, tak berarti. Padahal apapun yang telah dan akan terjadi, Anda tidak pernah akan kehilangan nilai di mata mereka yang mencintai Anda, terlebih di mata Tuhan.

Disadur dari Renungan Harian Spirit

Tema : Bertumbuh Dalam Kasih

Pembicara : Pdt.Anthoneta Manobe,S.Th

Nats Pembimbing : 1 Korintus 13 :1-13

Pertumbuhan Kasih

 Kasih itu bagaikan sungai yang mengalir.Untuk dapat mengalirkan air yang bersih keberbagai tempat,tentunya sungai tersebut harus memiliki sumber yang murni.Sungai itu juga tidak dapat merupakan sebuah tempat yang tertutup,yang tidak memiliki jalur aliran air,karena jika demikian maka sungai itu hanya akan menjadi sebuah kubangan,yang lama kelamaan akan berbau tidak sedap.

Demikianlah kasih dalam kehidupan orang Kristen.Kita tidak   hanya dapat memiliki sumber kasih yang murni,yang berasal dari Kristus,tetapi kita juga harus mengasihi orang lain,karena kita terlebih dahulu telah menerima kasih itu.Kita telah menerima kasih dan pengorbanan yang demikian besar dari Tuhan Yesus Kristus untuk menebus dosa kita.Dan menjadi sumber kasih adalah sama dengan menjadi saluran berkat bagi sesama.

Ada suatu pernyataan demikian “Kasihilah,sampai kasih itu melukai anda”.Dengan merasa terluka,kita tahu bahwa memang demikianlah kasih itu.Tetapi bukan berarti kita mengasihi dalam konteks yang salah.Misalnya dalam suatu hubungan persahabatan,kita mengasihi teman kita,tetapi bukan berarti saat dia melakukan kesalahan,karena kita mengasihinya,maka kita membiarkan dia begitu saja.Sebaliknya,kita harus menegur dia,dan tidak berkompromi dengan kesalahan tersebut.

Jika kita hanya mengasihi orang yang mengasihi kita,orang lain yang bukan orang percaya pun demikian.Tetapi sebagai orang Kristen,hendaklah kita memiliki kasih yang berasal dari Kristus,kasih yang murni,kasih yang memberi tanpa mengharapkan imbalan yang setimpal.Inilah yang menjadi  faktor   pertumbuhan kasih,yaitu motivasi akan pernyataan kasih Allah. Karena Allah sudah terlebih dahulu mengasihi kita.Tetapi didalam perjalanan kasih itu,ada yang bisa menghambat pertumbuhannya,antara lain : merasa diri paling mampu secara intelektual,merasa diri paling beriman,dan merasa diri paling murah hati (ayat 3 “Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku,bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar,tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku).

Semua itu bersumber dari dalam diri kita.Apakah kita mau menjadi saluran kasih yang memberkati,ataukah malah sebaliknya?Marilah kita sebagai orang percaya,melakukan kasih itu setiap hari,tanpa mengharapkan imbalan,dan menjadi teladan didalam kasih itu.

Demikianlah tinggal ketiga hal ini,yaitu iman,pengharapan dan kasih,dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.1 Korintus 13 :13

Tempat :  Lt.2 Gedung GMIT Agape

Waktu :  17.00-19.30 WITA

MC  : Bpk.Paul Dima & Sdri.Vitha Nussy

Doa Pembuka : Sdri.Nuke

Kolektor : Sdra.Roland Kisek

Doa Syafaat : Ev.Elen Amallo,S.Pdk

Doa Penutup&Berkat : Pdt.Anthonetha Manobe,S.Th

Download (PDF, Unknown)

    Newer Entries »