header image
 

All posts in February, 2015

Janganlah Kamu Merupakan Pasangan Yang Tidak Seimbang

 

Sejak muda, Mark Twain tidak mengakui keberadaan Tuhan. Tahun 1868, pria yang populer ini berkenalan dengan Olivia, seorang gadis cantik yang takut akan Tuhan. Mark jatuh cinta pada pandangan pertama kepada gadis yang dididik dalam keluarga Kristen yang taat itu. Olivia tahu bahwa Mark tidak percaya kepada Tuhan, tetapi cinta yang kuat seperti maut itu akhirnya mengantar Olivia menjadi istri Mark. Olivia menikah dengan syarat : Mark tidak boleh menghalanginya untuk beribadah.

Mark memang memberi kebebasan kepada Olivia untuk beribadah, tetapi ia kerap mengatakan tidak melihat manfaat ibadah yang dilakukan istrinya itu. Waktu yang berjalan mengikis iman Olivia, kini imannya yang dulu berapi-api menjadi redup. Di satu titik, Olivia menjadi lesu, tidak lagi pergi beribadah, dan sama sekali tidak bersaat teduh seperti yang dulu.

Rumah tangga Mark dan Olivia sering dirundung malang. Dua orang anak mereka meninggal dalam usia yang muda. Kondisi ini tentu melukai hati mereka, terlebih Olivia. Mark kerap menemukan Olivia sedang menangis pada malam hari. Jika sudah demikian, Mark mencoba menghiburnya, “Apabila dalam kesedihan engkau merasa perlu berdoa dan pergi ke Gereja untuk menenangkan hatimu, lakukanlah! Aku mendukungmu dengan sepenuh hati.” Namun Olive menjawab “Mark, sejak menikah denganmu, imanku semakin hari semakin pudar dan setelah sekian lama kita menikah, kini aku pun sudah tidak memiliki iman lagi kepada Tuhan.” Betapa besar harga yang harus dibayar oleh orang benar yang kemudian kompromi dengan dosa demi mendapatkan keinginan dunia yang fana.

Banyak muda-mudi yang gagal mempertahankan imannya ketika berada di persimpangan cinta. Mengapa mereka masuk jebakan di lembah cinta dan terhilang di sana?

Pertama, tidak memegang prinsip bahwa terang tidak dapat bersatu dengan gelap (II Kor 6:14). Seorang pemuda atau pemudi memutuskan untuk menjalin hubungan dengan seorang yang tidak seiman karena berpikir imannya cukup kuat. Mereka pikir setelah menikah mereka mampu membawa pasangannya kepada Tuhan, atau paling tidak mempertahankan imannya. Kebanyakan yang nekat berbuat demikian mengalami kegagalan. Kenekatan seperti itu justru akan menjadi jebakan yang membawa celaka hidupnya.

Kedua, takut tidak akan mendapat pasangan hidup dan tidak sabar menunggu. Kekuatiran ini menjadi celah yang besar bagi seorang single, apalagi yang sudah berumur matang. Keinginan untuk segera mendapatkan status menikah membuatnya tidak berpikir panjang. Anak-anak Tuhan, bersabarlah karena iman memang membutuhkan kesabaran, tetapi akan membuahkan hasil yang manis. Percayalah kepada Tuhan dengan tetap menantikan pasangan yang seiman dan seimbang.

II Kor 6:14 Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?

Disadur dari Renungan Harian Kristen

Dia Menjaga Hidup Kita

Baca:   Yesaya 49 : 8-26

“Maka engkau akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, dan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Aku tidak akan mendapat malu.”  Yesaya 49:23b

Ayat nas menyatakan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan tidak akan mendapat malu.  Ini menunjukkan betapa Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan umatNya, sampai-sampai Dia menarik kita ke dalam penantian akan Dia melalui sebuah pernyataan yang meyakinkan yang takkan pernah lekang.

Banyak orang Kristen yang mengerti akan kebenaran ini, bahwa ketika kita berharap dan menanti-nantikan Tuhan, Dia tidak pernah mengecewakan.  Ada berkat yang luar biasa disediakan Tuhan bagi orang-orang yang setia menanti-nantikan Dia.  Namun kita tidak pernah sabar menantikan Tuhan.  Ketika pertolonganNya belum datang kita sudah menyerah dan berpaling dari Dia.  Kita maunya serba cepat dan instan.  Dalam Habakuk 2:3 dikatakan,  “Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.”  Perhatikan doa Daud ini:  “Kepada-Mu, ya TUHAN, kuangkat jiwaku; Allahku, kepada-Mu aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh-musuhku beria-ria atas aku.”  (Mazmur 25:1-2).  Daud sangat percaya ketika ia datang kepada Tuhan dan berharap padaNya tidak akan pernah mendapat malu.  Itu sangat terbukti betapa Daud beroleh pembelaan dari Tuhan di setiap pergumulan yang dia alami.  Ketahuilah bahwa janji Tuhan ‘ya’ dan ‘amin’.  Tidak ada janji yang tidak ditepatiNya.  Itu sangat berbeda sekali dengan manusia, yang begitu mudah berjanji dan semudah itu pula mengingkarinya.

Mari belajar menanti-nantikan Tuhan di segala keadaan.  Seperti mentari yang begitu setia memancarkan sinarnya di ufuk timur setiap pagi, yang menghadirkan kehangatan ke setiap helai dedaunan dan rerumputan, sama halnya Tuhan yang begitu setia menemui umatNya dalam kebesaran dan kelembutan kasihNya, kepada setiap anakNya yang setia menantikan Dia.  Menanti-nantikan Tuhan berarti berjalan dalam kebenaran dan iman.  Jika Tuhan belum menjawab doa-doa kita, jangan kecewa dan terpaku pada keadaan.  Sebagai orang percaya,  “…sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat,”  (2 Korintus 5:7).

Tuhan tahu keadaan kita karena Dia adalah Penjaga kita yang tidak pernah terlelap dan tertidur!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup

KASIH TUHAN KEPADA KITA

 Baca:   Efesus 3 :14-21

“Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,”  Efesus 3:18

Sebelum melangkah lebih jauh hari ini coba renungkan betapa besar kasih Tuhan dalam kehidupan kita!  Detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun kasih Tuhan kepada kita tidak pernah berubah.  Sungguh, kita tak dapat menghitung  “…betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,”  (ayat nas).  Banyak cerita tentang cinta kasih yang ada di dunia ini, namun kesemuanya itu tidak bisa dibandingkan dengan kasih Tuhan.  Kasih Tuhan itu sangat jauh berbeda dari kasih lain yang ada di dunia ini.

Inilah garis besar karakteristik kasih Tuhan kepada umatNya:  1.  Tak berubah.  Artinya kasih Tuhan mengalir terus-menerus tiada berhenti sampai selama-lamanya.  “Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!”  (Mazmur 117:2).  Kasih manusia bersifat sementara, mudah sekali berubah, sangat bergantung pada situasi dan kondisi;  tetapi kasih Tuhan tidak dapat dipengaruhi oleh apa pun.  Bahkan kita tidak dapat mempengaruhi kasih Tuhan dengan perbuatan-perbuatan baik kita.  Tuhan mengasihi kita sebelum ada perbuatan baik yang kita lakukan bagiNya.

2.  Sempurna.  Artinya kasih Tuhan itu sepenuhnya, benar-benar, lengkap dan utuh.  Karena itu jangan sekali-kali kita mengukur besarnya kasih Tuhan dengan keadaan yang kita alami, namun ingatlah dan renungkanlah pengorbanan Kristus di atas kayu salib.  Salib adalah bukti nyata betapa sempurnanya kasih Tuhan kepada kita.

3.  Tak Bersyarat“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”  (1 Yohanes 4:19), bahkan  “…Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”  (Roma 5:8).  Ini sangat berbeda dengan kasih manusia yang bersyarat.  Seringkali kita hanya mau mengasihi orang-orang yang mengasihi kita, jika tidak, kita pun tidak lagi mau mengasihi.  Namun Tuhan sedemikian rupa mengasihi kita dengan  “…tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua,”  (Roma 8:32).  Apa pun juga yang ada di dunia ini tidak ada yang sanggup memisahkan kita dari kasih Tuhan.

Tidak alasan bagi kita untuk meragukan kasih Tuhan dalam hidup ini!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup

“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya…

Pada suatu siang, sebuah peluru mortir mendarat di sebuah panti asuhan di sebuah perkampungan kecil Vietnam. Seorang petugas panti asuhan dan dua orang anak langsung tewas, beberapa anak lainnya terluka, termasuk seorang gadis kecil yang berusia sekitar 8 tahun.

Orang-orang dari kampung tersebut segera meminta pertolongan medis dari kota terdekat. Akhirnya, seorang dokter Angkatan Laut Amerika dan seorang perawat dari Perancis yang kebetulan berada di kota itu bersedia menolong. Dengan membawa Jeep yang berisi obat-obatan dan perlengkapan medis mereka berangkat menuju panti asuhan tersebut.

Setelah melihat keadaan gadis kecil itu, dokter menyimpulkan bahwa anak tersebut sudah dalam keadaan yang sangat kritis. Tanpa tindakan cepat, anak itu akan segera meninggal kehabisan darah. Transfusi darah adalah jalan terbaik untuk keluar dari masa kritis ini.

Dokter dan perawat tersebut segera mengadakan pengujian singkat kepada orang-orang di panti asuhan – termasuk anak-anak, untuk menemukan golongan darah yang cocok dengan gadis kecil itu. Dari pengujian tersebut ditemukan beberapa orang anak yang memiliki kecocokan darah dengan gadis kecil tersebut.

Sang dokter, yang tidak begitu lancar berberbahasa Vietnam – berusaha keras menerangkan kepada anak-anak tersebut – bahwa gadis kecil itu hanya bisa ditolong dengan menggunakan darah salah satu anak-anak itu. Kemudian, dengan berbagai bahasa isyarat, tim medis menanyakan apakah ada di antara anak-anak itu yang bersedia menyumbangkan darahnya bagi si gadis kecil yang terluka parah.

Permintaan itu ditanggapi dengan diam seribu bahasa. Setelah agak lama, seorang anak mengacungkan tangannya perlahan-lahan, tetapi dalam keraguan ia menurunkan tangannya lagi, walaupun sesaat kemudian ia mengacungkan tangannya lagi.

“Oh, terima kasih,” kata perawat itu terpatah-patah. “Siapa namamu?”

“Heng,” jawab anak itu.

Heng kemudian dibaringkan ke tandu, lengannya diusap dengan alkohol, dan kemudian sebatang jarum dimasukkan ke dalam pembuluh darahnya. Selama proses ini, Heng terbaring kaku, tidak bergerak sama sekali.

Namun, beberapa saat kemudian ia menangis terisak-isak, dan dengan cepat menutupi wajahnya dengan tangannya yang bebas.

“Apakah engkau kesakitan, Heng ?” tanya dokter itu. Heng menggelengkan kepalanya, tetapi tidak lama kemudian Heng menangis lagi, kali ini lebih keras. Sekali lagi dokter bertanya, apakah jarum yang menusuknya tersebut membuatnya sakit, dan Heng menggelengkan kepalanya lagi.

Tetapi tangisan itu tidak juga berhenti, malah makin memilukan. Mata Heng terpejam rapat, sedangkan tangannya berusaha menutup mulutnya untuk menahan isakan tangis.

Tim medis itu menjadi khawatir, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Untunglah seorang perawat Vietnam segera datang. Melihat anak kecil itu yang tampak tertekan – ia berbicara cepat dalam bahasa Vietnam. Perawat Vietnam itu mendengarkan jawaban anak itu dengan penuh perhatian, dan kemudian perawat itu menjelaskan sesuatu pada Heng dengan nada suara yang menghibur.

Anak itu mulai berhenti menangis – dan menatap lembut mata perawat Vietnam itu beberapa saat. Ketika perawat Vietnam itu mengangguk – tampak sinar kelegaan menyinari wajah Heng.

Sambil melihat ke atas, perawat itu berkata lirih kepada dokter Amerika tersebut, “Ia mengira bahwa ia akan mati. Ia salah paham. Ia mengira anda memintanya untuk memberikan seluruh darahnya agar gadis kecil itu tetap hidup.”

“Tetapi kenapa ia tetap mau melakukannya ?” tanya sang perawat Perancis dengan heran.

Perawat Vietnam itu kembali bertanya kepada Heng.. dan Heng pun menjawab dengan singkat :

“Ia sahabat saya..”

Selingkuh

Ketika TUHAN mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea: “Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN.” Hosea 1 : 2

 Bacaan : Hosea 1 : 2 – 9

Banyak pernikahan, termasuk pernikahan orang-orang Kristen bubar ditengah jalan alias cerai. Angka perceraian dengan berbagai kasus terus meningkat dari tahun ke tahun, mengapa bisa demikian? Ada banyak jawaban yang bisa dikemukakan tergantung kita mau melihat dari sudut mana. Namun, sebagian perceraian terjadi karena adanya kebosanan dari salah satu pasangan. Saya dan mungkin Anda, sering tak habis pikir mengapa ada seorang istri yang cantik dan menjadi bos di sebuah perusahaan terkenal bisa selingkuh dengan office boy kantor atau sopirnya padahal suami gagah, kaya dan jelas lebih cerdas daripada seorang OB atau sopir. Kita juga bingung mengapa ada suami yang gagah dan mapan bisa selingkuh dengan pembantunya yang hanya tamatan smp dan nggak cantik-cantik amat, sedangkan istrinya sangat cantik dan pendidikannya tinggi pula. Kita sering bingung mengapa orang-orang ini justru memilih selingkuh dengan lawan jenis yang jauh lebih buruk. Kalau dapat selingkuhan yang lebih kaya, lebih memuaskan, lebih cantik atau gagah, dan lebih segala-galanya itu masuk akal. Namun kalau lebih buruk?

 

Aneh bukan? Namun kita pun sama saja dengan menjadi orang aneh dan membingungkan saat lebih mencintai segala harta benda atau apapun yang kita miliki melebihi Tuhan? Berapa banyak orang Kristen hari ini hanya rohani di gereja namun di dunia sekuler menjadi orang yang berbeda? Berapa banyak hari ini orang begitu mudah korupsi padahal mereka tahu apa itu dosa? Berapa banyak hari ini orang begitu mudah kawin cerai padahal mereka tahu apa yang dipersatukan Tuhan tak bisa diceraikan manusia? Berapa banyak orang hari ini rela menukarkan iman dengan harta duniawi yang tidak fana? Melalui kisah nabi Hosea yang diperintahkan Tuhan menikahi orang sundal, mari kita belajar mengoreksi diri, Apakah secara langsung atau tidak langsung kita “selingkuh” dengan allah lain dan mengkhianati cintanya Tuhan? Apakah kita rela menukar iman kepada Tuhan yang maha sempurna dengan harta benda atau kenikmatan dunia yang tidak sempurna? Kalau ya, mari bertobat dan menjadi orang Kristen yang setia, bukan SETIA (selingkuh tiada akhir).

 

Disadur Dari Renungan Harian Breakthrough

 

 Nenek Granny sedang menyambut cucu-cucunya pulang dari sekolah. Mereka adalah anak -anak muda yang sangat cerdas dan sering menggoda nenek mereka. Kali ini, Tom mulai menggoda dia dengan berkata, “Nek, apakah nenek masih pergi ke gereja pada hari minggu?”

“Tentu!”

“Apa yang nenek peroleh dari gereja? Apakah nenek bisa memberitahu kami tentang Injil minggu lalu..?”

“Tidak, nenek sudah lupa. Nenek hanya ingat bahwa nenek menyukainya.”

“Lalu apa khotbah dari pendeta?”

“Nenek tidak ingat. Nenek sudah semakin tua dan ingatan nenek melemah. Nenek hanya ingat bahwa ia telah memberikan khotbah yang memberi kekuatan, Nenek menyukai khotbah itu.”

Tom menggoda, “Apa untungnya pergi ke gereja jika nenek tidak mendapatkan sesuatu dari-Nya?”

Nenek itu terdiam oleh kata-kata itu dan ia duduk di sana termenung. Dan anak-anak lain tampak menjadi malu. Kemudian nenek itu berdiri dan keluar dari ruangan tempat mereka semua duduk, dan berkata, “Anak-anak, ayo ikut nenek ke dapur.”

Ketika mereka tiba di dapur, dia mengambil tas rajutan dan memberikannya kepada Tom sambil berkata, “Bawalah ini ke mata air, dan isilah dengan air, lalu bawa kemari!”

“Nenek, apa nenek tidak sedang melucu? Air di dalam tas rajutan….! Nek, apa ini bukan lelucon?” tanya Tom.

“Tidak.., lakukanlah seperti yang kuperintahkan. Saya ingin memperlihatkan kepadamu sesuatu.”

Maka Tom berlari keluar dan dalam beberapa menit ia kembali dengan tas yang bertetes-teteskan .. “Lihat nek,” katanya. “Tidak ada air di dalamnya.”

“Benar,” katanya. “Tapi lihatlah betapa bersihnya tas itu sekarang. Anak-anak, tidak pernah kamu ke gereja tanpa mendapatkan sesuatu yang baik, meskipun kamu tidak mengetahuinya.”

 

 

Kasih Orang Tua..

 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yohanes 3 : 16

 Bacaan : Yohanes 3 : 16 – 21

Suatu hari di sebuah hutan lindung, seorang anak asyik melihat dari bawah pohon sebuah sarang burung, lengkap dengan anak-anak burung yang masih kecil. Dalam keasikannya melihat, mendadak anak ini mengalihkan pandangannya kepada seekor burung kecil yang hinggap di rumput namun tidak terbang. Anak ini berpikir burung itu terluka dan perlu di tolong sehingga ia berlari menghampirinya. Tetapi, setiap kali akan ditangkap, burung kecil itu selalu menggelakan dirinya semakin jauh dan mendadak terbang tinggi.

Anak kecil ini bengong dan tidak mengerti mengapa burung kecil itu berpura-pura tak mampu terbang. Karena ingin tahu dia lalu bertanya pada ibunya yang duduk tak jauh dari situ. “Burung kecil tadi adalah induk anak-anak burung yang tadi kamu amat-amati nak. Burung itu sengaja membiarkan dirinya ingin ditangkap olehmu agar anak-anaknya selamat.” Jelas ibunya.

Jagoan Kristus, tahukah kamu bahwa Allah sangat mengasihimu sama seperti induk burung tadi melindungi anak-anaknya? Yesus rela mati supaya dosa-dosa kita diampuni. Apakah kamu bersyukur atas kasih Yesus hari ini? Jika belum, lakukanlah hari ini. Kasihilah orang-orang di sekitarmu dan belajarlah mengampuni kesalahan orang yang menyakiti hatimu.

 

 

* Tulisan ini dimuat di Renungan Spirit Junior – Oktober 2010

 

 

Apakah persamaan dan perbedaaan antara Danau Galilea dan Laut Mati? Ok, perbedaan yang paling utama adalah Danau Galilea adalah sebuah danau, sedang Laut Mati adalah sebuah laut. Tapi ada perbedaan penting yang dapat menjadi pelajaran bagi kita para manusia.

Mungkin Anda perlu mengetahui persamaannya terlebih dahulu.

Persamaannya adalah Danau Galilea dan Laut Mati mendapat air dari sumber yang sama yaitu sungai Yordan.

Perbedaannya? Danau Galilea sangat indah yang sekelilingnya ditumbuhi berbagai jenis tanaman dan banyak orang yang bermukim disekitarnya. Dan didalam danaunya banyak jenis ikan hewan air yang hidup dan berkembang. Sebaliknya, Laut Mati adalah tempat yang tidak bisa ditinggali. Tak ada tumbuhan atau spesies yang dapat hidup didalam maupun disekeliling laut mati karena kadar garamnya yang begitu tinggi. Bukan itu saja bau pada daerah laut mati ini juga sangat tidak sedap.

Mengapa keduanya bisa sangat berbeda? Padahal sumber airnya sama. Hal ini dikarenakan danau galilea “menerima dan memberi”. Danau Galilea meneruskan airnya ke danau lain yang juga memanfaatkannya. Sedangkan Laut Mati? Laut mati “menerima dan menyimpan” untuk dirinya sendiri, air yang masuk ke Laut mati tidak pernah keluar lagi.

Sebagai orang Kristen jangan hanya bisa menerima saja, tapi kita juga harus bisa memberi bagi orang lain. Tuhan Yesus mengajar kita untuk memberi, memberi semua yang kita punya kepada Bapa di sorga. Apa saja yang telah kita terima baik berkat, talenta, kekayaan, kepintaran, jangan hanya dinikmati sendiri, tapi bagilah agar dapat menjadi berkat bagi orang-orang lain dan kemuliaan nama Tuhan.

 

Bertahun-tahun dahulu, pada malam hujan badai, seorang laki-laki tua dan istrinya masuk ke sebuah lobby hotel kecil di Philadelphia. Mencoba menghindari hujan, pasangan ini mendekati meja resepsionis untuk mendapatkan tempat bermalam.

“Dapatkan anda memberi kami sebuah kamar disini ?” tanya sang suami.

Sang pelayan, seorang laki-laki ramah dengan tersenyum memandang kepada pasangan itu dan menjelaskan bahwa ada tiga acara konvensi di kota.

“Semua kamar kami telah penuh,” pelayan berkata. “Tapi saya tidak dapat mengirim pasangan yang baik seperti anda keluar kehujanan pada pukul satu dini hari. Mungkin anda mau tidur di ruangan milik saya ? Tidak terlalu bagus, tapi cukup untuk membuat anda tidur dengan nyaman malam ini.”

Ketika pasangan ini ragu-ragu, pelayan muda ini membujuk. “Jangan khawatir tentang saya. Saya akan baik-baik saja,” kata sang pelayan. Akhirnya pasangan ini setuju.

Ketika pagi hari saat tagihan dibayar, laki-laki tua itu berkata kepada sang pelayan, “Anda seperti seorang manager yang baik yang seharusnya menjadi pemilik hotel terbaik di Amerika. Mungkin suatu hari saya akan membangun sebuah hotel untuk anda.” Sang pelayan melihat mereka dan tersenyum. Mereka bertiga tertawa. Saat pasangan ini dalam perjalanan pergi, pasangan tua ini setuju bahwa pelayan yang sangat membantu ini sungguh suatu yang langka, menemukan sesorang yang ramah bersahabat dan penolong bukanlah satu hal yang mudah.

Dua tahun berlalu. Sang pelayan hampir melupakan kejadian itu ketika ia menerima surat dari laki-laki tua tersebut. Surat tersebut mengingatkannya pada malam hujan badai dan disertai dengan tiket pulang-pergi ke New York, meminta laki-laki muda ini datang mengunjungi pasangan tua tersebut. Laki-laki tua ini bertemu dengannya di New York, dan membawa dia ke sudut Fifth Avenue and 34th Street. Dia menunjuk sebuah gedung baru yang megah di sana, sebuah istana dengan batu kemerahan, dengan menara yang menjulang ke langit.

“Itu,” kata laki-laki tua, “adalah hotel yang baru saja saya bangun untuk engkau kelola”.

“Anda pasti sedang bergurau,” jawab laki-laki muda.

“Saya jamin, saya tidak,” kata laki-laki tua itu, dengan tersenyum lebar.

Nama laki-laki tua itu adalah William Waldorf Astor, dan struktur bangunan megah tersebut adalah bentuk asli dari Waldorf-Astoria Hotel.

Laki-laki muda yang kemudian menjadi manager pertama adalah George C. Boldt. Pelayan muda ini tidak akan pernah melupakan kejadian yang membawa dia untuk menjadi manager dari salah satu jaringan hotel paling bergengsi di dunia.

Pelajarannya adalah; perlakukanlah semua orang dengan kasih, kemurahan dan hormat, dan anda tidak akan gagal.

“Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan daripada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu,jika kamu melakukannya.” (Yohanes 13:13-17)

“Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.” (Lukas 22:26)

 

Derreck Kayongo.

Dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Kis 2 : 45

 Bacaan : Kisah Para Rasul 2 : 41 – 47

Di Indonesia, sabun untuk mandi bisa kita beli dengan harga murah dan kita bisa memilih berbagai merek sabun sesuai keinginan kita. namun, lain di Indonesia lain di Afrika, tepatnya di negara Uganda. Sabun menjadi barang mewah di sana karena faktor kemiskinan dan minimnya pabrik pembuat sabun. Masyarakat di negara-negara miskin banyak sekali yang tidak mengenal sabun dan membersihkan tubuh tanpa sabun. Kelangkaan sabun membuat Derreck Kayongo, seorang pemuda Uganda yang merantau ke Atlanta, Amerika Serikat, sangat kaget bahwa di Amerika, sabun-sabun yang disediakan hotel-hotel untuk para tamu hanya di gunakan sekali sehari setelah itu di buang.

Pada bulan April 2009, Derreck Kayongo mengumpulkan manajer-manajer hotel di negara bagian Atlanta dan memberanikan diri meminta sabun-sabun bekas tersebut. Dia terkejut melihat betapa positifnya respons para petinggi hotel-hotel itu. “Ada sekitar 40 hotel di Atlanta yang bersedia memberikan sabun bekas pakai mereka dengan cuma-cuma.” Papar Kayongo. Belakangan, proyek Kayongo itu tidak hanya didukung hotel-hotel di Atlanta. Sedikitnya, ada 20 hotel lain dari negara bagian Georgia, Florida, dan Tennese, yang menjadi donatur sabun untuknya. Sementara itu, jasa pengiriman sabun bekas pakai tersebut didukung penuh oleh Relief Cargo yang bermarkas di Green Bay, Wisconsin. Perusahaan jasa pengiriman yang menjadi langganan organisasi kemanusiaan tersebut bersedia memberikan harga khusus untuk sekitar 5 ton sabun pertama yang segera dikirimkan ke Afrika itu. Sabun-sabun bekas itu setelah didaur ulang akan diberikan cuma-cuma kepada rakyat Afrika yang masih hidup dalam kemiskinan.

Guys, banyak cara untuk kita bisa menolong dan mengasihi orang lain selama kita mau kreatif dan berusaha. Banyak peluang yang tersedia di Indonesia, tinggal mau atau tidak kamu menggunakan peluang yang ada itu untuk menolong sesama. Di beberapa tempat, masyarakat kita sudah cukup kreatif mengelola sampah untuk biaya kesehatan. Ada pula yang menggunakan sisa-sisa kain untuk usaha kerajinan yang membuka banyak lapangan kerja. Kamu mungkin bisa mencontoh Derreck Kayongo dengan memanfaatkan sabun bekas. Jemaat mula-mula saling berbagi untuk menolong rekan-rekannya, kamu sebagai jemaat Tuhan masa kini juga bisa melakukan hal yang sama.

 

 

* Tulisan ini dimuat di Renungan Spirit Next – Oktober 2010

 

« Older Entries     Newer Entries »