header image
 

All posts in February 5th, 2015

Apakah persamaan dan perbedaaan antara Danau Galilea dan Laut Mati? Ok, perbedaan yang paling utama adalah Danau Galilea adalah sebuah danau, sedang Laut Mati adalah sebuah laut. Tapi ada perbedaan penting yang dapat menjadi pelajaran bagi kita para manusia.

Mungkin Anda perlu mengetahui persamaannya terlebih dahulu.

Persamaannya adalah Danau Galilea dan Laut Mati mendapat air dari sumber yang sama yaitu sungai Yordan.

Perbedaannya? Danau Galilea sangat indah yang sekelilingnya ditumbuhi berbagai jenis tanaman dan banyak orang yang bermukim disekitarnya. Dan didalam danaunya banyak jenis ikan hewan air yang hidup dan berkembang. Sebaliknya, Laut Mati adalah tempat yang tidak bisa ditinggali. Tak ada tumbuhan atau spesies yang dapat hidup didalam maupun disekeliling laut mati karena kadar garamnya yang begitu tinggi. Bukan itu saja bau pada daerah laut mati ini juga sangat tidak sedap.

Mengapa keduanya bisa sangat berbeda? Padahal sumber airnya sama. Hal ini dikarenakan danau galilea “menerima dan memberi”. Danau Galilea meneruskan airnya ke danau lain yang juga memanfaatkannya. Sedangkan Laut Mati? Laut mati “menerima dan menyimpan” untuk dirinya sendiri, air yang masuk ke Laut mati tidak pernah keluar lagi.

Sebagai orang Kristen jangan hanya bisa menerima saja, tapi kita juga harus bisa memberi bagi orang lain. Tuhan Yesus mengajar kita untuk memberi, memberi semua yang kita punya kepada Bapa di sorga. Apa saja yang telah kita terima baik berkat, talenta, kekayaan, kepintaran, jangan hanya dinikmati sendiri, tapi bagilah agar dapat menjadi berkat bagi orang-orang lain dan kemuliaan nama Tuhan.

 

Bertahun-tahun dahulu, pada malam hujan badai, seorang laki-laki tua dan istrinya masuk ke sebuah lobby hotel kecil di Philadelphia. Mencoba menghindari hujan, pasangan ini mendekati meja resepsionis untuk mendapatkan tempat bermalam.

“Dapatkan anda memberi kami sebuah kamar disini ?” tanya sang suami.

Sang pelayan, seorang laki-laki ramah dengan tersenyum memandang kepada pasangan itu dan menjelaskan bahwa ada tiga acara konvensi di kota.

“Semua kamar kami telah penuh,” pelayan berkata. “Tapi saya tidak dapat mengirim pasangan yang baik seperti anda keluar kehujanan pada pukul satu dini hari. Mungkin anda mau tidur di ruangan milik saya ? Tidak terlalu bagus, tapi cukup untuk membuat anda tidur dengan nyaman malam ini.”

Ketika pasangan ini ragu-ragu, pelayan muda ini membujuk. “Jangan khawatir tentang saya. Saya akan baik-baik saja,” kata sang pelayan. Akhirnya pasangan ini setuju.

Ketika pagi hari saat tagihan dibayar, laki-laki tua itu berkata kepada sang pelayan, “Anda seperti seorang manager yang baik yang seharusnya menjadi pemilik hotel terbaik di Amerika. Mungkin suatu hari saya akan membangun sebuah hotel untuk anda.” Sang pelayan melihat mereka dan tersenyum. Mereka bertiga tertawa. Saat pasangan ini dalam perjalanan pergi, pasangan tua ini setuju bahwa pelayan yang sangat membantu ini sungguh suatu yang langka, menemukan sesorang yang ramah bersahabat dan penolong bukanlah satu hal yang mudah.

Dua tahun berlalu. Sang pelayan hampir melupakan kejadian itu ketika ia menerima surat dari laki-laki tua tersebut. Surat tersebut mengingatkannya pada malam hujan badai dan disertai dengan tiket pulang-pergi ke New York, meminta laki-laki muda ini datang mengunjungi pasangan tua tersebut. Laki-laki tua ini bertemu dengannya di New York, dan membawa dia ke sudut Fifth Avenue and 34th Street. Dia menunjuk sebuah gedung baru yang megah di sana, sebuah istana dengan batu kemerahan, dengan menara yang menjulang ke langit.

“Itu,” kata laki-laki tua, “adalah hotel yang baru saja saya bangun untuk engkau kelola”.

“Anda pasti sedang bergurau,” jawab laki-laki muda.

“Saya jamin, saya tidak,” kata laki-laki tua itu, dengan tersenyum lebar.

Nama laki-laki tua itu adalah William Waldorf Astor, dan struktur bangunan megah tersebut adalah bentuk asli dari Waldorf-Astoria Hotel.

Laki-laki muda yang kemudian menjadi manager pertama adalah George C. Boldt. Pelayan muda ini tidak akan pernah melupakan kejadian yang membawa dia untuk menjadi manager dari salah satu jaringan hotel paling bergengsi di dunia.

Pelajarannya adalah; perlakukanlah semua orang dengan kasih, kemurahan dan hormat, dan anda tidak akan gagal.

“Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan daripada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu,jika kamu melakukannya.” (Yohanes 13:13-17)

“Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.” (Lukas 22:26)

 

Derreck Kayongo.

Dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Kis 2 : 45

 Bacaan : Kisah Para Rasul 2 : 41 – 47

Di Indonesia, sabun untuk mandi bisa kita beli dengan harga murah dan kita bisa memilih berbagai merek sabun sesuai keinginan kita. namun, lain di Indonesia lain di Afrika, tepatnya di negara Uganda. Sabun menjadi barang mewah di sana karena faktor kemiskinan dan minimnya pabrik pembuat sabun. Masyarakat di negara-negara miskin banyak sekali yang tidak mengenal sabun dan membersihkan tubuh tanpa sabun. Kelangkaan sabun membuat Derreck Kayongo, seorang pemuda Uganda yang merantau ke Atlanta, Amerika Serikat, sangat kaget bahwa di Amerika, sabun-sabun yang disediakan hotel-hotel untuk para tamu hanya di gunakan sekali sehari setelah itu di buang.

Pada bulan April 2009, Derreck Kayongo mengumpulkan manajer-manajer hotel di negara bagian Atlanta dan memberanikan diri meminta sabun-sabun bekas tersebut. Dia terkejut melihat betapa positifnya respons para petinggi hotel-hotel itu. “Ada sekitar 40 hotel di Atlanta yang bersedia memberikan sabun bekas pakai mereka dengan cuma-cuma.” Papar Kayongo. Belakangan, proyek Kayongo itu tidak hanya didukung hotel-hotel di Atlanta. Sedikitnya, ada 20 hotel lain dari negara bagian Georgia, Florida, dan Tennese, yang menjadi donatur sabun untuknya. Sementara itu, jasa pengiriman sabun bekas pakai tersebut didukung penuh oleh Relief Cargo yang bermarkas di Green Bay, Wisconsin. Perusahaan jasa pengiriman yang menjadi langganan organisasi kemanusiaan tersebut bersedia memberikan harga khusus untuk sekitar 5 ton sabun pertama yang segera dikirimkan ke Afrika itu. Sabun-sabun bekas itu setelah didaur ulang akan diberikan cuma-cuma kepada rakyat Afrika yang masih hidup dalam kemiskinan.

Guys, banyak cara untuk kita bisa menolong dan mengasihi orang lain selama kita mau kreatif dan berusaha. Banyak peluang yang tersedia di Indonesia, tinggal mau atau tidak kamu menggunakan peluang yang ada itu untuk menolong sesama. Di beberapa tempat, masyarakat kita sudah cukup kreatif mengelola sampah untuk biaya kesehatan. Ada pula yang menggunakan sisa-sisa kain untuk usaha kerajinan yang membuka banyak lapangan kerja. Kamu mungkin bisa mencontoh Derreck Kayongo dengan memanfaatkan sabun bekas. Jemaat mula-mula saling berbagi untuk menolong rekan-rekannya, kamu sebagai jemaat Tuhan masa kini juga bisa melakukan hal yang sama.

 

 

* Tulisan ini dimuat di Renungan Spirit Next – Oktober 2010